Telinga Mendengung ‘Tinnitus’, Apakah Berbahaya?
Beberapa kondisi medis yang sering menyebabkan di antaranya faktor usia, paparan suara keras dan kotoran pada telinga.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Semua orang tentu pernah mendengar dan mengalami telinga berdengung.
Telinga berdengung mungkin sering dianggap sebagai penyakit di masyarakat, nyatanya kondisi ini merupakan salah satu gejala dari beberapa penyakit tertentu.
Telinga berdengung atau dalam istilah medis disebut tinitus adalah kondisi medis di mana persepsi bunyi yang diterima oleh seseorang tanpa adanya stimulus suara dari luar telinga, baik bersifat subjektif maupun obyektif.
Telinga berdengung adalah kondisi yang dapat dialami oleh semua orang dan segala kelompok usia.
Baca juga: Mengatasi Asam Urat dengan Brokoli: Manfaat, Tips Konsumsi, dan Pencegahan Serangan
Dari penelitian dikatakan lebih banyak laki-laki dan orang yang usianya di atas 60 tahun menderita keluhan ini.
Telinga berdengung disebabkan oleh banyak kondisi medis.
Beberapa kondisi medis yang sering menyebabkan di antaranya faktor usia, paparan suara keras dan kotoran pada telinga.
Penyebab lain yang juga spesifik mengakibatkan telinga berdengung antara lain penyakit meniere yaitu gangguan pada telinga yang bisa menyebabkan vertigo hingga kehilangan pendengaran, cedera pada kepala dan leher, ketegangan otot dan tumor di saraf otak serta penggunaan obat-obatan ototoksis.
Penyakit kardiovaskuler seperti tensi tinggi kadang juga sering menunjukkan keluhan telinga berdengung tipe objektif pada seseorang penderita.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah tinnitus ini berbahaya bagi kesehatan?
Tentu pada beberapa orang, mungkin menganggap wajar masalah tersebut jika mendengungnya hanya berlangsung beberapa detik, menit ataupun hilang sendiri.
Namun lain halnya jika menetap, tentunya sangat mengganggu, baik fisik maupun mental seorang penderita.
Ya, dengung telinga sangat erat kaitannya dengan penurunan kondisi psikologis seseorang, mulai dari gangguan kecemasan, depresi, insomnia dan stres.
Penelitian yang dilakukan oleh Prestes dan Gil (2009) menyatakan bahwa pasien tinnitus subjektif dengan kurang pendengaran memiliki kualitas hidup lebih rendah dibandingkan pasien dengan pendengaran normal.
Belum lagi masalah fisik dari penyakit dasarnya yang turut menurunkan kesehatan dan kualitas hidup.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.