Berita Gianyar

KISAH Niskala Ida Gede Sudikerta jadi Nanak Terakhir, Sebelum Ida Pedanda Wayahan Bun Wafat

Mantan Wakil Gubernur Bali ini, menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Ida Pedanda Wayahan Bun terbilang cukup unik dan atas tuntunan alam semesta. 

ISTIMEWA
Palebon Ida Pedanda Wayahan Bun, berlangsung pada Kamis, 8 Agustus 2024 di Pejeng, Gianyar, Bali.  Sulinggih yang berasal dari Griya Sanur Pejeng Gianyar Bali ini, wafat pada bulan Juli 2024. 

TRIBUN-BALI.COM -  Dumogi Amor Ing Acintya 

Palebon Ida Pedanda Wayahan Bun, berlangsung pada Kamis, 8 Agustus 2024 di Pejeng, Gianyar, Bali. 

Sulinggih yang berasal dari Griya Sanur Pejeng Gianyar Bali ini, wafat pada bulan Juli 2024. Anak ketiga beliau, yang bernama Ida Bagus Gede Wedayadnya menjelaskan bahwa prosesi palebon Ida Pedanda Wayahan Bun sudah berlangsung selama sebulan. 

"Ngih, kebetulan juga memang mencari duasa dan hari baik untuk palebon ratu pedanda," sebutnya kepada Tribun Bali, Kamis 8 Agustus 2024. 

Tentunya semua keputusan berdasarkan kesepakatan musyawarah mufakat dari keluarga besar Griya Sanur Pejeng Gianyar Bali. Keluarga besar, kolega, dan seluruh sisya serta masyarakat pun hadir di palebon mendiang sulinggih yang juga ahli Arkeologi ini. 

Satu diantara yang hadir, adalah Ida Gede Sudikerta yang merupakan nanak terakhir, asuhan Ida Pedanda Wayahan Bun sebelum berpulang ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mantan Wakil Gubernur Bali ini, menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Ida Pedanda Wayahan Bun terbilang cukup unik dan atas tuntunan alam semesta. 

"Saya memilih beliau menjadi guru nabe saya, dari awalnya saya dapat firasat bahwa saya harus datang ke Griya Sanur Pejeng. Adanya dorongan niskala yang kuat membuat saya akhirnya datang bertemu beliau," jelasnya. 

Baca juga: GPS Kaget Hanya Diare, Tapi Prof Antara Langsung Berpulang, BEM Unud Ucap Belasungkawa!

Baca juga: 9 Juta Lebih Turis Datangi Bali Januari-Juli 2024, Pendiri Jimbaran Hijau Alam & Budaya Bali Dijaga

Ida Gede Sudikerta diapit kedua anak mendiang Ida Pedanda Wayahan Bun saat prosesi palebon di Pejeng Gianyar Bali.
Ida Gede Sudikerta diapit kedua anak mendiang Ida Pedanda Wayahan Bun saat prosesi palebon di Pejeng Gianyar Bali. (Anak Agung Seri Kusniarti - Tribun Bali)

Ida Gede Sudikerta mendengar bahwa Ida Pedanda Wayahan Bun, sedang sakit dan tinggal di Gria Buruan Gianyar Bali. "Betul beliau tidak bisa bangun dan bergerak saya telepon dokter Terawan, saya minta ditangani dan saya ajak berangkat ke Jakarta. 3 hari ditangani kemudian dibawa ke Bali dan langsung bisa berjalan," jelasnya. 

Saat pertemuan itu, mendiang Ida Pedanda Wayahan Bun sudah terdiagnosa diabetes selama bertahun-tahun lamanya. Sang sulinggih pun sempat menggigil, karena sempat mandi masorsor air sehingga membuat kondisinya semakin drop.

Kisah lainnya, Ida Gede Sudikerta mendapatkan nilai 100 dari mendiang guru nabenya ini, karena ketulusannya dan tidak bergeming dalam kondisi apapun. 

"Dalam kondisi sakit saya tetap berguru kepada beliau, kalau orang lain mungkin sudah balik kanan," jelasnya. Apalagi sudah dengan upacara suci besar. 

Usai wafatnya mendiang Ida Pedanda Wayahan Bun, pedanda istri yang akan melanjutkan prosesi hingga nanak Ida Gede Sudikerta resmi menjadi sulinggih

"Saya sudah ada nama (dwijati) dan rencaha ditasbihkan menjadi sulinggih pada tahun 2025," sebutnya. 

Hal berkesan Ida Gede Sudikerta, dan pesan mendiang yang paling diingat adalah 'jangan menyakiti orang, dan jangan membalas' intinya tetap menebar kebaikan. (ask)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved