Berita Denpasar

Pemkot Denpasar Gelar Evaluasi Besar Terkait TPST,  Siapkan Sanksi Denda hingga Pemutusan Kerja Sama

Saat ini Denpasar tengah menghadapi permasalahan sampah, 3 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)  yang dibangun sejak 2022 lalu tak kunjung beropera

Istimewa
Wakil Wali Kota I Kadek Agus Arya Wibawa memantau langsung TPST di Tahura beberapa waktu lalu. 


Public & Government Relation PT Bali CMPP, Andrean Raditha mengatakan, TPST saat ini hanya menerima Sampah dari swakelola untuk melakukan uji coba bau sampah yang ditimbulkan.


Sebab, sampah dari swakelola dianggap masih fresh dan tidak mengendap berminggu-minggu.


Hal itu menurutnya sangat mempengaruhi bau yang ditimbulkan saat proses pengolahan, selain saat ini PT Bali CMPP sudah melakukan upaya dengan membuat saluran asap agar bau sampah tidak menyebar.


"Sampai saat ini bau sampah sudah menurun cukup drastis. Karena kami buat asap itu keluarnya di dalam air. Ditambah sampah fresh yang masuk membuat bau sampah tidak signifikan," kata Andrean Raditha.

Baca juga: Sekda Alit W Minta Bali CMPP Genjot Pengerjaan Instalasi Pengolahan Bau Sampah TPST Kertalangu


Ia mengatakan, bau sampah yang keras dipengaruhi karena sampah yang dibawa ke TPST sudah berminggu-minggu didiamkan dan terjadi pembusukan.


Hal itu akan sangat mempengaruhi bau yang keluar dari cerobong asap saat pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).


"Buktinya sekarang kami mengolah sampah dari swakelola itu normal, baunya pun sudah jauh berkurang," ujarnya.


Ia menambahkan, TPST sebenarnya sudah siap menampung hingga 450 ton perhari.


Bahkan sebelumnya sudah mencapai 280 ton perhari.


Akan tetapi karena proses pengangkutan sampah prosesnya bukan sekali angkut maka bau yang ditimbulkan cukup tinggi ditambah harus dilakukan pemilahan.


"Selama ini kami menerima sampah yang tercampur dan menerima sampah yang sudah lama didiamkan. Kami ingin Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar biar bisa mengangkut sampah dalam sehari ya.  Sekarang diterima di TPS langsung angkut ke TPST. Kan fresh sampahnya jadi baunya itu bisa diminimalkan," katanya.


Menurutnya, proses pengangkutan sampah sangat mempengaruhi pengolahan.


Karena seharusnya saat proses pengeringan harusnya plastik saja.


“Karena ada pembusukan itu kan menempel ke sampah plastik karena ada airnya. Saat pemanasan ada penguapan dan uap itulah yang keluar sehingga baunya menyengat. Kalau terima sampah sekarang langsung bawa ke TPST kan masih khas bau sampah fresh jadi durasi pengangkutan sangat berpengaruh ini dari TPS ke TPST,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved