Berita Bangli

Wabah Virus PMK di Bali: Dua Sapi di Bangli Diduga Terinfeksi PMK

Dua ekor sapi milik warga asal Banjar Tabih, Desa Buahan, Kintamani diduga terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Harun Ar Rasyid
ist
Tim Dinas PKP Bangli, BBVet serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali saat melakukan pemeriksaan sapi di wilayah Banjar Tabih, Desa Buahan, Kintamani. Jumat (1/7) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Dua ekor sapi milik warga asal Banjar Tabih, Desa Buahan, Kintamani diduga terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kendati telah kuat dugaan berdasarkan gejalanya, namun pihak dinas masih menunggu hasil uji lab dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar.

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Made Alit Parwata mengungkapkan, kasus ini berawal saat seorang peternak membeli seekor sapi di pasar hewan Kayuambua, Kecamatan Susut pada Kamis 23 Juni 2022.

Tiga hari setelah dikandangkan, sapi itu menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke PMK dan menular ke satu ekor sapi lainnya.

Tim Dinas PKP Bangli, BBVet serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali saat melakukan pemeriksaan sapi di wilayah Banjar Tabih, Desa Buahan, Kintamani. Jumat (1/7)
Tim Dinas PKP Bangli, BBVet serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali saat melakukan pemeriksaan sapi di wilayah Banjar Tabih, Desa Buahan, Kintamani. Jumat (1/7) (ist)

"Hingga akhirnya hari Jumat (1/7), yang bersangkutan melapor ke Dinas untuk dilakukan pemeriksaan," jelasnya.

Mendapat laporan tersebut, pihaknya bersama tim BBVet serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali telah melakukan uji sampel terhadap sapi itu. Berdasarkan rapat zoom, imbuhnya, kepala balai menyampaikan gejala pada dua sapi itu positif mengarah pada PMK.

"Gejalanya dari mulut dan hidung berbuih. Tapi kami belum menerima hasilnya, jadi itu masih sebatas dugaan. Kami akan segera memastikan hasil pemeriksaan," ucapnya.

Tindak lanjut dari itu, Alit mengaku pihaknya telah melakukan penyemprotan desinfektan pada kandang sapi peternak bersangkutan. Selain itu juga sudah memberikan edukasi pada peternak. Misalnya pemberian pakan yang hanya dibolehkan satu orang saja, tidak boleh bergantian. "Selain itu sapi juga harus dikarantina. Tidak boleh dipindahkan ke kandang lain," jelasnya.

Alit menampik saat disinggung pihaknya kecolongan akan sebaran kasus PMK di Bangli. Sebab pada saat dijual di Pasar Kayuambua, sapi dalam kondisi sehat.

Pihaknya juga menegaskan sudah menugaskan seorang dokter hewan di pasar untuk melakukan pengecekan hewan. Pengecekan dilakukan secara fisik, dengan melihat kuku dan mulut.

Selain itu sejak merebaknya kasus PMK di Jawa dan Lombok, Pemkab Bangli telah mengeluarkan surat kewaspadaan pada para camat, perbekel, hingga Petugas Pengawas Lapangan (PPL) untuk mewaspadai penyebaran PMK. "PPL kami sudah melakukan sosialisasi kepada kelompok-kelompok," ujarnya.

Lantas apakah jual beli hewan akan lebih diperketat, Kadis asal Dusun Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut itu mengaku akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Satgas PMK Bangli.

Baca juga: Antisipasi PMK, Badung Perketat Wilayah dan Larang Hewan Masuk Beringkat dari Daerah Terdampak

Pihaknya menyebut, hingga kini harga sapi di Bangli masih relatif stabil belum ada tanda-tanda penurunan. Di mana harga sapi rata-rata Rp 15 juta per ekor, tergantung berat dan usia sapi.

Alit juga mengimbau pada para peternak agar tidak perlu khawatir dengan adanya kasus PMK ini, serta tergesa-gesa menjual sapinya dengan harga murah. Ia menegaskan pihak dinas akan berupaya mengobati sapi yang terinfeksi PMK.

Terkait vaksin PMK, pihaknya menambahkan saat ini sedang melakukan pendataan lebih lanjut jumlah populasi ternak di Bangli. Selanjutnya akan diusulkan kepada pemerintah pusat melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali. (mer)

BERITA LAINNYA

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved