Berita Jembrana
Penderita ODGJ Justru Usia Produktif, Medsos Juga Bisa Berpengaruh Memunculkan Kasus
Penderita ODGJ Justru Usia Produktif, Medsos Juga Bisa Berpengaruh Memunculkan Kasus
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Jembrana tercatat 715 orang di tahun 2023.
Mirisnya, saat ini mereka yang menderita ODGJ justru pada usia produktif.
Bahkan, beberapa diantaranya adalah anak sekolah.
Salah satu faktornya adalah media sosial yang menyebabkan seseorang menjadi rendah diri.
"Selama 2023 itu ada 715 orang yang mengidap ODGJ. Jumlah tersebut mulai dari kategori ringan, sedang, hingga berat," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana saat dikonfirmasi, Senin 15 Januari 2024.
Dia menjelaskan, pengaruh media sosial menjadi begitu besar sebagai penyebab seseorang menjadi ODGJ belakangan ini.
Terutama terjadi pada usia produktif bahkan ada beberapa orang anak sekolah.
Sebab, ketika seseorang yang telah memiliki bakat menjadi orang dengan gangguan jiwa dalam tubuhnya kemudian mendapat bullying atau merasa tidak pernah mencapai keinginannya, ia akan semakin parah.
Biasanya, seseorang tersebut tidak mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan atau situasi tertentu.
Baca juga: Kantor BPBD Buleleng di Desa Pemaron Bakal Dihibahkan Untuk Imigrasi
Karena merasa rendah diri ketika melihat suatu postingan di media sosial. Sehingga saat ini jumlah penderita ODGJ lebih banyak pada usia produktif.
"Di sini lebih banyak yang rawat jalan. Jarang atau hanya ada beberapa orang saja yang masuk kategori berat misalnya menimbulkan reaksi mengamuk kita rujuk ke RSJ Bangli," jelasnya.
Untuk menekan atau mencegah, kata dia, pihaknya telah melakukan berbagai upaya yakni edukasi serta sosialisasi melibatkan dokter spesialis jiwa serta Puskesmas.
Edukasi bukan terhadap orang dewasa lagi, melainkan menyasar anak sekolah pada usia dini.
Sebab, bakat menderita ODGJ sejatinya sudah muncul sejak anak-anak. Ketika tak bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan akhirnya muncul.
"Bahkan kita berikan edukasi dan sosialiasi dari usia dini seperti tingkat Paud, SD. Kemudian juga usia SMP hingga SMA juga," katanya.
"Ketika ada yang muncul di sekolah, kita juga bisa laksanakan konseling langsung di sekolah tersebut. Jika sehari-harinya, guru BK yang memiliki tugasnya. Jika kondisinya cukup parah akan dialihkan ke faskes terdekat," tandasnya.
Disinggung mengenai anggaran untuk penanganan ODGJ setahun, Dwipayana menyebutkan anggaran tersebar di beberapa bidang.
Jika untuk pelayanan pasien ODGJ kategori berat secara total Rp47,2 Juta.
"Sebagian besar untuk rujukan dan rawat inap di puskesmas atau rumah sakit ditanggung BPJS kesehatan," tandasnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.