Human Interest Story
KISAH Agus Sulaimi Kembangkan Keramba Jaring Apung untuk Tingkatkan Perekonomian di Jembrana
dirinya merupakan petani keramba jaring apung dengan segala keterbatasan pengetahuan, yang hanya bermodal ketekunan dan keyakinan untuk dapat membudi
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Agus Sulaimi, sebelumnya merupakan seorang nelayan tangkap di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana.
Sebagai nelayan, dalam segi penghasilan sejatinya sudah sangat mencukupi.
Namun, itu tidak membuatnya puas, lantaran melihat potensi desanya yang bisa dikembangkan dari sektor kelautan.
Ditambah lagi, penghasilan nelayan juga kadang tidak menentu di musim-musim tertentu karena faktor cuaca.
Baca juga: Warga Laporkan Dua Kedai di Jembrana, Kapolsek Negara: Suara Musik yang Menjadi Komplain Masyarakat
Agus Sulaimi pun mengembangkan keramba jaring apung, dengan melakukan budidaya kerapu hybrid yang saat ini sedang hype. Atau diminati oleh pasar. Baik pasar lokal atau internasional.
Agus Sulaimi, mengatakan, dirinya merupakan petani keramba jaring apung dengan segala keterbatasan pengetahuan, yang hanya bermodal ketekunan dan keyakinan untuk dapat membudidaya ikan kerapu hybrid.
Dan sekarang sudah berkembang ke budidaya lobster, dan kerang mutiara. Awal dari menjadi petani keramba jaring apung itu adalah ketidaktahuan.
Modalnya hanya keinginan besar untuk budidaya di desa Candikusuma, tempat tinggalnya dengan potensi laut yang ada.
“Modal awal ya cuma keinginan besar. Kalau modal sesungguhnya ya yang menjadi kendala,” ucapnya, Senin 28 Maret 2022.
Agus menuturkan, sebelum keramba jaring apung dibuat, dirinya hanya berkeinginan untuk membuat keramba dengan bambu dengan besaran anggaran sekitar Rp 10 juta.
Kemudian gayung bersambut, keinginannya itu lalu bersamaan dengan kegiatan keramba, program pemerintah yang akan memberikan bantuan kepada kelompok keramba jaring apung.
Dari situlah kemudian dirinya mulai ada niatan mengajukan proposal mendapatkan keramba.
“Akhirnya dapat keramba satu unit dengan delapan lubang dengan besaran 3x3 meter. Tapi, ya cuma bantuan jaring apung. Dan beberapa bulan kosong karena nelayan sulit mencari modal.
Tapi akhirnya, dan kebetulan kenal dengan teman ada orang budidaya yang memiliki bibit kerapu,” ungkapnya.
Baca juga: 131 Taruna Baru Poltek Kelautan dan Perikanan Jembrana Dilantik
Dijelaskannya, bahwa saat itu dirinya sedang main-main ke daerah Situbondo, Jawa Timur, kemudian bertemu dengan seseorang yang menawarkan bibit kerapu hybrid. Dan akhirnya memberikan kemudahan, dengan pembayaran dilakukan setelah panen.