UMKM Bali
Gerabah Sari: Menjaga Warisan Leluhur Bali Melalui Kerajinan Tangan yang Berkualitas
Gerabah Sari adalah sebuah UMKM yang berfokus pada kerajinan gerabah, yang awalnya digunakan untuk keperluan upacara keagamaan.
Penulis: I Made Wira Adnyana Prasetya | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Selain produk gerabah untuk upacara keagamaan, Gerabah Sari juga dikenal dengan produk furniture yang telah diekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Australia, dan Singapura.
"Kami sering ekspor, terutama ke Malaysia, sebelum bom Bali. Sekarang, ekspor lebih sedikit, tetapi masih ada. Saat pertemuan G20, hotel-hotel di Bali banyak mencari produk kami, jadi sekarang lebih banyak untuk pariwisata di Bali," tambahnya.
Haraga tiap kerajinannya berfariasi, untuk grabah yang digunakan sebagai sarana keagamaan berkisar dari Rp 3.000 – Rp 50.000, sedangkan untuk pariwisatanya berkisar dari Rp25.000 – Rp300.000 tergantung pesanan yang diinginkan.
Meskipun telah meraih kesuksesan, I Nyoman Suarjana menghadapi tantangan, seperti kesulitan mencari bahan baku yang harus diambil dari luar daerah, serta kekhawatiran akan punahnya budaya gerabah ini di kalangan generasi muda yang kurang berminat belajar.
“Saya sempat melakukan pelatihan di hampir seluruh kabupaten di Bali, bahkan sampai keluar Bali, seperti di Lombok, Jawa, dan Kalimantan. Di Banjar Basang Tamiang ini, saya selalu memberikan pelajaran kepada anak-anak, sebab mereka adalah generasi penerus. Syukurlah, ada beberapa yang bisa membuat kerajinan gerabah, dan astungkara, budaya ini bisa terus berlanjut,” kata I Nyoman Suarjana.
Gerabah Sari bukan hanya sebuah UMKM, tetapi juga penjaga warisan budaya Bali yang kaya.
Usaha ini terus berkembang dan tetap relevan di tengah arus modernisasi, dengan harapan bahwa seni kerajinan gerabah dapat terus hidup dan dihargai oleh generasi mendatang. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.