Berita Bali

Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Keluarga Korban Berjuang Hidup

Tragedi Bom Bali pada 12 Oktober 2002, malam itu korban terus berdatangan ke rumah sakit hingga hari ketiga.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dok. Tribun Bali
Suasana di Monumen Bom Bali I tanggal 12 Oktober 2019 - Mengenang Tragedi Bom Bali, Dokter Alit Terpaksa Makan di Atas Mayat, Setelah 20 Tahun, Keluarga Korban Masih Berjuang Hidup 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dua dekade sudah berlalu, namun kisah Bom Bali masih sangat melekat di masyarakat dunia.

Tragedi yang terjadi pada 12 Oktober 2002 ini memberikan kenangan tersendiri bagi seluruh pihak, termasuk bagi dokter Ida Bagus Putu Alit DM SpF.

Ia merupakan dokter forensik yang membantu identifikasi jenazah di RSUP Sanglah Denpasar.

Kepada Tribun Bali, dr Alit bercerita malam itu korban terus berdatangan ke rumah sakit hingga hari ketiga.

Baca juga: TRAGEDI Bom Bali I, Pada 12 Oktober 2002, Simak Ulasan Pengamat Terorisme Unud

Korban yang hidup langsung di evakuasi ke IGD, sementara yang meninggal dievakuasi ke kamar jenazah, tempat ia bekerja.

“Kondisi orang yang meninggal tidak selalu utuh. Ada yang sudah terpotong-potong dan ada yang hangus terbakar. Jumlahnya sangat banyak dan situasinya sangat tidak terkontrol, khususnya pada hari pertama,” kata dokter Alit.

Kondisi penanganan saat itu sangat sulit karena kapasitas kamar jenazah rumah sakit yang sangat kecil.

Petugas pun terpaksa menjadikan selasar ruang jenazah sebagai tempat jenazah darurat, namun belum menuntaskan permasalahan tersebut.

Rumah sakit yang hanya memiliki 8 buah cooling unit menyiasati hal tersebut dengan penggunaan dry ice atau es curah serta container sebagai tempat menyimpan jenazah.

Pada saat itu, petugas kamar jenazah hanya tiga orang, diantaranya dr I Made Maker SpF, dr Johannes Djojorahardjo (alm) dan dokter Alit sendiri.

Dalam pelaksanaan identifikasi sendiri, pihaknya dibantu kepolisian dan ahli-ahli pantologis dari berbagai negara.

Tim Disaster Victim Indentification (DVI) baru terbentuk pada hari kedua dengan sifatnya nasional dan disusul pembentukan tim DVI dari 20 negara di dunia.

Dokter Alit mengungkapkan, identifikasi jenazah telah dibantu dengan adanya kemajuan teknologi sehinga proses identifikasi jadi dipermudah.

Selama tiga bulan melakukan tugasnya, dokter Alit bersama seluruh tim dapat mengidentifikasi 202 orang yang menjadi korban.

Tercatat pula 3 orang tidak bisa teridentifikasi karena tidak adanya data antemortem atau data sebelum korban meninggal.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved