Helikopter Jatuh di Bali

KORBAN Kecelakaan Helikopter Jatuh di Bali Bersyukur Masih Hidup, Pengamat Penerbangan Sebut Ini!

Mereka diperbolehkan petugas untuk masuk ke area yang sudah dipasangi garis polisi, dan disana mereka terlihat seperti mengingat kembali saat kejadian

Zaenal Nur Arifin - Tribun Bali
 Tiga korban kecelakaan helikopter di Suluban mendatangi lokasi kejadian. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Ketiga korban kecelakaan helikopter jatuh yakni Russel James Harris, Eloira Decti Paskilah, dan Chriestope Pierre Marrot Castellat, mendatangi lokasi kejadian, Minggu 21 Juli 2024.

 

Mereka diperbolehkan petugas untuk masuk ke area yang sudah dipasangi garis polisi, dan disana mereka terlihat seperti mengingat kembali saat kejadian terjadi.

 

Selain itu, tampak mereka berfoto dengan latar belakang kondisi helikopter yang rusak parah dengan posisi terbalik.

"Saya tidak merasa trauma dan bahagia bisa selamat makanya saya datang kembali kesini,” ungkap Chries.

 

Sementara itu korban WNI Eloira Decti Paskilah mengaku seluruh badannya saat ini masih terasa sakit dan tulang leher retak.

 

“Leher saya retak tulangnya, tulang sebelah kanan belakang. Besok kita balik ke rumah sakit lagi untuk di kontrol. Leher sama semua tulang badan sakit rasanya karena kena benturan hebat, jadi semuanya harus dicek,” kata Eloira bersama sang suaminya Russel James Harris.

Baca juga: WASPADA DBD di Klungkung, Dinkes Catat Angka Demam Berdarah Tembus 855 Kasus hingga Juli 2024

Baca juga: Anjing Serang Warga Batuagung Positif Rabies, Dinas Catat Angka Posisif di Jembrana Capai 25 Kasus!

Proses evakuasi helikopter registrasi PK-WSP milik PT. Indo Aviasi Perkasa (Bali Heli Tour) di bawah operator AOC perusahaan PT. Whitesky Aviation, Minggu 21 Juli 2024. Evakuasi badan helikopter tersebut dilakukan menggunakan alat berat eskavator.
Proses evakuasi helikopter registrasi PK-WSP milik PT. Indo Aviasi Perkasa (Bali Heli Tour) di bawah operator AOC perusahaan PT. Whitesky Aviation, Minggu 21 Juli 2024. Evakuasi badan helikopter tersebut dilakukan menggunakan alat berat eskavator. (Zaenal Nur Arifin - Tribun Bali)

“Kita bisa hidup saja itu mukjizat karena tidak semua kecelakaan helikopter itu bisa selamat. Bersyukur masih hidup,” sambungnya.

 

Disinggung apakah ada rasa trauma? Eloira mengaku masih trauma dan sebelumnya sudah memiliki perasaan tidak enak.

 

“Masih trauma. Kita turbulance dulu baru jatuh dan sempat berputar-putar. Tidak lihat layang-layang. Kalau saya sudah feeling sebenarnya, tidak enak perasaannya sebelum terbang,” tuturnya sambil memegang erat tangan sang suami.

 

Ia menyampaikan bahwa sebelum terbang naik helikopter dari GWK, semuanya baik-baik saja kondisi heli dan tidak terlihat ada hal tidak beres terhadap kondisi heli yang akan dinaikinya.

 

Selain itu Eloira kagum terhadap upaya sang pilot sebelum helikopter jatuh yang meminta semuanya untuk tidak panik.

 

“Pilot nya itu berusaha untuk menyelamatkan nyawa kita semua dan dia bikin kita untuk tenang. Pilotnya amat sangat amazing dia, kalau karena buka dia yang nyelamatin mungkin kita tidak hidup ya,” ungkapnya.

 

Disinggung alasan naik helikopter pada sore itu? Eloira menyampaikan bahwa itu kado spesial untuk sang suami asal Australia.

 

“Rencananya itu ini spesial trip untuk suami saya yang berulang tahun. Untuk merayakan ulang tahun suami tapi ternyata terjadi kejadian kecelakaan ini,” ucapnya.(*)

 Tiga korban kecelakaan helikopter di Suluban mendatangi lokasi kejadian.
 Tiga korban kecelakaan helikopter di Suluban mendatangi lokasi kejadian. (Zaenal Nur Arifin - Tribun Bali)

 

 

Helikopter Jatuh Akibat Tali Layangan, Pengamat Penerbangan : Kalau Mau Salah-Salahan Tidak Ada Habisnya

 

Mengenai kecelakaan helikopter Bell 505 PK-WSP milik Bali Heli Tour, pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengungkapkan informasi yang didapat bahwa heli itu tengah melakukan tur wisata.

 

“Heli sedang melakukan penerbangan wisata dari area GWK ke Uluwatu pada saat kejadian. Untuk terbang helikopter tur itu terbang secara visual. Indikasi awal heli terlilit benang layangan,” ujar Gerry saat dikonfirmasi tribun bali, Minggu 21 Juli 2024.

 

Ia menambahkan, helikopter sedang berjalan pada ketinggian 900ft (sekitar 500 kaki diatas permukaan tanah) pada kecepatan 113knots pas sebelum kejadian.

 

Posisi terakhir terdeteksi helikopter sedang jatuh dengan kecepatan vertikal sekitar 2.000ft per menit.

 

“Ngeliat last momentsnya cukup mengerikan. Terlihat helikopter groundspeednya menurun drastis selagi kehilangan ketinggian,” ungkapnya.

 

Dan data itu nyambung dengan gambar rotor terlilit dengan benang tebal untuk layangan besar.

 

Tim investigator KNKT pada Sabtu 20 Juli 2024 tengah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi helikopter PK-WSP yang mengalami kecelakaan dan jatuh di wilayah Suluban kemarin - Helikopter PK-WSP Rencana Terbang 10 Menit Keliling GWK Hingga Uluwatu Bali, Kondisi Laik Terbang
Tim investigator KNKT pada Sabtu 20 Juli 2024 tengah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi helikopter PK-WSP yang mengalami kecelakaan dan jatuh di wilayah Suluban kemarin - Helikopter PK-WSP Rencana Terbang 10 Menit Keliling GWK Hingga Uluwatu Bali, Kondisi Laik Terbang (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

 

“Helikopter PK-WSP tidak terpasang wire-cutter di sisi atas dan bawah cabin pesawat. Meskipun bersifat optional, wire cutter ini berguna untuk meminimalisir dampak hal-hal seperti kejadian ini,” jelas Gerry.

 

Menurutnya diantara helikopter Bell 505 Whitesky lainnya yang di Bali sepertinya hanya PK-WSU yang memiliki wire cutter.

 

“Apakah ini opsi berbeda sesuai kebutuhan heli tur operatornya atau bukan, entahlah, masih very early days,” imbuhnya.

 

“Sudah ada yang salah-salahan. Kalau mau salah-salahan tidak ada habisnya dan tidak ada solusinya. Peraturan Daerah-nya sudah ada sejak tahun 2000. Yang dilihat apakah layangan ini mematuhi peraturan tersebut, dan juga apa lagi yang bisa diperbaiki dalam pengaturan atau imbauan pengoperasian helikopter wisata di Bali,” sambung Gerry.

 

Ia menjelaskan bahwa untuk terbang helikopter tur itu terbang secara visual.

 

Butuh diketahui apakah pilotnya melihat layangannya? Lalu juga apakah layangan baru sedang dinaikkan, atau sudah naik?

 

Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Layangan di Bali ini kan besar-besar bukan pakai benang kecil, ya kalau kena atau menyambar bisa kelilit.

Sudah ada Perda mengenai menerbangkan layangan di area sekitar Bandara Ngurah Rai, jadi perlu di cek apakah layangan yang kejadian ini mematuhi atau melanggar.

 

“Semoga dari kejadian ini tidak ada unsur yang langsung buru-buru melarang layang-layang atau tur helikopter, karena dua-duanya adalah atraksi wisata Bali,” harap Gerry Soejatman.

Evakuasi - Bangkai helikopter registrasi PK-WSP yang telah berhasil dinaikkan ke atas truk.
Evakuasi - Bangkai helikopter registrasi PK-WSP yang telah berhasil dinaikkan ke atas truk. (Zaenal Nur Arifin - Tribun Bali)

 

 

 

Sebelumnya, Tokoh Rare Anggon atau sekaa layang layang di Denpasar, Kadek Suprapta Meranggi alias Deck Sotto angkat bicara dan berkomentar mengenai kecelakaan helikopter jatuh akibat baling-balingnya terlilit tali layangan, Jumat 19 Juli 2024.

 

“Terkait dengan berita jatuhnya helikopter hari ini di Pecatu, saya secara pribadi sangat berbelasungkawa atas kejadian ini. Dan inilah kejadian yang saya takutkan,” ucap Deck Sotto dalam unggahan video instagramnya.

 

Mengingat disinyalir bahwa tali layang-layang mengakibatkan kecelakaan helikopter tersebut, jadi kita harus lihat dari dua sisi.

 

Pertama layang-layang merupakan tradisi kita dari zaman dahulu, yang kedua kita juga membutuhkan pariwisata terutama dari dirgantara.

 

Dan apa yang terjadi sekarang ini adalah hal yang saya takutkan dan itu terjadi.

 

“Saya pernah menyampaikan kepada salah satu pemilik helikopter 2021 kemarin bahwasanya untuk penerbangan helikopter yang berbasis tur di atas daratan dengan terbangnya rendah.

Saya sarankan untuk tidak terbang saat musim layangan, karena layangan itu terbang diatas 500 Mdpl talinya itu tidak kelihatan,” papar Deck Sotto.

 

“Dan jikalau kena rotoar itu akan sangat berbahaya sekali bisa melilit rotoar itu sendiri. Dan kemudian saran saya itu diikuti oleh pemilik helikopter dengan baik dan benar,” sambungnya.

 

Kemudian hal ini terjadi sangat penting kita ketahui bahwasanya layang-layang adalah suatu tradisi yang adilihur tidak boleh dilupakan.

 

Dan satu sisi saya juga minta teman-teman layang-layang agar tidak menerbangkan layangan terlalu tinggi terutama dekat dengan bandara.

 

Saya juga pernah diundang oleh Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV hadir pada podcast tentang zonasi aman, dan saya sampaikan sedemikian rupa.

 

Layang-layang besar yang biasanya terbang itu tidak sampai 300 Mdpl dan itu ukurannya besar sekali.

 

Dan itu visible sangat bisa dilihat oleh pilot pesawat terbang maupun pilot helikopter.

 

“Yang saya takutkan ini adalah ketika layangan terbang terlalu tinggi kemudian jauh dari zonasi aman, zonasi berbahaya bagi penerbangan jikalau ada helikopter melintas dengan jarak ketinggian rendah maka hal inilah yang akan terjadi (kejadian kecelakaan helikopter hari ini,” ucap Deck Sotto.

 

Kepada rekan-rekan rare anggon saya himbau tidak menerbangkan layang-layang terlalu tinggi, apalagi layangan bun, janggan dan tidak menginapkan layang-layang karena itu juga akan sangat membahayakan sekali.

 

Yang ketiga saya pastikan juga untuk bisnis dirgantara tour wisata helikopter agar tidak mengambil tur diatas daratan dengan terbang rendah, ini sangat berbahaya sekali.(*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved