Berita Tabanan
Tison Bersyukur Dapat Restorative Justice Setelah Terjerat Hukum Karena Penganiayaan di Tabanan
Ancaman pidana tidak lebih dari lima tahun, dan tindak pidana yang dilakukan dengan nilai barang bukti atau nilai kerugian tidak lebih dari Rp 2,5 jt.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Putu Sandy Prathama alias Tison, pria berusia 42 tahun, warga Banjar Gerogak Tengah, Desa Delod Peken, Tabanan, sujud syukur karena bebas dari hotel prodeo.
Itu setelah korban penganiayaan, atau pelapor sepakat berdamai dengannya.
Sehingga, langkah restorative justice pun bisa dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Tabanan.
Tison pun menghirup udara segar, Senin 14 November 2022.
Bapak dua anak itu, bebas setelah penghapusan segala tuntutan yang disetujui oleh korban atau pelapor.
Pelaksanaan restorative justice ini, digelar di lantai dua kantor Kejaksaan Negeri Tabanan.
Baca juga: Restorative Justice di Tabanan Bali, Dua Berhasil Tiga Gagal, Simak Kasusnya Seperti Apa
Baca juga: Maling Gamelan Milik Banjar Sendiri, I Ketut Darmawan Mencuri Lagi Setelah Dapat Restorative Justice

Kepala Kejari Tabanan, Ni Made Herawati, mengatakan dasar restorative justice ini ialah mengacu keputusan Kejaksaan Agung, yakni Pasal 5 ayat (1) Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Di mana tujuannya untuk mengurangi kapasitas hunian lapas, yang sebagian besar memang sudah over kapasitas.
Dan merupakan restorative justice kedua yang telah dilakukan oleh Kejaksaan Tabanan pada 2022 ini.
Sebelumnya restorative justice dilakukan untuk perkara pencurian sepeda motor di wilayah Kecamatan Pupuan.
“Kami bertindak sebagai fasilitator.
Ketika korban atau pelapor memaafkan, maka langkah restorative justice itu bisa ditempuh.
Kemudian juga tersangka menyesali & menyadari kesalahannya dan minta maaf.
Sehingga tidak ada intervensi dari kami.