Berita Gianyar

3 Kali Ombak Besar Terjang Perahu Sulinggih! Insiden Ritual Mulang Pakelem di Laut Masceti

Perahu yang ditumpangi Ida Pedanda Griya Padang Tegal lanang dan istri dihantam ombak besar hingga tiga kali. Mesin perahu itu pun mati di tengah laut

ISTIMEWA
MULANG PAKELEM - Krama mengerumuni Ida Pedanda Griya Padang dan Cok Nindia setelah insiden perahu diterjang ombak besar di Pantai Masceti, Kecamatan Blahbatuh, Senin (2/9). Beruntung tak ada korban dalam peristiwa ini. BPBD Gianyar meminta pihak desa adat tanpa kecuali memberitahu petugas sebelum menggelar ritual di tengah laut.   

TRIBUN-BALI.COM - Krama Desa Pakraman Teges Kanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, lega. Ritual mulang pakelem di Pantai Masceti, Kecamatan Blahbatuh akhirnya tuntas, Senin (2/9). Ritual ini sempat membuat krama panik.  

Perahu yang ditumpangi Ida Pedanda Griya Padang Tegal lanang dan istri dihantam ombak besar hingga tiga kali. Mesin perahu itu pun mati di tengah laut. Perahu tersebut terombang-ambing gelombang.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Kebencanaan Daerah (BPBD) Gianyar, di lokasi kejadian juga ada panglingsir Puri Agung Peliatan sekaligus pemimpin upacara, Ida Tjokorda Putra Nindia. Kabarnya Cok Nindia akan naik di perahu itu namun tak jadi karena tak muat.

Baca juga: Banyak Kader PKB Kecewa Muktamar Bali, Yaqut Sudah Siap & Menunggu Dipecat Cak Imin

Baca juga: Bumbung Gebyog dan Male Tunggu Ditetapkan sebagai WBTB

Krama pun panik karena perahu terombang ambing di tengah laut dengan keadaan ombak yang besar. Namun beruntung sudah banyak anggota Balawista BPBD Gianyar yang ditugaskan untuk mengamankan ritual ini.

Babinsa Desa Medahan Blahbatuh, Kopda Gusti Suarma menjelaskan, perahu tersebut mati mesin sekitar 300 meter. "Terjadi setelah prosesi upacara mulang pakelem, kira-kira 300 meter dari bibir pantai," ujarnya.

Suarma menjelaskan, dua sulinggih berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat. "Ada perahu menolong dan beliau diantar sampai bibir Pantai Masceti, lalu perahu kembali ke laut untuk menarik perahu yang mesinnya mati menuju Pantai Cucukan," ujarnya.

Istri Cokorda Nindia, Sagung Ratu Sri Jaya Laksmi menjelaskan, dalam prosesi mulang pakelem ini, desa pakraman menyiapkan tiga perahu. Perahu pertama berisi bagia atau sarana upakara. Perahu ini berangkat paling awal menuju tengah laut.

Disusul perahu kedua yang lebih kecil dari perahu pertama. Di perahu kedua ini rencananya dinaiki oleh Ida Pedanda Griya Padang Tegal lanang-istri dan Ida Tjokorda Nindia. Namun karena tidak muat, Cokorda pun turun dan berencana naik ke perahu ketiga.

"Ida Cokorda sudah sempat naik ke perahu kedua, tapi tidak muat, karena hanya bisa ditumpangi dua orang. Kemudian Ida Cokorda pun turun untuk naik ke perahu ketiga," ujar Sagung Ratu.

Saat perahu kedua berangkat dan sudah berjarak sekitar 300 meter dari pesisir pantai, tiba-tiba perahu diterjang ombak besar, bahkan sebanyak tiga kali. Air laut sampai masuk dan membuat perahu itu terombang-ambing.

"Perahu terus terombang ambil dan diterjang ombak terus menerus sampai tiga kali, dan air laut juga masuk ke dalam perahu. Akhirnya Ida Cokorda meminta perahu ketiga untuk menyusul perahu kedua, saat itu Ida Cokorda tidak ikut," ujar Sagung Ratu.

Sagung Ratu bersyukur kejadian ini tidak sampai menyebabkan korban jiwa. "Astungkara, Ida Pedanda bisa dievakuasi dengan selamat," demikian ujarnya dengan nada lega. (weg)


BPBD: Pantai di Gianyar Berbahaya

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar meminta agar desa adat berkoordinasi atau memberitahu jika akan melakukan ritual di tengah laut.

Kondisi ombak di sepanjang pantai di Kabupaten Gianyar ganas dan sulit untuk diprediksi. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, I Gusti Ngurah Dibya Presasta mengatakan, dalam ketenangan sekalipun, kadang sering muncul ombak tinggi mencapai dua meter. Arusnya deras dan tak beraturan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved