Berita Jembrana

Sapi Warga Mati Mendadak Positif Rabies, Keluarkan Liur Berlebih, Agresif Lalu Mati, Ini Dugaannya!

Seekor sapi warga di wilayah Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mendadak mati dengan gejala rabies pekan lalu.

Ist
Ilustrasi sapi mati - Seekor sapi warga di wilayah Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mendadak mati dengan gejala rabies pekan lalu. Diduga, ternak kaki empat tersebut sebelumnya diserang anjing rabies. 

TRIBUN-BALI.COM - Seekor sapi warga di wilayah Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mendadak mati dengan gejala rabies pekan lalu.

Diduga, ternak kaki empat tersebut sebelumnya diserang anjing rabies.

Sementara dari hasil cek lan di BBVet Denpasar, sampel otak sapi tersebut juga positif rabies.

Artinya, kasus rabies tidak hanya menular dari hewan penular rabies (HPR) ke HPR saja.

Melainkan sapi juga terinfeksi karena serangan HPR.

Baca juga: Mayat Orok Ditemukan di Pinggir Pantai Legian Bali, Polresta Denpasar Lakukan Penyelidikan

Baca juga: Dokter Obesitas Hingga Asam Urat Akut, Widi Adnyana Dievakuasi Pakai Sky Lift di Buleleng 

Ilustrasi - Seekor sapi warga di wilayah Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mendadak mati dengan gejala rabies pekan lalu.

Diduga, ternak kaki empat tersebut sebelumnya diserang anjing rabies.
Ilustrasi - Seekor sapi warga di wilayah Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali, mendadak mati dengan gejala rabies pekan lalu. Diduga, ternak kaki empat tersebut sebelumnya diserang anjing rabies. (tribun bali/dwisuputra)

Di sisi lain, pemilik sapi yang terjangkit rabies juga diberikan vaksin anti rabies (VAR) sebagai antisipasi dan penanganan penularan kasus positif rabies terhadap manusia di Jembrana.

"Sampai saat ini (Juli) sudah ada 52 kasus. Dua kasus terakhir ada seekor sapi warga yang mati dengan gejala rabies," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Widarsa saat dikonfirmasi, Senin 17 Juli 2023.

Dia melanjutkan, dari laporan warga tersebut akhirnya petugas melakukan pengambilan sampel otak untuk diuji di laboratorium BBVet Denpasar.

Hasilnya, sampel otak sapi tersebut positif rabies. "Hasilnya (laboratorium) positif. Tapi tidak ada riwayat menggigit orang," ungkapnya.

Hingga saat ini, kata dia, belum ada informasi kapan ternak warga tersebut sempat diserang HPR positif rabies.

Namun yang jelas, sapi tersebut diduga sempat diserang hewan dengan status positif rabies.

Sebab, gejala yang ditimbulkan sama dengan HPR rabies yakni mulutnya mengeluarkan liur berlebih, sapi tersebut kerap bertingkah agresif atau mengamuk lalu mati.

"Kemungkian digigit anjing positif. Estimasi sekitar 3-4 mingguan sebelum sapi mati," tuturnya.

Sebagai antisipasi penularan ke manusia, pihak petugas memberikan layanan vaksinasi anti rabies (VAR) terhadap pemilik sapi tersebut.

"Sebagai antisipasi (penularan ke manusia) kita upayakan berikan VAR. Itu karena penularan rabies tidak hanya karena gigitan.

Jika ada air liur hewan positif rabies masuk ke bagian kulit yang luka, maka akan tertular. Apalagi sampai terjadi gigitan, maka yang kontak atau sempat digigit harus disuntik VAR," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved