Berita Nasional

Refleksi Sumpah Pemuda dalam Berbangsa dan Bernegara Saat Ini

Situasi Global dan Kawasan baik secara Geo Politik maupun Geo Strategis, sulit diduga

istimewa
Agus Widjajanto 

TRIBUN-BALI.COM - Situasi Global dan Kawasan baik secara Geo Politik maupun Geo Strategis, sulit diduga, dimana masalah kepentingan strategis dan politis dari Negara Adi Daya, baik Amerika Serikat dan sekutunya, seperti United King Dom, Australia, Israel, disatu pihak  dan China Tiongkok dari sisi yang punya kepentingan sendiri, serta Rusia dengan kepentingannya, telah merubah kontelasi keamanan Global.

Bukan tidak mungkin merambah pada kawasan Indo Pasifik,  yang setiap saat bisa berhadap-hadapan dan terjadi gesekan yang bisa memicu perang besar.

Kestabilan secara Geo Politik dan strategis kepentingan mereka sangat  berpengaruh pada kestabilan ekonomi dunia, yang saat ini didominasi oleh Uni  Eropa dan Amerika, lambat laun  bergeser pada kekuatan China Tiongkok sebagai kekuatan dunia baru, baik secara ekonomi maupun kemampuan penguasaan teknologi. 

Baca juga: GARANG Saat Buat Keributan di Kuta Utara, Pakai Baju Orange, 2 Anggota Ormas Diam Tanpa Kata

Akibat dari gesekan kepentingan itulah, bisa menyeret Indonesia dalam konflik dikarenakan secara geografis, letak dari wilayah teritorial kita sangat strategis. Selain itu,  dipandang secara demografis jumlah penduduk, sumber daya alam yang sangat kaya, menjadi incaran negara-negara besar.

Bukan tidak mungkin, apa yang selama ini jadi isu, bahwa wilayah kita akan di kapling, dibagi sesuai kesepakatan dari Negara Adi Daya, menjadi dua wilayah Yakni Indonesia Barat  dan Indonesia Timur, menjadi kenyataan. 

Baca juga: Kukul Bulus Berbunyi saat Anggota Ormas Buat Keributan di Badung Bali, Adu Mulut Bikin Warga Kesal

Untuk itu hanya pada pundak kita sendiri sebagai anak bangsa yang bisa mempertahankan kedaulatan serta eksistensi dari pada sebuah Negara Berdaulat. 

Sebagai negara yang pluralis terdiri dari berbagai suku, Ras dan Agama, sangat rentan untuk dipecah belah melalui perang Proxi oleh negara besar demi kepentingan, menguasai sumber daya alam kita, yang oleh para pendahulu kita, sebelum Indonesia merdeka, yakni  pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda yang saat itu mempunyai sebuah kesadaran berbangsa dan bernegara untuk bebas dari penjajahan telah berikrar melalui kongres pemuda di kota Batavia saat itu (Jakarta saat ini).

Kongres pemuda yang dikenal dengan Sumpah Pemuda tersebut dihadiri para utusan organisasi pemuda dari berbagai penjuru tanah air, ada Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Celebes.

Para pemuda  berikrar secara kebangsaan yang berisi semangat persatuan dan rasa cinta tanah air yang merupakan tonggak utama dalam  sejarah  pergerakan. 

Fenomena saat ini, bangsa ini justru pada masa reformasi yang telah memberikan kebebasan dalam berbicara dan berpendapat, akhirnya terlena hingga sejarah berdirinya negara ini telah diklaim oleh keturunan asing bahwa Bendera Merah Putih dan Hari Kemerdekaan merupakan karya dari kakek-kakek mereka.

Bahkan telah terjadi pemalsuan makam-makam dalam situs makam kuno yang merupakan makam dari leluhur-leluhur bangsa ini, diubah menjadi nama dari kakek-kakek mereka. Ini harus diwaspadai bahwa secara nyata telah terjadi manipulasi sejarah, yang akan membalikan sejarah bangsa ini kedepan.

Generasi-generasi kita selanjutnya, anak cucu kita akan menerima sejarah baru yang tidak ada kaitan dengan para pejuang bangsa dari Bangsa ini, yang telah berjuang dengan nyawa, harta dan air mata. 

Merefleksi sejarah masa lalu dimana "Sumpah Pemuda" sudah berlangsung 96 tahun yang lalu (hampir 1 abad). Embrio Nasionalisme sudah tampak nyata diikrarkan oleh kalangan pemuda pada waktu itu ke dalam rumusan: "Satu Nusa, Satu Bahasa dan Satu Bangsa". Sumpah Pemuda sebagai embrio Nasionalisme, memberikan spirit founding Fathers, tokoh pergerakan kemerdekaan, kalangan pemuda, dan segenap komponen lainnya dalam masyarakat, menyemangati perjuangan untuk merebut kemerdekaan. 

Dalam Pidato kelahiran Pancasila sebagai dasar negara (sebagai jawaban atas keinginan Ketua BPUPKI), Ir. Soekarno lebih mengkedepan Nasionalisme pada urutan sila-sila Pancasila. 

Spirit nasionalisme pula yang menggelorakan obsesi segenap pejuang kemerdekaan untuk memproklamirkan pada tanggal  17 Agustus 1945. Pasca Proklamasi, spirit Nasionalisme semakin nyata digelorakan oleh Presiden Soekarno ke dalam upayanya membangun watak/karakter bangsa (Nation character building) dengan mengubah mental bangsa terjajah menjadi mental bangsa merdeka. Semuanya dilakukan untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan, sekaligus ke luar, agar berdiri sebagai bangsa yang bermartabat dan terhormat serta equal dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved