Berita Tabanan
Punya Gejala Khas Nyeri Tulang, 93 Kasus Cikungunya Muncul di Tabanan Pemerintah Lakukan Fogging
93 Kasus Cikungunya Muncul di Tabanan *Gejala Khas Nyeri Tulang *Pemerintah Lakukan Fogging
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Harun Ar Rasyid
TABANAN, TRIBUN BALI - Kasus penyakit cikungunya kembali muncul di Kabupaten Tabanan.
Sejauh ini, sudah ada puluhan kasus yang muncul berbarengan dengan kemunculan kasus DBD.
Meskipun tak menonjol, masyarakat diharapkan untuk tetap waspada dan menerapkan perilaku 3M.
Selain itu juga akan dilakukan fogging di wilayah yang ditemukan kasus.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tabanan, total hingga bulan Mei 2022 tercatat ada 93 kasus cikungunya di Tabanan.
Rinciannya pada Januari 2022 tercatat ada 53 kasus yang tersebar di Kecamatan Kerambitan dan Kediri.
Kemudian pad Pebruari dan Maret nihil kasus. Kasus kembali muncul di bulan April yakni di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri. Dan di bulan Mei tercatat ada 40 kasus yang tersebar di Kecamatan Kediri dan Kerambitan.
"Yang terbaru atau yang terakhir kita mendapat laporan terjadi di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri. Di sana ditemukan dua kasus atau di dua titik di beda banjar," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Susila saat dikonfirmasi, Minggu 29 Mei 2022.
Baca juga: APES! Uang dan Barang Dewa Anom Digondol Maling di Karangasem Bali
Baca juga: Zodiak Ini Dikenal Mudah Depresi dan Patah Arang, Siapa Saja?
Baca juga: Zodiak Ini Dikenal Mudah Depresi dan Patah Arang, Siapa Saja?
Dia melanjutkan, pasca menerima laporan tersebut pihaknya sudah melakukan penanganan dengan fogging. Sebab, penyakit cikungunya hampir serupa dengan demam berdarah yang bersumber dari nyamuk.
"Setelah ada laporan kita sudah langsung semprot juga (fogging)," katanya.
Dia menceritakan, ciri-ciri wilayah yang rentan terserang wabah cikungunya tak jauh beda dengan DBD. Diantaranya mulai adanya populasi nyamuk, kemudian ditemukan jentik dari genangan air seperti barang bekas mislanya botol air, kaleng dans sebagainya. Artinya
"Cuma dari sisi penyakitnya yang perberdaan antara cikungunya dengan DBD. Secara umum hampir sama yakni flu biasa seperti demam, sakit kepala, dan lain sebagainya, tapi untuk cikungunya itu lebih khas akan merasa nyeri tulang lebih berat di seluruh tubuh. Dominan ke nyerinya," jelasnya.
Namun, kata dia, selama ini masyarakat Tabanan sudah sangat aware (peduli) dengan kondisinya. Ketika mengalami gejala tersebut dan obat umum tak mempan, biasanya langsung menuju faskes terdekat. Sehingga dengan ke faskes, petugas medis kita biasanya langsung melakukan penanganan dan tidak sampai fatal.
Menurutnya, kemunculan kasus cikungunya di Tabanan hampir setiap tahun ada atau hampir sama dengan DBD. Hanya saja, kasusnya tidak sangat menonjol karena masyarakat juga sudah aware dengan kesehatannya.
"Masyarakat kita sudah sangat aware sebetulnya. Ketika 3-4 hari tidak ada perubahan setelah minum obat umum,mereka akan ke faskes terdekat. Laporan muncul dari praktik dan puskesmas biasanya," ungkapnya.