Berita Bangli

Pagi Hari Gusti Ayu Sempat Berangkat Sekolah, Sebelum Mual dan Muntah hingga Nyawanya Tak Tertolong

Gusti Ayu TA tidak bisa lagi merayakan hari ulang tahunnya yang kedelapan pada 28 April ini.

Pixabay
Ilustrasi nyamuk - Pagi Hari Gusti Ayu Sempat Berangkat Sekolah, Sebelum Mual dan Muntah hingga Nyawanya Tak Tertolong 

Pagi Hari Gusti Ayu Sempat Berangkat Sekolah, Sebelum Mual dan Muntah hingga Nyawanya Tak Tertolong

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Gusti Ayu TA tidak bisa merayakan hari ulang tahunnya yang kedelapan pada 28 April ini.

Nyawa siswa kelas II SD asal Lingkungan/Kelurahan Bebalang, Bangli direnggut Demam Berdarah Dengue (DBD).

Korban meninggal dunia pada Sabtu 6 April 2024 pukul 08.50 Wita, saat menjalani perawatan di RS Surya Husada, Denpasar.

Kondisi ini membuat pihak keluarga terpukul dan syok.

Baca juga: Keluarga Terpukul Kehilangan Anak Pertama di Bangli, Gusti Ayu Meninggal Sebelum Hari Ulang Tahun

Sebab Gusti Ayu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Ia juga satu-satunya anak perempuan dari pasangan Gusti Ngurah Karmandita dan Luh Putu Pertamawati.

Lebih pilu lagi, Gusti Ayu meninggal beberapa hari sebelum hari ulang tahunnya.

Baca juga: Janji Ultah & Hadiah Sepeda Listrik Belum Terealisasi, Bocah 7 Tahun di Bangli Meninggal Akibat DBD

Padahal keluarga sudah berencana membuatkan perayaan ulang tahunnya serta memberikan hadiah spesial.

"Kami sempat menjanjikan akan merayakan ulang tahunnya yang ke delapan pada 28 April ini, serta janji mau memberi sepeda listrik,” tutur sang ibu lirih.

“Ternyata sebelum ulang tahun ia sudah lebih dulu meninggal dunia,” sambungnya dengan terbata.

Jenazah Gusti Ayu saat ini masih berada di RS Surya Husada.

Rencananya jenazah akan langsung diaben di Krematorium Bebalang pada Rabu (10/4/2024).

Baca juga: Belum Genap 3 Bulan, DBD di Bangli Tembus 119 Kasus

Alami Panas Tinggi

Luh Putu Pertamawati mengungkapkan, anaknya diketahui mengalami gejala panas pada Senin (1/4/2024).

Pagi harinya Gusti Ayu masih sempat berangkat ke sekolah. Namun pada sore harinya, ia mengeluh panas.

"Saya sempat berikan obat penurun panas. Namun kondisinya belum pulih. Anak saya mengalami mual dan muntah, serta suhu tubuhnya mencapai 41 derajat celsius. Pada hari Selasa kami bawa ke UGD di RS BMC Bangli," ungkapnya.

Baca juga: Anggaran Fogging Fokus Penanganan DBD di Denpasar Tahun 2024 Mencapai Rp 634 Juta

Gusti Ayu menjalani perawatan selama tiga hari di RS BMC. Namun karena terus mengeluh sakit perut dan trombositnya turun drastis, pada Jumat (5/4/2024) sore Gusti Ayu akhirnya dirujuk ke RS Surya Husada.

"Sempat dicoba ke beberapa rumah sakit lainnya, tapi karena ruang PICU-nya juga penuh, sehingga dibawa ke RS Surya Husada. Namun pada Sabtu (6/4/2024) pagi, anak saya dinyatakan meninggal dunia," lirihnya.

Berdasarkan diagnosa dokter, Gusti Ayu disebutkan meninggal karena mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS).

Ayah mendiang, Gusti Ngurah Karmandita menambahkan, beberapa tetangga sekitar rumah ada yang sempat terkena DBD, dan telah dilakukan fogging oleh petugas Dinas Kesehatan.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, Waspada Awal Lonjakan Kasus DBD, Dua Skema Fogging Dinas Kesehatan Jembrana

Begitupun kediamannya, juga mendapat fogging pada Minggu (7/4) pagi.

"Informasi dari pihak rumah sakit, memang saat ini sedang musim DBD. Banyak anak-anak yang juga kena," imbuhnya.

Gusti Karmandita berharap kepada orangtua lainnya, agar selalu waspada ketika anaknya sakit dan segera mendapat pertolongan cepat.

Sehingga segera diketahui dan dipastikan apa penyakit yang dialami anak.

"Apakah memang DBD atau diakibatkan penyakit lain, baiknya segera diperiksakan ke dokter. Karena DBD erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Mudah-mudahan tidak terjadi pada anak-anak lainnya. Tyang sendiri sudah mengikhlaskan," ucapnya. (*)

 

Berita lainnya di DBD di Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved