Berita Jembrana

Jembrana Catat 332 Kasus DBD di 2024, Temuan Kasus Terbanyak di Kecamatan Negara

Menurut data yang diperoleh, jumlah 332 kasus DBD tersebut tersebar di lima kecamatan yang ada.

Tribun Bali/Dwi S
ILUSTRASI - Sebanyak 332 kasus demam berdarah dengue (DBD) tercatat di Kabupaten Jembrana sepanjang tahun 2024 kemarin. Jumlah ini menurun hampir 100 kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Namun begitu, masyarakat diharapkan tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.  

TRIBUN-BALI.COM - Sebanyak 332 kasus demam berdarah dengue (DBD) tercatat di Kabupaten Jembrana sepanjang tahun 2024 kemarin.

Jumlah ini menurun hampir 100 kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Namun begitu, masyarakat diharapkan tetap waspada dan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. 

Menurut data yang diperoleh, jumlah 332 kasus DBD tersebut tersebar di lima kecamatan yang ada.

Rinciannya, di Kecamatan Negara sebanyak 93 kasus, Kecamatan Melaya sebanyak 42 kasus, Kecamatan Mendoyo tercatat 82 kasus, Kecamatan Jembrana tercatat 89 kasus, serta 26 kasus di Kecamatan Pekutatan.

Sementara, dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau 2020-2024, tahun 2023 menjadi temuan kasus yang terbanyak.

Baca juga: Sugawa Korry Absen Pada Penetapan Bupati-Wakil Bupati Buleleng Terpilih, Simak Alasannya! 

Baca juga: SAH! Sutjidra-Supriatna Pimpin Buleleng, Segera Siapkan Program 100 Hari

Pada 2020 tercatat ada 267 kasus, kemudian di 2021 menurun drastis menjadi 96 kasus. Di 2022 kembali naik menjadi 347 kasus dan di 2023 menjadi puncak tertinggi mencapai 435 kasus. Dan di tahun 2024 menurun menjadi 332 kasus DBD.

"Kasus DBD selama 2024 kemarin tercatat mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra saat dikonfirmasi, Kamis (9/1).

Dia menjelaskan, penurunan kasus yang terjadi di Jembrana tak lepas dari peran masyarakat. Yang mana sebagian masyarakat di Gumi Makepung ini sudah mulai sadar akan pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala di lingkungannya masing-masing.

"Termasuk juga tindaklanjuti dari petugas kesehatan kita. Ketika ada kasus, mereka langsung terjun ke lapangan untuk mengecek dan dilakukan penanganan misalnya dengan fogging," jelasnya. 

Sementara Ambara Putra mengungkapkan, faktor iklim atau cuaca selama 2024 turut berpengaruh. Pasalnya, di tahun 2024 lalu, hujan deras lebih sering mengguyur Kabupaten Jembrana yang tentunya menjadi penghambat perkembangbiakan nyamuk di alam.

"Hal berbeda jika saat ini musim hujan kemudian ada jeda, terang lagi, kemudian hujan lagi, kondisi ini bisa mempermudah perkembangbiakan nyamuk. Kami harap kondisinya terjadi di tahun ini juga," jelasnya. 

Dia berharap, masyarakat tetap konsisten menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing terutama saat musim hujan sehingga bisa menekan jumlah kasus bertambah banyak dibanding tahun sebelumnya. 

"Astungkara beberapa tahun belakangan ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Mereka hanya dirawat di faskes dan kemudian pilih," tandasnya. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved