Berita Bali
BNPT RI Akui Jaringan Teroris Masih Ada dan Sedang Dimonitor
Hal ini ia sampaikan pada Peringatan Tragedi Bom Bali ke-21 tahun, usai menghadiri Peringatan Tragedi Bom Bali ke-21 Tahun di Monumen Bom Bali,
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel M.Si., ajak seluruh masyarakat Indonesia hingga seluruh masyarakat dunia menjadikannya, sebagai momentum untuk merapatkan barisan menolak ideologi kekerasan, radikal, dan teror.
Hal ini ia sampaikan pada Peringatan Tragedi Bom Bali ke-21 tahun, usai menghadiri Peringatan Tragedi Bom Bali ke-21 Tahun di Monumen Bom Bali, Legian Kuta, Kamis 12 Oktober 2023.
“Kita harus menolak itu semuanya, mari kita wujudkan Indonesia yang aman, damai, dan dunia yang harmonis,” katanya.
Baca juga: Helikopter Water Bombing Belasan Kali Bolak-balik Untuk Bantu Padamkan Api di TPA Suwung Denpasar
Baca juga: TPA Suwung Ditutup Hingga Api Bisa Dipadamkan, Sampah Dibawa ke TPST!

Rycko Amelza menyebutkan, potensi ancaman teroris selalu ada. Diakuinya, potensi ancaman serangan terbuka teroris memang terus menurun saat ini, tepatnya dari tahun 2018 sampai tahun 2023.
Meski begitu, bukan artinya ancaman itu sudah tidak ada lagi. Ia mengatakan, ancaman itu sekarang sudah lebih banyak berubah.
Dari serangan-serangan terbuka menjadi proses gerakan bawah tanah yang sistematis. Tidak hanya melakukan proses perekrutan melalui radikalisasi offline, tetapi gerakannya pun kini merambah ke online.
“Oleh karena itu, kini kita harus membangun public awareness, kesadaran daripada publik tentang bahaya ideologi yang saat ini sudah melakukan perubahan daripada pola serangannya, dari serangan terbuka menjadi serangan menggunakan gerakan bawah tanah,” katanya mewanti.
Selain melakukan public awarenesss, keikutsertaan publik juga dinilai penting. Sehingga Indonesia memiliki daya cegah dan daya tahan terhadap ideologi kekerasan dari semua kalangan, terutama dari generasi muda, perempuan, hingga anak-anak.
Selama tiga tahun pandemi, komunikasi lebih banyak melalui media online. Berdasarkan pantauan, dalam waktu bersamaan sel-sel terorisme ini juga memanfaatkan anak-anak yang belajar berkomunikasi, bersosialisasi, yang hampir seluruh kehidupannya menggunakan media online, dengan memasukkan konten-konten radikal seperti itu.
“(Ada) ratusan, ratusan ribu (konten radikal yang ditemukan). Kami bersama Densus 88 (menemukan konten radikal) ratusan ribu,” ungkapnya.

DPRD Bali Sidak ke Nuanu Creative City Tabanan: Izinnya Bolong-bolong, Belum Lengkap |
![]() |
---|
Mengenang 82 Tahun Sastrawan Bali Rasta Sindhu, Dorong Dokumentasi dan Penyebarluasan Karya |
![]() |
---|
Batalyon Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Disiapkan Hadapi Potensi Bencana Alam di Bali |
![]() |
---|
MR Diamankan, 1 Pelaku Diduga Provokator Pengeroyokan Petugas Avsec Bandara Ngurah Rai Ditangkap! |
![]() |
---|
Pemerintah Pusat dan ADB Lirik Pembangunan Bandara Bali Utara, Dorong Pengembangan Infrastruktur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.