Berita Jembrana
Kisah Setyowati Pedagang Asongan di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, Ditimpa Pandemi dan Dirayu Sopir
Ditimpa pandemi, ia tetap semangat berjualan untuk menghidupi anak-anaknya walaupun penghasilan yang ia peroleh tidak pasti.
Penulis: Rizal Fanany | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun membuat sejumlah sektor perekonomian terdampak.
Saat ini banyak orang yang sedang berjuang agar tetap mendapatkan penghasilan.
Tak terkecuali pada salah satu pedagang asongan paruh baya di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, Setyowati.
Ditimpa pandemi, ia tetap semangat berjualan untuk menghidupi anak-anaknya walaupun penghasilan yang ia peroleh tidak pasti.
"Selama pandemi ini tetap berjualan, tapi lihat-lihat dulu kalau kendaraan yang masuk kapal banyak saya ikut kapal. Kalau cuma sedikit saya gak ikut," ungkapnya.
• KISAH Wayan Jaya, Pedagang Asongan yang Jadi Pemandu Wisata Museum Bali, Kini Jualan Batu Akik
• Didominasi Anak-Anak, Satpol PP Klungkung Tertibkan Gepeng Berkedok Pedagang Asongan
Ia juga menceritakan pada momen setiap kali mudik lebaran dan arus balik, biasanya ia dan teman-temannya menyambut suka cita sebab di momen itu menjadi berkah untuk mencari rejeki lebih.
"Kalau dua tahun lalu dan tahun sebelumnya gak ada pandemi senang banget. H-10 lebaran sudah ramai antrian di ketapang dan gilimanuk. Ya alhamdulillah ada saja penghasilan lebih. Kalau sekarang sepi penumpang," tambah, wanita asal Banyuwangi ini.
Jika dahulu sebelum pandemi pendapatan dalam sehari Setyowati pada hari biasa mencapai Rp 200 ribu rupiah.
Sedangkan pada saat mudik bisa mencapai Rp 500 hingga Rp 600 ribu rupiah.
"Rata-rata perhari 200 ribu sebelum Covid-19 ya, kalau mudik atau arus balik bisa 500 ribu sehari. Kalau sekarang masa pandemi ini 50 ribu plus modal itu sudah bagus," paparnya.
Sudah 10 tahun menjadi anggota asongan di Pelabuhan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, ia juga memaparkan para pedagang asongan ini dibagi menjadi tiga jenis yakni asongan kopi, nasi, kacamata dan jam tangan.
Namun saat momen mudik ada beberapa pedagang asongan musiman yang bukan anggota.
Sementara itu, Ia beraktivitas mengikuti jam kerja yang sudah diatur komunitas asongan yang ia naungi.
"Kalau asongan sini ada jam kerjanya loh. Pagi, siang, dan alam. Sudah dibagi kalau saya sampai full pagi sampai malam ambil semua kan kasihan teman yang lainya gak dapat uang," katanya.
• Penghujung Tahun 2020, Polres Klungkung Bagikan Paket Sembako ke Pedagang Asongan di Pura Goa Lawah
• Bupati Klungkung Akan Kumpulkan Pedagang Asongan Anak-anak di Klungkung, Coba Lakukan Pembinaan
Sudah berjualan dihampir seperempat umurnya, tentu saja banyak yang dilalui Ibu dari tiga anak ini.