Berita Klungkung
966 Anak di Klungkung Tidak Sekolah
Sebanyak 966 anak di Klungkung terdata tidak bersekolah. Permasalahan ekonomi hingga kesehatan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
966 Anak di Klungkung Tidak Sekolah
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Sebanyak 966 anak di Klungkung terdata tidak bersekolah.
Permasalahan ekonomi hingga kesehatan, menjadi penyebab anak-anak tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Klungkung, I Ketut Sujana mengungkapkan, angka 966 anak tersebut merupakan akumulasi dari tahun 2021.
Jumlah tersebut terdiri dari lulus tidak melanjutkan (LTM) ke jenjang SMA sebanyak 215 orang.
Baca juga: PDIP Wajibkan Anggota Fraksi Urunan Rp50 Juta, Menangkan Satriya dan Koster-Giri di Klungkung
Dengan rincian LTM di tingkat SD sebanyak 50 orang. Sementara LTM di tingkat SMP sebanyak 165 orang.
Sedangkan anak yang mengalami drop out (DO) atau berhenti dari proses pendidikan, yakni total sebanyak 183 orang.
Jumlah tersebut terdiri DO pada tingkat pendidikan SD sebanyak 44 orang, SMP sebanyak 55 orang dan SMA sebanyak 84 orang.
Sementara paling banyak anak belum pernah sekolah (BPS), yakni mencapai 568 orang.
Baca juga: Politik Bali Sepekan: Fraksi DPRD Klungkung Terbentuk Tanpa Golkar-KPU Liburkan Kampanye di Galungan
Jumlah tersebut terdiri DO pada tingkat pendidikan SD sebanyak 44 orang, SMP sebanyak 55 orang dan SMA sebanyak 84 orang.
"Yang jumlahnya paling banyak anak belum pernah sekolah , yakni mencapai 568 orang " ujar Sujana
Anak belum pernah sekolah rincianya, usia 7-12 tahun sebanyak 182 orang, usia 13-15 tahun sebanyak 122 orang dan di bawah 15 tahun sebanyak 268 orang.
Baca juga: Penetapan Pimpinan DPRD Klungkung Alot, Akhirnya Tanpa Golkar
Sujana mengatakan, ada beberapa penyebab anak-anak tersebut memilih tidak bersekolah.
Misalnya karena faktor kondisi ekonomi, serta alasan kesehatan.
"Alasan anak-anak tidak lanjut sekolah, rata-rata karena mereka ingin bekerja," ungkap dia.
Beberapa upaya telah dilakukan, agar anak-anak tersebut menuntaskan pendidikannya.
”Sekolah dan dinas sudah berupaya membujuk untuk kembali ke sekolah, tetapi tetap ingin bekerja. Bekerja lebih diutamakan dan juga mengupayakan kejar paket,” ungkap Sujana. (*)
Berita lainnya di Putus Sekolah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.