Berita Jembrana

Harga Cabai Kecil di Jembrana Tembus Rp 80 Ribu per Kg, Cuaca Buruk Disebut Jadi Penyebab

Harga Cabai Kecil di Jembrana Tembus Rp 80 Ribu per Kg, Cuaca Buruk Disebut Jadi Penyebab

Pixabay/Alexas_Fotos
Ilustrasi cabai 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Harga sejumlah bahan dapur di Pasar Umum Negara, Jembrana mengalami peningkatan beberapa hari ini.

Bahkan, saat ini harga cabai mencapai Rp80 ribu per kilogramnya. Peningkatan ini disebutkan karena disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi belakangan ini.

Cuaca buruk menyebabkan petani alami gagal panen dan pasokan kian menipis. 

Selain cabai, peningkatan juga terjadi pada bumbu dapur lainnya. Seperti tomat contohnya.

Jika sebelumnya Rp17 ribu, kini mencapai Rp32 ribu per kilogramnya. Kemudian ayam potong meningkat menjadi Rp32 ribu perkilogram.

Baca juga: Potensi Kerusakan Terumbu Karang Akibat  Penyebrangan, Kapal  di Klungkung Dilarang Cemari Laut

"Sudah naik sejak seminggu lalu (bumbu dapur). Penyebabnya mungkin karena kemarin sempat tidak ada pengiriman (sopir mogok) hingga cuaca buruk ini. Petani katanya ada yang gagal panen juga," ungkap salah satu pedagang, Ni Ketut Netri, Jumat 27 Juni 2025. 

Dia mengungkapkan, saat ini harga cabai merah kecil yang peningkatannya paling tinggi.

Mencapai Rp80 ribu perkilogramnya. Diharapkan kondisi ini tidak sampai berlarut-larut seperti sebelumnya yang sempat nembus harga Rp130 ribu perkilogram.

"Kemungkinan cuaca buruk belakangan ini yang jadi penyebab utama pasokan semakin sedikit sehingga harga melambung," ucapnya.

Baca juga: SPMB Bali 2025: Jadwal Pendaftaran, Syarat Umum, Tahapan dan Jalur Penerimaan Jenjang TK SMA/SMK

Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan I Komang Agus Adinata mengakui sejumlah komoditi terutama bumbu dapur harganya melonjak. Hal ini disebutkan karena dampak cuaca buruk. Namun, harganya masih fluktuatif. 


"Masih fluktuatif, harga cabai paling tinggi saat ini," ungkap Adinata. 


Dia menyebutkan, sejumlah faktor menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah cuaca buruk. Cuaca buruk menjadi penyebab petani alami gagal panen sehingga petani juga memilih untuk beralih tanaman lain. 


"Sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, terutama buah. Sehingga dengan permintaan yang tinggi dan pasokan yang sedikit harganya menjadi tinggi," ungkapnya. 
Dia mengakui akan terus memantau perkembangan harga komoditi tersebut dalam beberapa hari kedepan. Sejumlah langkah bakal dilakukan jika memang diperlukan untuk menstabilkan harga.


"Jika memang diperlukan, kita akan gelar pasar murah untuk intervensi," tandasnya.

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved