Berita Buleleng

KASUS Meningitis Hingga Rabies Jadi Penyakit Paling Mengancam di Buleleng, Simak Beritanya!

Dokter Arya mengatakan perubahan global, perubahan iklim hingga perubahan gaya hidup, dinilai mampu menurunkan imun tubuh.

Freepik
Ilustrasi meningitis - Sejumlah wabah penyakit mengancam masyarakat di Kabupaten Buleleng. Di mana penyebaran penyakit yang paling sporadis diantaranya rabies hingga meningitis. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sejumlah wabah penyakit mengancam masyarakat di Kabupaten Buleleng.

Di mana penyebaran penyakit yang paling sporadis diantaranya rabies hingga meningitis.

Hal tersebut diungkapkan Plt Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha saat ditemui usai kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Kontijensi Penanggulangan Penyakit Berpotensi Wabah/KKM, Selasa (16/7/2024).

Dokter Arya mengatakan perubahan global, perubahan iklim hingga perubahan gaya hidup, dinilai mampu menurunkan imun tubuh.

Terlebih dengan jumlah populasi yang makin meningkat dan mobilisasi di Bali, khusunya Buleleng sebagai daerah wisata juga memberi peluang terjadinya penularan wabah lebih mudah.

"Jadi kondisi global dan kondisi lokal itu, keduanya harus kita atensi sebagai kemungkinan terjadinya wabah-wabah berikutnya," kata dia.

Baca juga: KASUS SMAN 6 Denpasar Minta Pungutan AC Rp1,5 Juta per Siswa, DPRD Bali: Kebijakan Nyeleneh!

Baca juga: 7 Hari Sebelum Ke Jalur Hukum, Desa Bedulu Beri Waktu ke 2 Prajuru Lama, Tuntut Tanggung Jawab Sewa!

Ilustrasi Anjing Rabies - Sejumlah wabah penyakit mengancam masyarakat di Kabupaten Buleleng.

Di mana penyebaran penyakit yang paling sporadis diantaranya rabies hingga meningitis.
Ilustrasi Anjing Rabies - Sejumlah wabah penyakit mengancam masyarakat di Kabupaten Buleleng. Di mana penyebaran penyakit yang paling sporadis diantaranya rabies hingga meningitis. (Freepik)

Ia mencontohkan kelompok virus Corona, yang telah menyebabkan wabah global dalam dua dekade terakhir.

Seperti SARS pada tahun 2000, dan MERS pada tahun 2010. Hingga pada tahun 2020 virus menjadi Covid-19.

"Intinya kita harus memiliki kewaspadaan dini. Itu yang disebut dengan antisipasi terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat," ujarnya.

Dokter Arya mengatakan, selain kasus-kasus yang bersifat global, Kabupaten Buleleng juga memiliki problem tersendiri.

Misalnya meningitis babi hingga rabies yang kini masih ada, dan sangat potensial kembali mewabah. Walau demikian pihaknya selalu menekankan aspek kewaspadaannya, bukan kepanikan.

"Karena kalau waspada itu akan memberi output yang lebih baik. Dan syarat kewaspadaan itu adalah literasi. Jadi mendapatkan informasi yang benar dari pihak yang kompeten. Itu saja intinya masyarakat," imbuhnya.

Ancaman wabah lokal seperti meningitis, kata pria yang juga Direktur RSUD Buleleng ini, biasanya terjadi secara sporadis.

Misalnya ketika kasusnya tinggi, setelah dilakukan sosialisasi maka akan mengalami penurunan kasus. Namun ketika kasusnya turun dan kembali pada cara memasak tidak benar, akan muncul kasus lagi.

"Meningitis babi ini jeleknya, dia mudah disembuhkan tetapi menimbulkan kecacatan permanen berupa ketulian," katanya.

Berbeda dengan meningitis, penyakit flu burung justru memiliki angka mortalitas (kematian) sangat tinggi, yakni 100 persen. Dan hal ini juga disebabkan dari cara memasak.

"Nah kita kan kebutuhan makan setiap hari. Kalau persoalannya pada cara memasak, berarti potensi wabah akan terus ada. Jadi jangan dianggap terlalu sepele lah," sambungnya.

Dokter Arya menambahkan, pihaknya akan mengeluarkan rekomendasi mengenai cara memasak yang benar, untuk menghindari penularan penyakit.

Tidak hanya ini, dari Dinas Pertanian juga akan memberikan edukasi. "Edukasi juga dilakukan melalui radio, media sosial, atau bahkan melalui edaran bersifat formal juga. Jadi akan selalu kita antisipasi," tegasnya.

Lantas disinggung soal antisipasi dan penanganan dini yang disiapkan dari pemkab Buleleng, dr. Arya mengatakan melalui Rencana Kontijensi (Renkon) ini, pihaknya akan memperbaharui SK yang sudah ada.

Dalam SK tersebut melibatkan banyak elemen. Mulai dari kesehatan hingga OPD lain. Termasuk juga desa adat, hingga organisasi non pemerintah.

Seperti yayasan hingga akademisi. "Kita sudah memilki SK tahun 2015, itu kita update jadi lebih baik. Dengan demikian ketika ada wabah, upaya penanganan yang dilakukan lebih baik dari penanganan covid sebelumnya. Itu poinnya," tandas dia. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved