Human Interest Story

Kisah Petani Kopi Buleleng Inwan, Tembus Hingga Pasar Internasional, Teruskan Semangat Nenek Moyang

Produk Kopi Petani Asal Buleleng Tembus Hingga Pasar Internasional, Sekali Permintaan Bisa Mencapai 30 Kontainer

Tribun Bali/Muhammad Fredey
Inwan saat memantau kebun kopi miliknya - Kisah Petani Kopi Buleleng Inwan, Tembus Hingga Pasar Internasional, Teruskan Semangat Nenek Moyang 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Senyum sumringah tergambar di wajah petani kopi di Kabupaten Buleleng bernama Wayan Inwan.

Betapa tidak, harga kopi saat ini terbilang tinggi. Belum lagi ditambah banyaknya permintaan dari pasar internasional.

Sembari dikelilingi lebatnya pepohonan kopi, Inwan ditemani beberapa pekerjanya tampak fokus memantau buah kopi yang telah matang.

Ia mengaku saat ini harga kopi kering sedang tinggi-tingginya.

Baca juga: Kisah Lulusan Terbaik Akmil 2024, Made Aditya Disiplin Sejak SD, Bangun Pagi dan Urus Ternak Babi

"Harga kopi kering bisa mencapai Rp 85 ribu hingga Rp 120 ribu per kuintal, tergantung pada perawatan organiknya," sebutnya, Rabu 17 Juli 2024.

Di lahan seluas 100 hektare yang berlokasi di Dusun Amerta Sari, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada ini, Inwan mengelola 7 hektare lahan di mana 5 hektare difokuskan sebagai kebun kopi.

Ia mengatakan kebun tersebut merupakan warisan nenek moyang.

"Sudah sejak dulu keluarga kami menanam kopi lokal," imbuh dia.

Inwan bertekad untuk meneruskan semangat sebagai petani kopi yang telah diwariskan oleh para pendahulunya.

Oleh sebab itu penggarapan lahan ini dilakukan atas nama Kelompok Tani Sari Mekar, dengan Inwan sebagai ketuanya.

Inwan saat memantau kebun kopi miliknya - Kisah Petani Kopi Buleleng Inwan, Tembus Hingga Pasar Internasional, Teruskan Semangat Nenek Moyang
Inwan saat memantau kebun kopi miliknya - Kisah Petani Kopi Buleleng Inwan, Tembus Hingga Pasar Internasional, Teruskan Semangat Nenek Moyang (Tribun Bali/Muhammad Fredey)

Terhitung sejak tahun 2004 silam, Inwan telah melakukan peremajaan kebun kopi dengan memperkenalkan berbagai varietas seperti Sigararutang, S796, Kopi Kopyor, dan Kopi Yellow.

Bahkan kini ia tengah mengembangkan Kopi Gayo di lahan miliknya.

Dalam setiap usaha tentu ada kendala yang ditemui. Tak terkecuali pada perkebunan kopi yang digarap Inwan.

Ia mengaku pada tahun 2020 lalu, sempat menelan pil pahit akibat dampak cuaca buruk. Yang tentunya berdampak pada hasil panen.

Kendati demikian Inwan tak patah semangat. Sebab menurutnya bisnis kopi terbilang menjanjikan jika dilakukan dengan serius dan perawatan yang tepat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved