Berita Jembrana
Mulut Berbusa Hingga Lambung Kembung, 11 Sapi Mati Mendadak Terdiagnosa Kena Bloat
Sapi yang ditemukan mati mendadak itu didiagnosa terkena penyakit Bloat atau gangguan pencernaan.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Belasan sapi milik warga di Jembrana mati mendadak sejak bulan April hingga awal Mei ini.
Petugas Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana pun melakukan pengecekan.
Sapi yang ditemukan mati mendadak itu didiagnosa terkena penyakit Bloat atau gangguan pencernaan.
Petugas juga telah mengambil sampel organ dalam untuk dicek ke laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar membongkar penyebab pastinya.
Sementara ini, total ada 11 ekor sapi yang dilaporkan mati mendadak. Sembilan ekor diketahui mati pada April 2023 lalu. Sedangkan dua ekor lainnya diketahui mati mendadak pada Senin kemarin.
Baca juga: Nyoman Suwirta Happy Akhiri Tugas Bupati Klungkung, Ajukan Pengunduran Diri Untuk Jadi Caleg PDIP
Baca juga: Luka Sayat di Bagian Leher Ditemukan Pada Salah Satu Korban, Menguak Misteri Kematian 2 WNA China

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama mengatakan, petugas sudah melakukan pengecekan dan pengambilan sampel organ dalam setelah mendapat laporan terkait kematian sapi tersebut.
Kata dia, gejala yang teramati pada sapi yang mati di antaranya mulut berbusa dengan saliva sangat lengket. Kemudian pada bagian rumen (lambung sapi) kembung, sapi roboh, gemetar dan kemudian mati.
"Hasil pengecekan dokter hewan kami, ada indikasi karena penyakit Bloat atau gangguan pencernaan akibat gas berlebih dalam rumen sapi," kata Sutama, Selasa (2/5).
Namun untuk memastikan penyebab pasti dari kematian belasan sapi itu, petugas telah mengambil sampel organ dalam dan dikirim ke BBVet Denpasar untuk uji laboratorium. "Hari ini (kemarin) kami sudah kirim sampel. Semoga dalam waktu dekat mengetahui hasilnya," jelasnya.
Dilansir dari laman cybex.pertanian.go.id, Bloat adalah keadaan dimana lambung sapi mengembang atau membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar. Penyebab primer adalah akibat fermentasi makanan yang berlebihan selanjutnya ternak tidak mampu mengeluarkan gas sehingga gelembung-gelembung gas terakumulasi. Hal ini yang menyebabkan kembung.
Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan yang difermentasi atau hijauan segar yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi dapat menjadi penyebab terjadinya bloat.
Kembung perut yang diderita sapi dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Jantung sapi terletak di sebelah kanan perut, bukan di bagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung.
Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi yang menderita kembung perut biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah penanganan oleh peternak.
Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung, banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau menular kepada binatang lain atau manusia. Daging sapi yang terserang penyakit ini pun masih aman untuk dikonsumsi. (mpa)
Waspada Pemberian Pakan
BENDERA Peringatan Rawan Berenang Dipasang di Teluk Gilimanuk, Imbauan Keselamatan Beraktivitas |
![]() |
---|
KEPALA Nengah Terbentur Keras di Jalur Tengkorak Jembrana, Aspal Penuh Bercak Merah |
![]() |
---|
Lima Rumah Warga Jembrana Diterjang Gelombang Tinggi, Dua KK Mengungsi |
![]() |
---|
50 Orang Jadi Korban, Sayu Putu Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Rp 1,5 Miliar Lebih |
![]() |
---|
Antrian Mengular hingga Masjid Gilimanuk, Cuaca Buruk, Pelabuhan Gilimanuk Ditutup Hampir 2 Jam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.