Berita Jembrana
Harga Babi Anjlok, Peternak di Jembrana Minta Pemerintah Beri Solusi, Diduga Terjadi Permainan Harga
Harga jual babi yang anjlok belakangan ini membuat para peternak di Jembrana, Bali menjerit.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Harga jual babi yang anjlok belakangan ini membuat para peternak di Jembrana, Bali menjerit.
Terutama untuk peternak skala kecil.
Harga yang anjlok tersebut terjadi sejak isu penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak, ditambah larangan pengiriman ke luar Bali.
Selain itu, penurunan harga juga diduga dipermainkan oknum atau perusahaan besar yang justru berdampak atau menekan para peternak.
Baca juga: Petugas Dinas Kesehatan Bangli Jalani Pelatihan Vaksinasi PMK, Menitikberatkan Pada SOP
Peternak pun berharap pemerintah memberikan solusi terhadap kondisi saat ini.
Menurut informasi yang diperoleh, harga babi hidup per kilogramnya Rp 40.000.
Namun, belakangan ini justru kembali turun menjadi Rp 38.000 per kilogramnya.
Padahal sejatinya jika kebutuhan luar Bali terutama Jakarta tinggi, harga di peternak seharusnya tinggi yakni sekitar Rp 50.000 per kilogramnya.
Dengan harga yang anjlok, para peternak merasa sangat keteteran mengingat selain harga pakan yang melonjak, juga harus menyiapkan modal untuk membuat desinfektan sebagai sterilisasi menjadi terserang wabah PMK di Jawa dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Harganya sekarang jauh turun, jauh dari harapan kami. Kami selaku peternak tentunya kecewa karena Bali seharusnya memiliki pasar yang besar untuk dikirim ke luar, tapi harganya anjlok," kata seorang peternak di Jembrana, I Wayan Agus Adi Ariawan, Minggu 19 Juni 2022.
Dia melanjutkan, awalnya penurunan harga ini diduga karena isu PMK dan pelarangan pengiriman babi ke luar Bali.
Namun ia juga menduga ada permainan harga yang dilakukan oleh oknum perusahaan besar yang justru berdampak pada peternak kecil seperti dirinya.
"Intinya jangan merusak harga pasaran saja. Karena produk ternak kita di Bali sangat dibutuhkan oleh pasar luar Bali. Kami yang peternak kecil ini sangat terdampak," sentilnya.
Kemudian, kata dia, dengan kondisi saat ini peran pemerintah sangat ditunggu-tunggu.
Sebab, selama ini belum ada pergerakan serta solusi dari pemerintah atau seolah membiarkan keluhan peternak kecil ini merana.