Berita Jembrana

KEKERASAN Seksual Meningkat 100 Persen Lebih di Jembrana Tahun 2025, Kok Bisa?

Sri Utami mengungkapkan, kenaikan dua kali lipat lebih ini menunjukkan bahwa mereka yang menjadi korban sudah sadar

tribun bali/dwisuputra
ILUSTRASI - Hingga bulan Oktober 2025, tercatat ada 34 kasus yang terjadi di Gumi Makepung. Kasus kekerasan seksual paling dominan dengan 12 kasus tahun ini. Jumlah ini naik 100 persen lebih dibandingkan tahun 2024 lalu.  

TRIBUN-BALI.COM  - Kasus pidana yang melibatkan perempuan dan anak di Jembrana tahun 2025 mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.

Hingga bulan Oktober 2025, tercatat ada 34 kasus yang terjadi di Gumi Makepung. Kasus kekerasan seksual paling dominan dengan 12 kasus tahun ini. Jumlah ini naik 100 persen lebih dibandingkan tahun 2024 lalu. 

Menurut data yang berhasil diperoleh, total 34 kasus sejak Januari-Oktober 2025 ini terdiri dari 12 kasus kekerasan seksual, kemudian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan fisik masing-masing 8 kasus, kasus kriminal 4 kasus dan 2 kasus penelantaran. 

Sementara total kasus yang melibatkan perempuan dan anak di tahun 2024 lalu tercatat 29 kasus. Salah satu rinciannya adalah tercatat 5 kasus kekerasan seksual. 

Baca juga: CLOSED Permanen! Bungee Jumping di Pantai Kelingking, Tebing Kavling Sebelah Sudah Laku Terjual?

Baca juga: JANGAN Hanya Lift Kaca yang Dibongkar, Warga Minta Semua Akomodasi Wisata Ilegal Diperlakukan Sama!

"Hingga bulan Oktober kemarin, kasus yang melibatkan PPA cenderung meningkat dibanding tahun sebelumnya," ungkap Kepala UPTD PPA Jembrana, Ida Ayu Sri Utami Dewi saat dikonfirmasi, Senin (24/11). 

Dia menyebutkan, dari total kasus yang tercatat tahun ini, kasus kekerasan seksual yang paling mendominasi. Selain itu, jumlah kasus tahun ini naik signifikan dibandingkan tahun lalu.

"Jika kita bandingkan dengan tahun sebelumnya, kekerasan seksual mengalami kenaikan yang cukup jauh. Sepanjang tahun 2024 lalu, kami mencatat ada 5 kasus kekerasan seksual. Sementara itu, hingga bulan Oktober 2025 ini saja, jumlahnya sudah mencapai 12 kasus," jelasnya. 

Sri Utami mengungkapkan, kenaikan dua kali lipat lebih ini menunjukkan bahwa mereka yang menjadi korban sudah sadar dan semakin berani untuk melapor.

Namun, di sisi lain juga mengindikasikan bahwa tindakan kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak masih menjadi ancaman serius di Jembrana. Kemudian diiringi dengan masih berkeliarannya predator anak di Gumi Makepung ini.

"Berbagai upaya sudah kami lakukan. Upaya pencegahan tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan melibatkan semua pihak yang ada, terutama orang tua dan lingkungannya," tegasnya. 

"Selain itu kami juga sudah memberikan pendampingan kepada korban, hingga berupaya agar pemulihan trauma bagi para korban bisa secara tuntas. Kami imbau masyarakat untuk lebih peduli dan segera melapor jika menemukan indikasi kasus kekerasan yang melibatkan perempuan dan anak agar bisa segera ditindaklanjuti," tandasnya. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved