"Ngaben" Warnai Aksi Akbar ‘Darurat Demokrasi’ di Depan Kampus Unud Sudirman

Massa dari aksi akbar ‘Darurat Demokrasi’ di depan Kampus Unud Sudirman menyuarakan aspirasinya sejak siang tadi hingga petang, Jumat 23 Agustus 2024.

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Suasana aksi yang dimulai sekira pukul 15.00 WITA tadi di depan kampus Unud Sudirman diwarnai bakar ban dan keranda, Jumat 23 Agustus 2024. 

"Ngaben" Warnai Aksi Akbar ‘Darurat Demokrasi’ di Depan Kampus Unud Sudirman

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Massa dari aksi akbar ‘Darurat Demokrasi’ di depan Kampus Unud Sudirman menyuarakan aspirasinya sejak siang tadi hingga petang, Jumat 23 Agustus 2024.

Dalam aksi tersebut juga berlangsung aksi bakar ban dan keranda yang sebelumnya dibawa menjadi aksi teatrikal menggambarkan matinya demokrasi di Indonesia.

“Ada dari berbagai elemen mahasiswa, baik itu dari mahasiswa intra kampus maupun dari ekstra kampus, selain dari organisasi mahasiswa pastinya ada dari elemen masyarakat juga kami ajak, seperti kalangan NGO, LSM dan juga LBH,” ujar I Wayan Tresna Suardiana selaku Ketua BEM Udayana sekaligus Koordinator Lapangan Aksi, Jumat 23 Agustus 2025.

Baca juga: BEM Unud Gelar Konsolidasi Darurat Demokrasi Indonesia, Akan Adakan Aksi Damai Besok

Mengenai keranda yang dibawa, Tresna mengatakan itu merupakan ide dari teman-teman.

“Tadi menggunakan konsep ngaben itu ide dari kawan-kawan, artinya bisa dibilang demokrasi saat ini sudah mati, sudah dipermainkan dan dilucuti secara terang-terangan, maka dari itu kami analogikan demokrasi hari ini sudah mati, dan kami dengan kearifan lokal Bali juga menyiapkan konsep seperti tadi,” ungkapnya.

Ia menambahkan aksi ini akan diakomodasi sesuai kekuatan massa, pihaknya ingin menjaga dan memfasilitasi kawan-kawan yang ikut bersuara.

Baca juga: DARURAT DEMOKRASI! Partai Buruh Bakal Demo DPR dan KPU Hari ini dan Besok

“Aspirasi hari ini, pastinya sesuai kesepakatan konsolidasi kemarin kami tetap mengawal putusan MK, ada menuntut KPU untuk segera menjalankan apa yang menjadi putusan di MK tersebut,” ungkap Tresna.

“Kami juga mengingatkan pemerintah untuk tidak menggunakan instrumen negara untuk kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Jadi kami harap apabila tuntutan kami tidak dilaksanakan kedepannya, kami menolak untuk melegitimasi hasil dari Pilkada 2024,” sambungnya.

Menurutnya apabila itu terjadi, tidak menutup kemungkinan akan ada pembangkang sipil atas tirani yang terjadi hari ini.

“Nyanyian lawan Jokowi sebenarnya lebih kami tafsirkan sebagai bagaimana kita melawan ketidakadilan, bagaimana melawan ketidakbenaran,” tuturnya.

Kita tidak boleh diam melihat suatu yang salah, karena seperti yang bisa dilihat, sudah terang-terangan rezim ini begitu mudahnya memanfaatkan kekuasaan untuk melenggangkan kepentingan kepentingan mereka, maka dari itu hanya ada kata lawan.

Mengenai dinyatakan batalnya DPR mengesahkan RUU Pilkada Serentak 2024 dan kembali kepada Putusan MK, Tresna mengungkapkan bahwa itu hanya sebuah pernyataan saja.

“Pastinya yang kemarin (Batal Revisi UU Pilkada) hanya sebuah statement saja, kita perlu secara tertulis atau ada SK bahwa itu memang dibatalkan, yaitu lewat rapat resmi dari DPR itu sendiri,” jelasnya.

Kami tetap turun hari ini kami tetap kritis tidak mau lengah sedikit pun, tiba-tiba seperti biasanya DPR saat kami lengah disahkan RUU itu.(*)

 

Berita lainnya di Aksi Mahasiswa

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved