Berita Jembrana

KISAH WAYAN SUMERTA, 20 Tahun Merantau ke Lampung Pulang Bikin Mie Kelor Gud

I Wayan Sumerta Dana Arta, warga Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Tabanan, Bali, mulai berbisnis mie instan sehat.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Angga
 I Wayan Sumerta Dana Arta, warga Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Tabanan, Bali, Sudah 20 tahun merantau meninggalkan Bali, untuk bekerja di Lampung Sumatera. Sebagai PNS, Wayan Sumerta, pun kini pulang kampung dari Lampung. Dan menetap lagi di Tabanan. 

Ia menjelaskan, untuk proses produksi, pertama-tama, ia mengambil daun kelor di kebun miliknya.

Setelah itu memetik daun dari batang.

Usai daun terkumpul dilakukan proses pencucian daun.

Setelah itu dikeringkan dalam oven sekitar enam jam.

Dan enam jam kemudian, maka daun kering itu dikeluarkan dari oven dan siap untuk diblender atau dihaluskan.

Usai halus maka kemudian, daun kelor dicampur dengan tepung dan juga bumbu untuk dicampur hingga merata.

Diuleni. Setelah itu baru dicetak menjadi mie dan ditimbang.

Usai ditimbang, kemudian dikukus hingga di oven lagi hingga kering berbentuk bulat.

Selanjutnya, baru dimasukkan di dalam kemasan.

Baca juga: SIM Keliling di Bali Hari Ini 27 Juli 2022, Berikut Jadwal dan Lokasinya di Tabanan'

Baca juga: EKA WIRYASTUTI Duga Ada Pihak Lain Yang Bermain, Kasus Suap DID Tabanan

 I Wayan Sumerta Dana Arta, warga Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Tabanan, Bali,

Sudah 20 tahun merantau meninggalkan Bali, untuk bekerja di Lampung Sumatera.

Sebagai PNS, Wayan Sumerta, pun kini pulang kampung dari Lampung.

Dan menetap lagi di Tabanan.
 I Wayan Sumerta Dana Arta, warga Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Kecamatan Tabanan, Tabanan, Bali, Sudah 20 tahun merantau meninggalkan Bali, untuk bekerja di Lampung Sumatera. Sebagai PNS, Wayan Sumerta, pun kini pulang kampung dari Lampung. Dan menetap lagi di Tabanan. (Angga)

“Proses terlama itu pengeringan (oven), dengan maksimal suhu 50 derajat Celcius.

Karena tidak boleh terkena sinar matahari.

Nah, untuk bumbu juga kami tidak ada tambahan penyedap rasa.

Saya ganti dengan totole atau kaldu jamur untuk mie kuah.

Kalau untuk mie goreng menggunakan bumbu alami, seperti bawang merah, bawang putih, lada dan bumbu lain sebagai penguat rasa, yang tanpa MSG,” bebernya.

Diakuinya, mie buatan produksi rumahan yang dikerjakan bersama istri ini, dibanding mie pada umumnya, maka rasa yang terbiasa strong maka menjadi rasa mie yang soft.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved