Berita Buleleng
Wanagiri Jadi Sorotan Dunia, UNDP Apresiasi Pengelolaan Hutan & Wisata Berbasis Konservasi
Keberhasilan inipun mengundang perhatian organisasi dunia, yakni United Nations Development Programme (UNDP).
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Desa Wanagiri yang berlokasi di Kecamatan Sukasada, Buleleng dinilai berhasil mengelola Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Keberhasilan inipun mengundang perhatian organisasi dunia, yakni United Nations Development Programme (UNDP).
Delegasi yang berkunjung ke Desa Wanagiri pada Selasa (20/5) sebanyak 80 orang. Mereka dari berbagai negara Asia Tenggara dan Tiongkok.
Perbekel Wanagiri, Made Suparanton mengungkapkan, pihaknya mengelola HPT sejak tahun 2016 dengan total luas lahan 250 hektare.
Lahan tersebut selanjutnya dibagi pengelolaannya kepada tiga kelompok tani hutan. Sejumlah potensi wisata pun terus dikembangkan. Mulai dari wisata air terjun, camping ground, ATV, cycling, dan trekking.
Baca juga: Gedung MPP Karangasem Belum Difungsikan, Setelah 4 Bulan Rampung dan Telan Anggaran Rp 5,37 M
Baca juga: Ombudsman Bali Akan Buka Posko Pengaduan Pendaftaran Siswa Baru

"Kami juga kembangkan agrikultur atau argo tourism. Meliputi kebun buah salah satunya alpukat. Selain itu kami juga kembangkan perkebunan kopi. Kami ingin tunjukkan kopi Robusta dan Arabika khas Wanagiri," ujarnya.
Tak hanya itu pihaknya juga ingin menunjukkan tanaman talas atau taro yang dibudidayakan di antara pohon kopi. Di mana talas atau taro ini menjadi bahan utama produk olahan yang dikembangkan Kelompok Wanita Tani (KWT).
"Oleh KWT talas/taro diolah menjadi keripik, kue bolu, nugget hingga sate. Adapula produk rempah-rempah seperti jahe, selanjutnya dikembangkan sebagai jamu," ucapnya.
Menurut Suparanton, upaya yang dilakukan mampu menarik perhatian wisatawan internasional. Bahkan jumlah kunjungan tamu asing per hari mencapai 1000 orang.
Pendapatan asli desa yang dihasilkan dari pengelolaan wisata ini selanjutnya dimanfaatkan untuk upaya konservasi. Selain dari pengelolaan wisata, upaya konservasi juga dilakukan melalui program adopsi pohon.
Di mana tamu asing yang berdonasi dengan nilai tertentu, memiliki nama terhadap suatu pohon yang dapat dilihat melalui barcode. Sedangkan pohon yang dipilih untuk diadopsi, tidak boleh ditebang dalam jangka waktu minimal 2 tahun. "Nominal donasi tergantung dari tamu. Ada yang Rp 500 ribu, bahkan hingga Rp 10 juta," sebutnya.
Kata Suparanton, uang donasi tersebut selanjutnya masuk ke kas BUMDes. Uang inilah yang nantinya dimanfaatkan untuk pengadaan bibit pohon. "Kalau jenis bibitnya kami kembalikan pada kelompok dan kebutuhan. Bisa kopi, alpukat, leci, durian hingga manggis," imbuhnya.
Sementara, salah satu donatur bernama Jero Kadek Suardika mengatakan, pihaknya sudah dua kali berdonasi. Kendati tidak ada benefit langsung yang diterima, namun menurut Suardika langkah kecil yang dilakukannya sebagai wujud terima kasih kepada alam atas anugerah yang diterima.
"Apalagi berbicara Bali, kita selalu berbicara retorika tri hita karana, namun praktiknya belum maksimal. Sebaliknya ini adalah langkah kecil untuk ikut menjaga. Satu sisi warga lokal bisa dapat pendapatan, namun di sisi lain mereka wajib menjaga alam," tandasnya. (mer)
HADAPI MAUT BERDUA! Dewi dan Gede Meninggal di Gerokgak Buleleng, Kelakuan Sopir Bikin Geram |
![]() |
---|
TEMPAT Nongkrong Timur Pura Penimbangan Buleleng Dirobohkan! Simak Alasan Selengkapnya |
![]() |
---|
TEWAS Ibu & Anak Terpental, Kecelakaan di Buleleng, Sopir Truk Mengantuk Saat Berkendara |
![]() |
---|
Tragis, Laka Maut di Buleleng Bali Renggut Nyawa Ibu dan Anak, Korban Terpental Sopir Truk Kabur |
![]() |
---|
PERJALANAN TERAKHIR Bareng Istri di Buleleng, Wayan Mastri Berpulang Secara Tragis Dihadapan Suami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.