Berita Bangli
Kasus PMK Berpotensi Jatuhkan Harga Sapi di Bangli
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak warga di wilayah Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan di wilayah Bangli.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak warga di wilayah Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan di wilayah Bangli.
Kendati demikian, merebaknya kasus ini berpotensi menjatuhkan harga pasaran hewan ternak, khususnya di wilayah Bali.
Hal tersebut diungkapkan Kabid Keswan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Made Armana, Jumat 13 Mei 2022.
Baca juga: Dalam Tiga Bulan, Realisasi Pajak Reklame di Bangli Naik Hingga 3000 Persen
Ia menjelaskan penyakit PMK menyerang hewan berkuku genap, seperti kambing, domba, babi dan sapi.
"Gejalanya ada melepuh di bagian mulut dan kuku. Penyakit ini disebabkan oleh virus, yang tingkat penularannya cenderung cepat akibat kontak langsung."
"Kalau dalam satu populasi ada satu ekor yang terinfeksi, dalam waktu satu minggu semua bisa tertular," jelasnya.
Kendati demikian, Armana menegaskan dari sisi tingkat kematian tidak terlalu tinggi.
Sebab hewan ternak yang terserang penyakit ini masih bisa disembuhkan jika diobati.
Selain itu penyakit ini tidak terkategori zoonosis, artinya tidak menular ke manusia
Baca juga: BANGLI, Bupati Pastikan Tak Ada Lagi Penghentian Konser Musik
"Cuma kenapa penyakit ini sangat ditakuti, karena bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang begitu tinggi di peternakan."
"Kalau sapinya kena PMK, otomatis berat badannya turun. Apalagi sapi perah, susunya sama sekali tidak bisa berproduksi," ungkapnya.
Armana menegaskan hingga saat ini belum ada laporan sebaran penyakit PMK di Bangli.
Akan tetapi pihaknya sudah melakukan upaya sosialisasi ke peternak-peternak terhadap penyakit ini agar lebih waspada.
"Titik poinnya agar Bangli dan Bali tidak kena, adalah di pintu masuknya agar benar-benar diperketat masuknya sapi atau kambing ke Bali."
Baca juga: Alun-alun Bangli Kerap Ramai Selama HUT Kota, Pendapatan Parkir Rp 900 Ribu Sehari
"Dan yang saya tahu memang sudah ditutup pengiriman hewan ternak keluar masuk Bali. Namun demikian, kami tetap akan melakukan pengawasan di pasar-pasar hewan," ucapnya.
Armana menambahkan, sesuai informasi yang dia terima, hingga kini belum ada penurunan harga hewan ternak akibat merebaknya penyakit PMK.
Kendati demikian apabila sebaran penyakit ini berkepanjangan, maka diprediksi harga hewan ternak akan anjlok.
Baca juga: Tidak Ada WFH, Seluruh ASN di Lingkungan Pemkab Bangli Tetap Ngantor 100 Persen
"Biasanya kan kita kirim sapi dan babi ke wilayah Jawa, dengan pelarangan ini, otomatis hewan ternak khususnya sapi dan babi akan membanjiri pasar lokal."
"Dan hal ini berpengaruh pada harga. Apalagi informasinya wilayah Lombok sudah kena. Jadi kita tidak bisa kirim ke timur ataupun barat."
"Sementara serapan ternak sapi, di wilayah Bali tidak terlalu tinggi, karena biasanya kita kirim ke wilayah Jakarta," tandasnya. (*)
Berita lainnya di Berita Bangli