Berita Bali
3 Jenazah Telantar Akhirnya Dikubur, Relawan Rumah Peduli An Nisa Upayakan di Makam Wanasari
Untuk memastikan jenazah beragama Islam, kepolisian dan Dinsos akan memberikan identitas korban seperti KTP.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM – Yayasan Rumah Peduli An Nisa melakukan penguburan tiga jenazah telantar dari RSUP Prof Ngoerah Denpasar, di Pemakaman Wanasari Denpasar, Rabu (12/6).
Siti selaku Pendiri Yayasan Rumah Peduli An Nisa mengatakan, setiap ada jenazah terlantar di rumah sakit biasanya Dinas Sosial langsung menghubungi Rumah Peduli An Nisa.
“Jadi kalau ada jenazah yang tanpa keluarga anggaplah terlantar meminta kami untuk memakamkan dan kami mengeluarkan biaya untuk pemakaman,” jelas Siti.
Untuk memastikan jenazah beragama Islam, kepolisian dan Dinsos akan memberikan identitas korban seperti KTP.
Untuk tiga jenazah saat ini yang dikuburkan ada laki-laki dua jenazah dan perempuan satu jenazah.
“Jadi Rumah Peduli An Nisa memiliki dua jenis relawan untuk memandikan dan memakamkan jenazah laki-laki dan perempuan totalnya 20 orang,” imbuhnya.
Baca juga: TABRAK Lari di Jembrana, Komang Andrian Meninggal Dunia Usai Dirawat Sehari, Simak Beritanya
Baca juga: WASPADA APBN Jebol! Menkeu Sri Mulyani Beri Pesan Penting Pada Prabowo-Gibran!
Untuk jenazah terlantar dari rumah sakit atau Dinsos yang telah dimakamkan sebanyak delapan jenazah. Sementara untuk keluarga tak mampu dan tak memiliki uang, Rumah Peduli An Nisa telah memakamkan sebanyak 30 jenazah dari Januari sampai Juni.
“Ini gratis tidak mengenakan tarif. Kami yayasan itu dana dari masyarakat untuk masyarakat yang menitipkan donasi ini yang dikelola kami,” tutupnya.
Kain kafan, jarik dan peti mati sudah menjadi sahabat Siti selama seorang relawan pengurusan jenazah terlantar di Bali.
Selain menjadi pengurus jenazah, Siti juga merupakan pendiri Rumah Peduli An Nisa. Tak sedikit, sejak terjun mengurusi jenazah terlantar ini, setidaknya sudah 500 jenazah muslim yang diurus Siti dan relawan lainnya.
Pertama kali memulai ini, pada Tahun 2018 Siti masih sendiri dan belum memiliki komunitas. Ditahun itu ia bertemu dengan seorang mualaf bernama Ketut Sri Rahayu yang sebelumnya mengalami sakit dan sudah dirawat di rumah sakit selama 3 bulan hingga meninggal dunia.
“Tagihannya itu Rp 426 juta tidak ada yang bertanggungjawab dan keluarga tidak bisa nebus. Otomatis jenazah tidak bisa dikeluarkan. Waktu itu saya tidak tahu dapat keberanian dari mana saya tandatangani hutang di Sanglah (RSUP Prof Ngoerah) dengan total Rp 409 juta. Karena keluarganya bisa bayar Rp 17 juta,” jelasnya.
Dari situ wanita asal Semarang ini mulai dikenal dari mulut ke mulut, sehingga ketika ada jenazah terlantar di RSUP Prof Ngoerah yang tidak ada keluarga atau keluarga tidak mampu, mereka akan menghubungi Siti.
Setelah lama menjadi relawan. ia pun dipertemukan dengan orang-orang yang se-visi dengannya yakni mau membantu mengurus, memandikan dan menguburkan jenazah. (sar)
Presiden Keluarkan Moratorium, Sekwan DPRD Bali Sebut Belum Ada Rencana Kunker ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Polres Kawasan Bandara Ngurah Rai dan Pecalang Tuban Kolaborasi Jaga Kamtibmas |
![]() |
---|
6 Berita Bali Hari Ini, Mobil Pemedek Jatuh ke Jurang di Besakih, Anggota DPRD Lakukan WFH |
![]() |
---|
MENGEJUTKAN! Tim Jurnalis Bali FC Juara Fourfeo Raturu TV Edisi Perdana |
![]() |
---|
PHDI Pusat Imbau Pemerintah, DPR, hingga Aparat Kedepankan Nurani serta Hindari Kekerasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.