Longsor di Karangasem

FIRASAT Tidak Baik! Diungkapkan Korban Selamat Longsor di Karangasem, Gali Batu Hari Kajeng Kliwon!

I Kadek Suardika, korban tanah longsor yang berhasil selamat, mengaku memiliki firasat tidak baik sebelum kejadian naas tersebut.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Saiful Rohim/Tribun Bali
TKP Longsor - TribunBreakingNews! I Kadek Suardika, korban tanah longsor yang berhasil selamat, mengaku memiliki firasat tidak baik sebelum kejadian naas tersebut. Mengingat medan di lokasi kejadian cukup terjal. Untuk ketinggian tebing yang digali, mencapai sekitar 2,5 - 3 meter. Selain itu kegiatan menggali dilaksanakan saat Kajeng Kliwon. 

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tak mencari batuan di tebing, yang akan berpotensi longsor.

"Kita minta agar warga mencari sekitar lahan datar. Jangan menggali dekat tebing karena membahayakan. Memang daerah sini masih banyak ditemukan batu tabas yang masih terpendam di bawah tanah,"jelasnya.

Aktivitas menggali bebatuan secara manual, sejatinya sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu.

Mereka berlima (korban longsor) berkelompok untuk menggali. Setelah terkumpul, hasil penggalian batuan dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Seperti untuk biaya sekolah anak, dapur, makan dan minum. I Kadek Berata, pria asal Dusun Kemuning, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, mengungkapkan kegiatan mengali bebatuan sudah digeluti sejak beberapa tahun lalu.

Biasanya kelompok mengali di atas, menggunakan lingis dan sekop."Kita tak ada pekerjaan lain selain gali bebatuan untuk dijual,"kata Berata, Senin (11/9/2023).

Pria berambut pendek itu, mengaku mengali bebatuan sekitar Sungai Lembah Taksu baru pertama kali, sesuai keputusan dan kesepakatan kelompok.

"Satu kelompok ada 5 orang. Seorang tak bisa ikut mencari bebatuan di Sungai Lembah Taksu dikarenakan ada halangan. Akhirnya empat orang berangkat,"tambah Berata.

"Biasanya kita cari batu di lokasi lain. Kalau sudah terkumpul bebatuan di jual ke pengrajin tabas sekitar Buana Giri. Harganya bervariatif, tergantung jumlahnya. Pencarian batu di Sungai Lembah Taksu yang pertama,"imbuh Dek Berata.

Tisak ada firasat apapun selama perjalanan menuju ke Sungai Lembah Taksu.

Kelompok penggali bebatuan manual sempat mengobrol & senda gurau sebelum longsor.

"Tak ada firasat apapun. Sebelumnya mereka ngobrol biasa, & guyon. Setelah itu naik ke atas untuk mengali bebatuan,"jelas Kadek Berata. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved