Berita Bali

Ada 28.529 Kasus di Bali, Anggaran Penanganan HIV/AIDS di Denpasar Rp 220 Juta

Bahkan kini, di Kota Denpasar sendiri, dari 27 desa, sudah 14 desa yang mengalokasikan dana desa untuk penanganan HIV/AIDS.

Kompas.com
Ilustrasi - Pencanangan Indonesia bebas AIDS tahun 2030 dengan Program Three Zero, hingga kini masih terus digencarkan. Hal itu juga dilakukan di Denpasar dengan melibatkan semua pihak dan komponen masyarakat. Bahkan kini, di Kota Denpasar sendiri, dari 27 desa, sudah 14 desa yang mengalokasikan dana desa untuk penanganan HIV/AIDS. Besarannya pun bervariasi mulai dari Rp 1,4 juta hingga tertinggi Rp 43,8 juta, dengan total untuk 14 desa tersebut yakni Rp 220.197.457. Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar, Tri Indarti dalam media gathering bersama Forum Peduli AIDS (FPA), Sabtu (10/6). 

Namun yang menjadi kesulitan dalam melakukan tes tersebut yakni banyaknya transpuan yang bekerja malam sehingga tak bisa bangun pagi.

“Akan tetapi belakangan sudah ada Puskesmas yang buka tes HIV sampai pukul 19.00 Wita. Selain itu mereka juga harus ada yang mengantar dan menjemput untuk melakukan tes,” kata Kimora dalam media gathering bersama Forum Peduli AIDS (FPA), Sabtu (10/6).

Selain melakukan tes HIV, pihaknya juga sudah memiliki pendampingan terkait dengan kekerasan berbasis gender transpuan.

Sementara itu, seorang pekerja seks perempuan (PSP) dengan nama panggung Imey juga turut andil dalam menekan penularan HIV. Dia menyebutkan, ada dua PSP di Kota Denpasar yakni PSP langsung yang tersebar di beberapa titik, dan ada juga PSP tidak langsung yakni PSP yang bekerja di karaoke, SPA, maupun menggunakan aplikasi.

Berdasarkan data dari Yayasan Kerti Praja (YKP), Imey menyebut di Denpasar tercatat 1.159 orang PSP. Sementara yang sudah melakukan tes HIV 1.049 orang dari Januari hingga Mei 2023.

“Hambatan kami, banyak yang PSP tidak langsung tidak mau ikut tes dan menganggap dirinya bukan bagian dari PSP, padahal melakoninya. Dan ada juga yang berhenti meminum obat karena merasa masih sehat, meskipun terinfeksi HIV,” jelasnya.

Dan dari Lelaki Seks Lelaki (LSL) atau Man Seks Man (MSM), juga gencar melakukan upaya untuk mengajak melakukan tes HIV.

Salah satu pegiat di Yayasan Gaya Dewata, Arya menyebutkan, LSL merupakan lelaki yang melakukan hubungan badan dengan lelaki, baik karena terpaksa, homoseksual atau gay, maupun karena alasan ekonomi.

Arya menyebutkan, Tim Advokasi LSL dari Yayasan Gaya Dewata sudah mendata 1.652 orang LSL atau MSN. Dari jumlah tersebut pihaknya sudah merujuk 1.160 orang untuk mengikuti tes HIV baik di layanan kesehatan Puskesmas, maupun klinik di Denpasar.

“Kami lakukan pendataan baik secara offline maupun online. Bahkan kami menyasar aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh mereka. Karena tidak semua MSM itu mau terbuka dan kebanyakan tersembunyi,” katanya. (sup)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved