Human Interest

Dirumahkan Akibat Pandemi, Warga Buleleng Ini Jualan Susu Kedelai, Raup Omzet Rp14 Juta Per Bulan

Sejumlah pekerja nampak sibuk beraktivitas di rumah sederhana milik Kadek Murniasih (33), di Kelurahan Kampung Anyar, Buleleng, Bali

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Kadek Murniasih menunjukan produk susu kedelai buatannya, Minggu 9 Oktober 2022. Saat pandemi, ia dirumahkan kini ia menjual susu kedelai dengan omzet Rp14 juta/bulan. 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Sejumlah pekerja nampak sibuk beraktivitas di rumah sederhana milik Kadek Murniasih (33), Minggu 9 Oktober 2022.

Rumah yang terletak di Kelurahan Kampung Anyar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Bali itu menjadi tempat produksi susu kedelai yang diberi merk Milk Soya. 


Di rumah tersebut, tempak ada tiga orang pekerja yang bertugas menghaluskan 30 kilogram biji kedelai impor menggunakan mesin.

Ada pula dua pekerja yang betugas merebus kedelai yang telah digiling tersebut dengan campuran air, daun pandan, garam dan gula.

Serta terdapat petugas yang menyaring rebusan kacang kedelai tersebut, lalu mengemasnya ke dalam botol berukuran 330 Mililiter. 

Baca juga: Kurangi Penggunaan Kertas, DAPD Buleleng Siapkan Aplikasi SRIKANDI


Susu kedelai buatan Kadek Murniasih ini cukup terkenal di Buleleng.

Produknya banyak ditemukan di warung, toko, kantin perkantoran, rumah sakit hingga asrama TNI.

Susu kedelai buatannya itu diyakini sehat, karena dibuat tanpa campuran bahan pengawet. 


Kepada Tribun Bali, Kadek Murniasih menuturkan, bisnis susu kedelai ini mulai dilakoni sejak 2020 lalu.

Kala itu wanita yang sebelumnya bekerja sebagai sales di salah satu perusahaan minuman beralkohol itu kehilangan pekerjaan.

Perusahaannya terpaksa mengurangi pegawai akibat dampak pandemi Covid-19. 


Namun kondisi tersebut tidak membuat Murniasih terpuruk dalam waktu yang lama.

Ide kreatifnya muncul setelah melihat sang bibik tengah sibuk membuat susu kedelai di rumah. Namun susu tersebut hanya dibuat atas pesanan para tetangganya. 

Baca juga: Dua Pejabat Kejari Buleleng Dimutasi, Yosef ke Kejati NTT, Sugiharta ke Kejari Denpasar


Berbekal ilmu menjadi seorang sales, Murniasih kemudian bekerja sama dengan sang bibik, memasarkan susu kedelai itu ke tempat yang lebih luas.

Susu kedelai yang mulanya hanya dikemas menggunakan plastik, kini dibuat lebih menarik oleh Murniasih dengan menggunakan botol dan diberi label Milk Soya. 


Kerja keras Murniasih itu akhirnya berbuah manis. Setiap hari Murniasih kini mampu memproduksi 1.400 botol susu kedelai, dengan omzet rata-rata mencapai Rp14 juta per bulan.

Susu kedelai tersebut ia jual seharga Rp5 ribu per botol. Ia bahkan telah memiliki 12 orang sales, yang bertugas menjual susu kedelai itu ke seluruh wilayah Buleleng, Karangasem hingga Kecamatan Baturiti, Tabanan. 

Baca juga: BAHAYA LONGSOR di Buleleng, BPBD Petakan Daerah Rawan Bencana


"Sekarang saya punya 10 karyawan dan 12 sales. Sehari itu bisa menghabiskan 30 kilo kedelai impor. Harus pakai yang impor, karena susu yang dihasilkan lebih bagus. Kalau pakai yang lokal kebanyakan ampas. Harga kedelai impor sekarang memang sedang mahal, mencapai Rp 14 ribu per kilo, Astungkara bisnis masih tetap jalan dan lancar," katanya. 


Selain membuat susu kedelai, Murniasih mengaku sempat berinovasi membuat susu yang terbuat dari bahan kacang ijo. Ia mencoba membuat susu kacang ijo itu sekitar tiga bulan yang lalu.

Namun rupanya peminatnya sedikit.

"Sekarang fokus sama susu kedelai saja. Bikin susu kacang ijo kalau ada yang pesan saja. Susu kedelai saya hanya bertahan satu minggu. Lebih dari satu minggu, produk kami tarik. Tidak tahan lama karena tanpa pengawet. Saya bikin susu kedelai untuk kesehatan, produk kami juga masuk ke rumah sakit jadi memang harus murni," tandasnya. (*)

 

Berita lainnya di Human Insterest Story

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved