Berita Bali

Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Keluarga Korban Berjuang Hidup

Tragedi Bom Bali pada 12 Oktober 2002, malam itu korban terus berdatangan ke rumah sakit hingga hari ketiga.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dok. Tribun Bali
Suasana di Monumen Bom Bali I tanggal 12 Oktober 2019 - Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Setelah 20 Tahun, Keluarga Korban Masih Berjuang Hidup 

“Sebagian besar jenazah terkena derajat empat, ada 306 potongan tubuh dan 38 tidak bisa teridentifikasi. Jenazah yang berhasil kami identifikasi sebagian besar kami dapatkan melalui data gigi,” jelas dokter Alit.

Dari 202 korban Bom Bali ini, 50 orangnya merupakan WNI dan sisanya adalah WNA yang sebagian besar berasal dari Australia.

Pada 2002, dokter Alit sudah selesai menempuh pendidikan di DMF, hanya saja belum pernah mengaplikasikan ilmunya.

Disamping itu, korban Bom Bali ini sangat banyak dan baru bisa terkendali dengan tim yang telah lengkap di hari ketiga.

Berbekal ilmu yang telah ia dapatkan, ia berusaha maksimal untuk menyelesaikan tugasnya.

Karena rumah sakit khususnya di ruang jenazah dibatasi, jenazah-jenazah memenuhi seluruh sudut lokasi.

Saking tidak ada tempat untuk bergerak, dokter Alit bersama petugas lain, termasuk yang dari luar negeri terpaksa makan di atas jenazah.

Kondisi itu harus mereka lalui hingga akhirnya ada bantuan container untuk menampung jenazah.

Walaupun demikian, dokter Alit tetap menikmati pekerjaannya dan mengendalikan pikirannya agar tetap tenang menghadapi situasi krodit itu.

Bom Bali merupakan kriminal luar biasa yang artinya memberikan banyak tanggung jawab kepada dokter forensik.

dr. Ida Bagus Putu Alit - Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Setelah 20 Tahun, Keluarga Korban Masih Berjuang Hidup
dr. Ida Bagus Putu Alit - Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Setelah 20 Tahun, Keluarga Korban Masih Berjuang Hidup (Dok. Tribun Bali)

Tidak hanya untuk mengidentifikasi jenazah, dokter forensik juga bertanggung jawab membuktikan kasus kriminal, termasuk mengungkapkan pelaku bom bunuh diri ini.

“Kami juga melakukan autopsi dan melihat pola-pola luka, untuk mengetahui sebab kematian dan melengkapi data rekonstruksi kejadian. Pelaku sendiri berhasil diidentifikasi dengan potongan daging yang kami dapat dan pengecekan DNA,” tutur dokter Alit.

Pasca kejadian ini, tim DVI Nasional pun diperkuat dan RSUP Sanglah (RSUP Prof IGNG Ngoerah) Denpasar ditetapkan sebagai sekretariat DVI Bali.

Dari musibah akibat ulah manusia ini dokter Alit berpesan kepada masyarakat untuk bersama-sama mencegah sehingga kejadian ini tidak terulang.

Keamanan menjadi suatu hal yang vital dan perlu peran masyarakat untuk membantu pemerintah menjaga dan menegakkan hukum di Indonesia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved