Berita Bali

VIRAL! Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih, Netizen Sebut Seperti Zaman Leluhur 

Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati. Serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Kemenuh.

WEG
Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali - Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM 

TRIBUN-BALI.COM - Piodalan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, akan sineb atau berakhir pada 14 April 2024. 

Berbagai kisah unik dan menarik menjadi pemanis, semisal adanya kontroversi harga yang dianggap mahal. Kemudian ada oknum pamedek yang nekat naik ke tembok panyengker. 

Dan kini, ada 3 warga dari Gianyar, yang maturan ke Pura Besakih tetapi dengan berjalan kaki menempuh jarak 42 Km. 

Alhasil kisa 3 pemuda ini, seketika viral di media sosial, karena di era modern ini, masih ada yang berjalan kaki ke Pura Besakih dengan jarak yang cukup jauh. 

Viral aksi mereka mendapat berbagai respon dari warganet, satu diantaranya mengatakan bahwa cara mereka mirip seperti cara leluhur umat Hindu terdahulu sebelum adanya kendaraan. 

Di mana leluhur umat Hindu dari berbagai wilayah, akan sembahyang ke Pura Besakih dengan berjalan kaki. Ada yang menempuh jarak puluhan kilometer, namun tidak mengeluh. Mereka terkadang istirahat dan kembali berjalan menuju ke pura terbesar di Bali itu. 

Baca juga: Ribuan Warga Iringi Upacara Ida Bhatara Mesucian di Desa Adat Nongan

Baca juga: Kalender Bali: Jadwal Odalan di Berbagai Pura saat Tumpek Klurut, Termasuk Pura Merajan Kanginan

Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali.
Kolase Foto: Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali. (Istimewa)

 

Pada Jumat, 5 April 2024, jam tangan menunjukkan pukul 05.00 Wita. Jika sebagian besar masyarakat Bali, masih tertidur pulas, tiga sekawan asal Kabupaten Gianyar itu sudah memulai perjalanannya untuk bersembahyang ke Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali.

Mereka ialah, Fernanda Agastya asal Banjar Peninjoan, Desa Kemenuh, Sukawati. Serta dua kakak beradik, Made Parta dan Nyoman Kibul asal Banjar Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Sukawati.

Pada kesunyian malam, mereka menapaki langkah demi langkah kakinya, dari Banjar Tengkulak Kaja, memecah kabut tipis di Jalan Raya Goa Gadjah, serta melewati semak belukar untuk mempersingkat jarak tempuh. Di mana menuju Pura Besakih yang berjarak sekitar 42 Km, dari awal mereka berjalan kaki, tiga sekawan ini tidak mengikuti jalan utama.

Melainkan memilih jalan shortcut, yang tentunya harus melewati tebing, semak-semak, sawah dan kontur alami alam. Di tengah perjalanan, langkah mereka harus terhenti sekian menit, karena harus memakai jasa hujan, lantaran saat itu guyuran hujan menyertai perjalanan tiga sekawan ini. Meski demikian, hujan tak mematahkan sedikit pun semangat mereka untuk menghaturkan bakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Perjalanan panjang disertai hujan, dan sengatan sinar matahari terbayar, saat jam tangan menunjukkan pukul 16.00 Wita. Sebab candi bentar yang gagah dengan latar belakang Gunung Agung telah terpampang di hadapan mereka. Mereka telah tiba di Pura Besakih.

Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali  - Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM
Tiga sekawan dari Gianyar berjalan kaki ke Pura Agung Besakih, Karangasem, Bali - Kisah 3 Warga Gianyar Jalan Kaki Maturan ke Pura Besakih Bali, Tempuh Jarak 42 KM (WEG)

Fernanda Agastya, yang akrab disapa Yande, Rabu 10 April 2024 mengatakan, ia dan dua kawannya tersebut bersyukur bisa sampai di Pura Besakih dengan berjalan kaki. Terkait jarak tempuh yang jauh, Yende mengatakan hal tersebut tidak berarti bagi mereka bertiga.

Sebab, mereka telah terbiasa melewati medan-medan berat saat mendaki gunung. Diketahui, Yande yang berprofesi sebagai teknisi ini, telah mencatatkan pendakian gunung sebanyak 78 kali.

Adapun yang memotivasinya berjalan kaki ke Pura Besakih, karena kerap mendengar keluhan pamedek/umat tentang jarak dari parkiran kendaraan menuju pura dikatakan sangat jauh. Menurut Yande, selama tujuannya adalah untuk menghaturkan bakti pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tidak ada kata jauh atau pun berat.

"Bagi kami, niat yang tulus pasti mencapai tujuan yang diinginkan. Kami juga termotivasi ketika melihat beberapa keluhan umat saat nangkil ke Pura Besakih, terutama ketika jalan kaki dari area parkir menuju Pura Besakih. Sebenarnya itu dekat, jalan kaki tidak sampai 5 menit," ujar Yande.

Yande menjelaskan, jalan kaki bukan hanya membuat fisik menjadi sehat. Namun juga berkaitan dengan kejernihan pikiran saat akan bersembahyang. Sebab, saat berjalan kaki menuju pura, pikiran akan dipusatkan pada aktivitas fisik, pikiran yang fokus tersebut juga membuat kekalutan akan sirna, sehingga saat akan bersembahyang, pikiran akan menjadi jernih, terbebas dari pemikiran negatif.

Dalam menempuh perjalannya ke Pura Besakih, Yande dan dua kawannya ini tidak memiliki persiapan khusus. "Persiapan khusus tidak ada, cuma bawa pakaian sembahyang dan banten. Kendala cuma kadang sinyal GPS hilang saat kita memilih lewat shortcut. Tapi astungkara ketemu jalan raya," kata Yande.

Tiga sekawan ini berharap, langkah mereka bisa memotivasi umat. Mereka berharap tidak ada lagi umat yang mengeluh hanya karena berjalan kaki dari parkiran menuju tempat persembahyangan. "Mudah-mudahan memotivasi masyarakat lainnya," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved