Berita Bali
Penerbangan Internasional Segera Dibuka, 300 Ribu Wisman Sudah Antre Liburan ke Bali
Pekerja pramuwisata sendiri sudah hampir 90 persen tervaksin Covid-19. Sisanya yang belum karena masih ada penyakit bawaan.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Jelang dibukanya penerbangan internasional pada 14 Oktober mendatang ini, I Nyoman Nuarta selaku Ketua DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Bali mengklaim seluruh pekerja pramuwisata siap untuk kembali bekerja.
Pekerja pramuwisata sendiri sudah hampir 90 persen tervaksin Covid-19.
Sisanya yang belum karena masih ada penyakit bawaan.
"Dari segi kesiapan saya sudah memastikan bahwa SDM di segmen pasar Mandarin, Korea, dan Jepang sudah siap semua. Sudah dari dulu siapnya, karena persiapannya sudah dilakukan selama pandemi. Maka dari itu pembukaan penerbangan internasional pada 14 Oktober mendatang merupakan suatu momentum dan setidaknya bisa bernafas lega," katanya pada, Rabu (6 Oktober 2021).
Menurutnya masa karantina selama delapan hari untuk wisatawan membuat wisatawan yang berasal dari Jepang Tiongkok dan Korea batal untuk pergi ke Bali.
Baca juga: Penerbangan Internasional Segera Dibuka, 1 Perusahaan Pariwisata Sudah Panggil Karyawannya
Baca juga: Rencana Dibukanya Pariwisata Internasional, Nobue Tani Tak Sabar ke Bali, Rindukan Budaya Bali
Baca juga: Pariwisata Internasional Dibuka 14 Oktober 2021, Koster: Masa Karantina Wisman Belum Bisa Dikurangi

Padahal tamu Tiongkok, Jepang dan Korea sudah banyak yang mengantri untuk datang ke Bali.
"Permasalahannya ketika dihadapkan dengan aturan sesuai dengan culture wisatawan Mandarin, Jepang dan Korea otomatis akan mengurungkan niatnya untuk datang ke Bali. Wisatawan jepang, Tiongkok, dan Korea masa tinggalnya atau less stay nya tidak lebih dari lima hari. Kalau karantina delapan hari kan dia tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan pariwisata di Bali," sebutnya.
Lebih lanjutnya ia menerangkan bahwa tidak menyalahkan pemerintah karena hal tersebut merupakan skema jangka panjang yang di announced oleh pemerintah pusat.
Menurutnya ini hanya sebagai pemantik awal saja, minimal dapat mengobati kerinduan masyarakat Bali terhadap pariwisata.
"Kalau yang saya baca dari WNA yang saya terima ada 8 kualifikasinya. Khusus untuk visa wisata ini menurut saya untuk pasar Jepang, Tiongkok dan Korea saya yakin tidak datang karena karantina selama delapan hari. Lebih baik pemerintah membuat suatu piranti atau peraturan yang menguntungkan kita dan wisatawan," paparnya.
Memang pada dasarnya saat ini semua pihak tidak bisa memberikan kelonggaran yang begitu fulgar agar pandemi tidak lagi berdampak negatif.
Namun sebaiknya karantina tidak lebih dari dua hari.
Karena ia beranggapan wisatawan yang datang dan sudah membawa sertifikat vaksin juga PCR membuktikan dirinya memang dalam kondisi yang sehat ketika pergi ke Bali.
Baca juga: PHRI Badung Sebut 14 Negara Ini Jadi Sasaran Saat Pembukaan Pariwisata Internasional di Bali
Baca juga: Pariwisata Internasional Dibuka 14 Oktober 201, PHRI: 3 Ribu Hotel di Badung Siap Terima Wisman
"Kalaupun mau karantina jangan sampai 8 hari. Kalau masa berlaku karantina hanya dua hari saya yakin wisatawan secepat kilat akan datang ke Bali. Bahkan tanpa dipromosikan karena waiting list nya banyak sekali. Bahkan bukan hanya pada tiga Negara, namun seluruh dunia yang sudah terbiasa datang ke Bali. Sangat banyak yang antre. Dan seiring dengan waktu tentu akan ada regulasi sesuai dengan pasar. Kalau kita ingin berbicara pariwisata secara umum," lanjutnya.