Berita Denpasar
7 KORBAN Jiwa di Denpasar, Demam Berdarah Tembus 1.043 Kasus, Dinkes Sebut Fluktuatif
Adapun jumlah kasus ini dengan rincian, pada Januari sebanyak 34 kasus, kemudian Februari 2024 sebanyak 42 kasus.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Kota Denpasar hingga Juni 2024 ini masih tinggi. Tercatat sampai 26 Juni 2024 ada sebanyak 1.043 kasus DBD. Dari ribuan kasus tersebut, 7 orang di antaranya meninggal dunia.
Adapun jumlah kasus ini dengan rincian, pada Januari sebanyak 34 kasus, kemudian Februari 2024 sebanyak 42 kasus. Pada Maret sebanyak 122 kasus, serta April sebanyak 288 kasus. Pada Mei 2024 ada 363 kasus. Dan Juni hingga 26 Juni 2024 tercatat ada 174 kasus DBD.
Selain itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr AA Ayu Candrawati, jumlah kematian akibat DBD ini sebanyak 7 kasus. Dirinya pun mengatakan, kasus DBD di Denpasar masih fluktuatif, meskipun cenderung mengalami penurunan.
“Kasus DBD masih berfluktuatif tapi cenderung mengalami penurunan. Jumlah kasus dari bulan Januari sampai tanggal 26 Juni 2024 sebanyak 1.043 kasus. Sementara untuk jumlah kematian ada 7 kasus,” kata Candrawati, Kamis (27/6).
Kondisi kasus DBD tahun ini pun sudah hampir menyamai kasus DBD untuk periode yang sama di tahun 2023. Tahun 2023, jumlah kasus sebanyak 1.206, dengan rincian Januari 296, Februari sebanyak 255, Maret 230 kasus, April 186 kasus, dan Mei 158 kasus, dan Juni 81 kasus.
Ia mengatakan, peningkatan kasus DBD di Denpasar tidak terlepas dari siklus musim hujan yang berubah akhir-akhir ini. Sehingga langkah antisipasi dengan pelaksanaan fogging massal pengasapan yang mungkin akan sedikit lebih berisiko. Hal ini berkaitan dengan asap fogging yang dapat mengganggu pernapasan dibandingkan dengan fogging menggunakan mesin ULV.
Baca juga: VAR Harusnya Bisa Membuat Laga Lebih Adil, Masih Kerap Terekam Kontroversi Keputusan!
Baca juga: Dewa Putra Diberhentikan Sebagai Perbekel Tusan, Terjerat Dugaan Korupsi APBDes, Kini Dijabat Plt

"Akhir-akhir ini dengan siklus musim hujan yang berubah, sehingga langkah antisipasi dengan fogging massal pengasapan sedikit lebih berisiko dibandingkan dengan fogging menggunakan mesin ULV. Namun karena kasus yang semakin meningkat diharapkan bisa dilakukan fogging serentak di wilayah Kota Denpasar," katanya.
Selain itu, ia juga berharap peran serta masyarakat melakukan langkah Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN seminggu sekali. Apalagi menurutnya, telur nyamuk bisa bertahan hingga 6 bulan, sehingga PSN ini sangat penting dilakukan.
"Langkah-langkah penanggulangan DBD yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan sosialisasi tentang DBD (melalui radio, media sosial, dan sekolah), kegiatan pemantauan jentik oleh Jumantik (Juru pemantau jentik), kegiatan gertak PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) oleh Jumantik di setiap banjar, lomba PSN, pelaksanaan fogging fokus, pelaksanaan fogging massal (ULV), dan pelaksanaan fogging massal (pengasapan)," katanya.
Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk juga tetap dilakukan. Dimana pihaknya tetap mengedukasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara konsisten dan mandiri. Disamping itu, para jumantik juga tetap melakukan kunjungan rumah untuk ikut memantau jentik dan sekaligus mengedukasi masyarakat.
Dan pihaknya mengatakan, jangan sampai dilakukan fogging setiap minggu, karena disamping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan. “Untuk itu, peran masyarakat tetap diharapkan untuk mandiri PSN di lingkungan masing-masing,” katanya.
Sebelumnya, dalam mencegah kasus DBD, kini sudah ada vaksin DBD. Di Denpasar, vaksin DBD ini sudah tersedia di rumah sakit swasta. Akan tetapi, saat ini Dinas Kesehatan Kota Denpasar belum menambahkan vaksin DBD ini ke program pemerintah.
Candrawati mengatakan, pihaknya akan melakukan kajian lebih lanjut. Vaksin ini disebutkan merupakan produksi Biofarma. "Vaksinnya sudah ada, juga sudah ada audiensi ke Pemkot Denpasar. Tetapi, kami masih berproses, baru tahap rencana sosialisasi," kata Candrawati, belum lama ini.
Pihaknya masih berhati-hati terkait vaksin yang masuk ke pemerintah agar tidak menjadi permasalahan ke depannya. Sebelum memasukan ke dalam program pemerintah, Pemkot Denpasar harus benar-benar memikirkan regulasi yang menaungi peredaran vaksin dari pemerintah.
Selain dari pemerintah daerah, juga Dinas Kesehatan mesti mengeluarkan regulasi yang jelas. "Itu untuk mengantisipasi jika ada masalah ke depannya jangan sampai hanya di daerah bertanggung jawab. Pemerintah pusat juga bisa bertanggung jawab," ungkapnya.
Regulasi itu dibuat berkaca dari Wolbachia yang sempat diributkan di masyarakat. Selain itu, juga mengantisipasi adanya masalah seperti AstraZeneca sebelumnya.
Ia mengatakan, vaksin DBD ini disiapkan dengan tujuan mengantisipasi masyarakat terinfeksi DBD. Sama halnya seperti vaksin Covid-19, pemberian vaksin ke masyarakat ini bisa yang sudah pernah terjangkit maupun belum pernah terkena DBD. "Semua masyarakat bisa melakukan vaksin. Hanya saja umurnya disesuaikan, yang bisa vaksin saat ini disasar dari umur 6-45 tahun," jelasnya.
Vaksinasi dilakukan dua kali dengan rentang waktu selama tiga bulan sekali. Ia pun mengatakan, vaksin ini sudah memiliki izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan sudah ada rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bahkan, sebagai pilot project vaksin ini sudah ditetapkan di Balikpapan.
Khusus di Kota Denpasar kata dia, saat ini hanya berada di rumah sakit swasta. Bagi yang berminat atau ingin melakukan vaksinasi DBD, bisa melakukan vaksin di rumah sakit swasta dan berbayar. (sup)
Bali Masuk Empat Besar
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan interval puncak peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang awalnya setiap 10 tahun sekali kian pendek, menjadi 5 tahun bahkan 3 tahun, karena perubahan cuaca yang semakin tidak menentu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi mengatakan, DBD pertama ditemukan pada tahun 1968 di Indonesia dan dahulu peningkatan kasusnya setiap 10 tahun sekali, bersamaan dengan terjadinya El Nino.
"Bahkan kalau di Jakarta itu tidak ada (intervalnya), setiap tahun pasti ada kasus demam berdarah. Jadi inilah yang saya kira perlu diwaspadai," ujar Imran dalam ASEAN Dengue Day 2024 yang disiarkan di Jakarta, Kamis (27/6).
Di Indonesia, kata dia, angka kematian akibat DBD sejauh ini atau minggu ke-25 tahun 2024 adalah 869 kasus, sedangkan total kematian pada 2023 adalah 894 kasus. Kasus DBD, kata Imran, sejauh ini terdapat 146 ribu kasus pada 2024 dan pada 2023 terdapat sekitar 114 ribu kasus. Sementara itu sebaran kasus DBD terbanyak pada 2023 dan 2024 di wilayah padat penduduk, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, dan Bali.
Imran mengatakan, nyamuk adalah binatang paling ganas, karena menjadi binatang pembunuh nomor satu di dunia. Hal tersebut, lanjutnya, tidak seperti pemikiran orang bahwa binatang seperti ular atau harimau yang paling banyak membunuh manusia. "Nyamuk itu ternyata setiap tahun membunuh sekitar 1 juta orang di dunia," katanya.Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG, kata dia, puncak musim kemarau adalah Juli dan Agustus. Oleh karena itu perlu waspada karena nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit itu menggigit 2,5 kali lebih sering saat suhu meningkat.
"Apalagi nanti yang kami khawatirkan kalau hujannya seperti sekarang di Batam. Hujan sebentar cukup deras pada pagi hari, kemudian 3 hari atau seminggu nggak ada hujan lagi. Maka genangan-genangan air ini yang akan menjadi breeding places," katanya.
Menurutnya, perubahan iklim tidak dapat dicegah, namun yang terpenting adalah cara menghadapinya. Setiap ada puncak kasus itu, kata dia, ada intervensi sehingga kasusnya turun. Kemudian, katanya, kasus naik lagi, yang menandakan bahwa cara intervensi yang lama tidak lagi optimal. Oleh karena itu dia menilai perlunya upaya-upaya inovatif dalam mengatasi DBD.
Selain melakukan upaya pemberantasan nyamuk, menurutnya, pemerintah daerah (pemda) juga perlu melakukan evaluasi mulai dari ketepatan aktivitasnya, frekuensinya, sasarannya, bahkan sebersih apa tempat mereka dari jentik nyamuk guna memastikan efektivitas upaya-upaya tersebut. (ant)
Ringankan Beban Umat, PHDI Denpasar Bali Akan Gelar Upacara Menek Kelih hingga Metatah Massal |
![]() |
---|
4 Mantan Karyawan Berkomplot Lakukan Aksi Pencurian di Denpasar Bali, Gasak 6 Karton Vitamin Rambut |
![]() |
---|
3 Mobil Patroli Satpol PP Denpasar Bali Tak Laik Jalan Diajukan Untuk Penghapusan, Masih Miliki 7 |
![]() |
---|
Rumah Di Denpasar Bali Disatroni Maling, Berlian Hingga Cincin Hilang, Pelaku Masih Berkeliaran |
![]() |
---|
Proyek Kabel Bawah Tanah Denpasar Akan Dimulai Di Sanur Bali, Pengerjaan Dimulai September 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.