Berita Jembrana
Masyarakat Diminta Waspadai Demam Berdarah, DBD di Jembrana Tembus 424 Kasus dalam 10 Bulan
Musim hujan sudah mulai terjadi di Pulau Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Apalagi kasus tahun ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 5 tah
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Musim hujan sudah mulai terjadi di Pulau Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Meskipun belum sepenuhnya, peralihan musim dari kemarau menuju musim hujan patut menjadi atensi karena bisa jadi penyebab lonjakan kasus.
Khusunya, penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Baca juga: Kasus DBD di Denpasar Menurun, Agustus 2023 Hanya 29 Kasus, November 2023 Rilis Nyamuk Wolbachia
Apalagi kasus tahun ini menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada dengan menerapkan langkah antisipasi seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) mengingat iklim yang ekstrem sehingga mempengaruhi pola kembang biak nyamuk yang lebih cepat.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, dalam kurun waktu lima tahun atau sejak 2019-Juli 2023, jumlah kasus DBD di Jembrana tercatat sebanyak 1.347 kasus.
Baca juga: Kasus DBD Jembrana Tertinggi Dalam 5 Tahun,Kembangbiak Nyamuk Cepat dan Migrasi Virus Jadi Penyebab!
Rinciannya, di tahun 2019 tercatat 213 kasus, 2020 sebanyak 267 kasus, di 2021 menurun drastis hanya 96 kasus, di 2022 kembali meroket sebanyak 347 kasus dan hingga Oktober 2023 kemarin tercatat sudah ada 424 kasus.
Jumlah kasus di 2023 melampaui kasus setahun di 2022 dan menjadi yang tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir ini.
"Tentunya peralihan musim harus diwaspadai. Terutama penyakit DBD ini kadang banyak muncul ketika kondisi saat ini, peralihan dari musim kemarau ke hujan dan sebaliknya," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana saat dikonfirmasi.
Baca juga: Kasus DBD di Jembrana Meningkat Dua Kali Lipat, Tertinggi Lima Tahun Terakhir
Dia melanjutkan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus, melalui penyuluh kesehatan tentunya mengajak masyarakat untuk lebih menerapkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing. Sebab, ketika hujan mulai turun, genangan air cenderung semakin banyak.
"Mari kita lakukan PSN di rumah dan lingkungan masing-masing. Ini untuk mengantisipasi atau mencegah nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak lebih banyak," ajaknya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga menyiapkan dua skema fogging atau penyemprotan obat. Yakni fogging sebelum masa penularan (SMP) serta fogging ketika ditemukan kasus.
Baca juga: DBD di Klungkung Tembus Angka 508 Kasus Selama 7 Bulan
"Untuk fogging SMP, kita lebih banyak menyasar daerah rawan. Adalah daerah yang pernah terdapat kasus DBD," tegasnya.
Dwipayana juga menyebutkan, waspada terhadap serangan DBD harus diwaspadai tahun ini.
Sebab, kasus di tahun 2023 ini tercatat paling tinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Lonjakan kasus yang begitu drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.