Seputar Bali

Bahas Aksesibilitas Pariwisata Berkualitas, Menparekraf Usulkan Transportasi Berbasis Laut

Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno juga melakukan rapat koordinasi (Rakor) dengan stakeholder Bandara I Gusti Ngurah Rai

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Suasana rapat koordinasi Kemenparekraf dengan stakeholder Bandara Ngurah Rai membahas aksesibilitas Bali untuk menunjang pariwisata berkualitas dan berkelanjutan 

Kurang lebih 15 menit rombongan terjebak dalam kemacetan hingga akhirnya tiba di Gedung Wisti Sabha Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.

Baca juga: Digerebek Mabes Polri di Markas Judi Online Jalan Tukad Balian, 31 Orang Jalani Sidang Dakwaan

"Tadi saya mengalami sendiri (kemacetan menuju bandara), dan ternyata melalui koordinasi dengan Korlantas ini yang sedang dijajaki yaitu buka-tutup, buka-tutup (rekayasa lalu lintas) seperti yang banyak kita lakukan pengaturan lalu lintas di Pulau Jawa terutama Jawa Barat. Ini yang sekarang lagi mulai disimulasikan dan dikoordinasikan," tutur Menparekraf Sandiaga. 

Ia mengungkapkan mohon para pengguna jalan lebih bersabar, dan selagi kita akan menghadirkan infrastruktur berbasis rel (LRT) maka kita harus memberikan waktu yang lebih panjang untuk mencapai tujuan (menuju bandara dan keluar bandara).

Mengenai rencana pembangunan LRT di Bali, Sandiaga mengaku hal itu akan sangat mendukung pariwisata di Pulau Dewata.

"Pembangunan LRT akan sangat mendukung pariwisata di Bali. Tapi juga kita mengusulkan tadi adalah transportasi berbasis laut, sehingga dari titik-titik seperti Canggu, Jimbaran, Kuta itu bisa dihubungkan dengan semacam taksi laut. Itu yang sudah dikembangkan di destinasi wisata lainnya," papar Menparekraf Sandiaga Uno.

Kelancaran lalu lintas (kemacetan di Bali) sedang kita bahas di pusat ada beberapa solusi, selain LRT juga ada beberapa terobosan lainnya agar tidak terjadi lagi kejadian seperti tanggal 29 Desember 2023 yang lalu dan ini butuh dukungan semua pihak.

 Dan ditegaskan oleh Menparekraf Sandiaga bahwa kejadian itu bukan overtourism.

"Setelah melihat angkanya itu kami meyakini bahwa itu bukan overtourism,”

“Tapi merupakan dampak daripada lalu lintas yang padat dan didominasi oleh kendaraan pribadi, 80 persen yang bertambah saat Libur Nataru itu belum optimal dilakukan pengaturannya," jelasnya. 

Ia menambahkan saat itu mobil-mobil yang masuk ke Bali dan beraktivitas di Bali Selatan sehingga great lock ini menimbulkan kemacetan yang luar biasa di sekitar Bandara. 

Tapi dari jumlah kunjungan wisatawan baik yang melalui jalur darat maupun udara ini masih dalam ambang batas wajar. 

"Malah di tanggal 29 Desember itu dibawah angka kunjungan di tanggal 26. Berarti ini kolaborasi yang lebih erat harus dilakukan antara Kemenhub dengan Kemenparekraf dan semua pihak secara kolaboratif," ucap Menparekraf Sandiaga. 

Pola komunikasi dan sosialisasi akan lebih dimasifkan untuk menghindari terjadi lagi saat nanti  libur Imlek, libur Lebaran dan lain sebagainya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved