Berita Jembrana
Jembrana Belum Temukan Kasus Babi Mati Mendadak, Peternak Diminta Menerapkan Biosecurity Ketat
seluruh peternak diminta untuk meningkatkan biosecurity dan membatasi mobilitas orang, alat dan barang ke kandang masing-masing.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana menegaskan belum ada informasi ternak babi mati mendadak di gumi makepung belakangan ini.
Dengan munculnya kasus di Buleleng, Bali, pihak pemerintah telah melakukan pengecekan dan pengawasan terhadap seluruh ternak yang ada.
Dan seluruh peternak diminta untuk meningkatkan biosecurity dan membatasi mobilitas orang, alat dan barang ke kandang masing-masing.
Sementara itu, pihak peternak juga telah melakukan antisipasi sejak awal dengan menerapkan biosecurity yang ketat selama ini.
Baca juga: Kuburan Massal 600 Ekor Babi di Buleleng, Kematian di Perusahan Ternak Sejak April Lalu
Kasus babi mati mendadak pada 2020 lalu menjadi pelajaran berharga bagi peternak se-Bali.
Sebab, saat itu puluhan ribu ekor babi di Bali terserang virus yang diduga ASF.
Kepala Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa menegaskan, hingga saat ini pihaknya belum menerima informasi terkait kasus babi mati mendadak di gumi makepung.
"Sementara belum ada laporan. Tim kita di lapangan pasang mata dan telinga selama ini dan belum ada laporan maupun informasi terkait itu (kasus babi mati mendadak)," tegas Wayan Widarsa saat dikonfirmasi, Kamis 4 Mei 2023.
Untuk antisipasi, kata dia, pihaknya telah menyarankan seluruh peternak baik skala kecil dn rumahan untuk tetap menjaga kebersihan kandang ternak dengan penerapan biosecurity yang ketat.
Selain itu, mobilitas orang dan barang serta alat ke kandang juga harus dibatasi.
Minimal sediakan desinfektan untuk melakukan sterilisasi.
Khusus untuk orang, minimal membersihkan atau menyemprot tangan dan kaki dengan desinfektan.
Sebab, virus bisa menempel dimana saja, sehingga terkadang orang, alat atau barang bisa menjadi penyalur.
"Termasuk mobil membawa pakan. Minimal truk itu harus disemprot dengan desinfektan. Hal itu juga berlaku sama terhadap orang maupun alat yang akan masuk kandang," katanya menegaskan.
Widarsa menyarankan, jika masyarakat peternak belum memiliki cairan desinfektan bisa mengajukan ke pemerintah daerah.
Mulai dari menyampaikan ke petugas keswan di Kecamatan, atau memohon langsung ke Pemkab Jembrana melalui Dinas Pertanian dan Pangan serta BPBD Jembrana.
"Desinfektan juga tersedia di kita. Karena yang digunakan selama Covid serta PMK kemarin jenisnya sama. Masyarakat bisa memohon ke kami atau BPBD Jembrana. Dan atau bisa juga di Kecamatan melalui petugas kami di sana," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, jangan sampai kasus yang terjadi di tahun 2020 terulang kembali.
Saat itu, banyak masyarakat yang tergiur dengan harga ternak babi yang cenderung murah.
Harganya hanya Rp 12 ribu per kilogram saat itu.
Dan ternyata virus tersebut diduga tersebar saat itu karena membeli ternak dari wilayah lain.
"Kami harap peternak kita juga waspada dan sementara tidak mendatangkan ternak dari luar daerah Jembrana dulu. Ini untuk antisipasi dan kepentingan bersama agar virus tidak tersebar di sini," tandasnya.
Terpisah, Bendesa Adat Sumbersari, I Ketut Subanda mengatakan, pihaknya yang juga mengelola ternak di bawah Bupda telah melakukan antisipasi dengan penerapan biosecurity yang ketat.
Apalagi, jumlah ternak yang dikelola Desa Adat saat ini mencapai ratusan ekor baik indukan maupun penggemukan.
Untuk ternak krama (warga) di bawah binaan Bupda ada sekitar 40 indukan dan 80-an ekor babi penggemukan.
"Kalau saya pribadi ada belasan ekor baik indukan dan penggemukan. Untuk sementara masih aman," tegasnya.
Dirinya mengakui, biosecurity dan pembatasan mobilitas ke kandang menjadi hal penting saat ini.
Sebab, virus bisa menular ketika ada penyalurnya. Dan itu terjadi saat 2020 lalu.
"Untuk sementara aman dan semoga tidak terulang lagi kasus seperti itu. Kasian sekali peternak kita, terutama yang rumahan dan skala kecil. Apalagi banyak yang ternak rakyat atau hanya memelihara satu dua ekor saja," harapnya.
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.