Kapal Tenggelam di Selat Bali

Kesaksian Riko, Saksi Hidup Insiden Kapal Tenggelam di Selat Bali, Sempat Merasakan Hal Aneh

Riko, pria 28 tahun asal Banyuwangi menjadi salah saksi hidup insiden KMP Tunu Pratama Jaya yang alami blackout kemudian tenggelam

Istimewa
SELAMAT - Belasan penumpang dan ABK KMP Tunu Pratama Jaya saat berhasil dievakuasi ke pesisir Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Kamis 3 Juli 2025 pagi. 

Kesaksian Riko, Saksi Hidup Insiden Kapal Tenggelam di Selat Bali, Sempat Merasakan Hal Aneh

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Riko, pria 28 tahun asal Banyuwangi menjadi salah saksi hidup insiden KMP Tunu Pratama Jaya yang alami blackout kemudian tenggelam di selat Bali, Kamis 3 Juli 2025 dinihari.

Ia jadi salah satu dari 16 orang selamat dan berhasil ke pesisir Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali berkat bantuan nelayan setempat.

Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini mengisahkan betapa "ngeri" insiden tersebut dan terjadi begitu cepat.

Riko yang bekerja sudah 5 tahun di KMP tersebut menuturkan, detik-detik sebelum KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam itu memang sempat trouble sebelumnya.

Sekitar pukul 23.30 WIB atau saat dirinya sedang istirahat tidur di kapal, ia merasakan hal aneh.

"Saya tidak begitu mengetahui (kejadiannya) karena saya istirahat tidur karena harus jaga karena jam 01.00 WIB mau jaga," tutur Riko. 

Baca juga: UPDATE Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali: 4 Orang Meninggal, 23 Selamat dan 38 Dalam Pencarian

Saat itu, ia merasakan bahwa kapal motor penumpang yang sudah berusia sekitar 15 tahun itu terasa miring ke kanan.

Ia pantas bergegas bangun dan mengambil handphone lantas mencari posisi tertinggi ke atas. 

"Sekitar setengah 12 malam, udah kerasa kayak miring ke kanan, saya langsung bangun ambil handphone langsung cari posisi tertinggi. Kapal ke kanan saya lari ke kiri karena jika posisi terendah ikut kapal tenggelam," kenangnya. 

Baca juga: Satu Penumpang Selamat Dievakuasi Dari Perairan Candikusuma, Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali

Pria yang jadi ABK pada bagian dek kapal ini melanjutkan, setelah miring kapal mengalami blackout hingga akhirnya dia memutuskan untuk lompat ke laut.

Di tengah laut, dia berusaha memanggil semua orang, baik ABK maupun penumpang yang ia lihat.

Setelah terkumpul, barulah berusaha menggunakan life raft atau jenis perahu karet seperti pelampung warga orange.

Satu per satu warga kemudian dinaikkan ke alat bantu tersebut. 

Baca juga: 4 Jenazah Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali Sudah di RSU Negara , 2 Orang Selamat Masih di IGD

"Saya naik itu (life raft) bersama belasan orang lainnya yang selamat saat ini. Saat itu situasinya tidak bisa dibayangkan, orang-orang semua sudah kelelahan ada yang muntah, banyak minum air laut dan lain sebagainya hingga tak bisa mengayuh pelampung itu," tuturnya. 

Karena kelelahan, belasan orang tersebut hanya bisa pasrah dan menunggu hingga pagi.

Akhirnya perahu nelayan datang dan berhasil menarik ke pinggiran sekitar pukul 08.00 WITA.

"Akhirnya diselamatkan dan dievakuasi ke daratan," jelasnya dengan wajah yang menunjukkan trauma mendalam

4 Meninggal Dunia

Berdasarkan laporan petugas di lapangan, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada sekira pukul 23.35 WIB.

"Adapun berdasarkan data manifest sementara, kapal mengangkut sebanyak 53 orang penumpang, 12 orang awak kapal, serta 22 unit kendaraan dari berbagai golongan," Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud, Kamis 3 Juli 2025.

Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) telah dilakukan sejak dini hari oleh Tim Gabungan dari unsur Basarnas, TNI/Polri, Syahbandar, KPLP, ASDP, serta unsur terkait lainnya di bawah koordinasi Kantor Pencarian dan Pertolongan. 

"Hingga pukul 10.00 WITA, data sementara dilaporkan 4 orang meninggal dunia dan 31 orang penumpang telah berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat dan saat ini berada dalam penanganan lebih lanjut di Gilimanuk," ungkapnya. 

Data nama dan keterangan korban masih dalam proses pendataan.

Saat ini, operasi SAR masih berlangsung dengan dukungan armada laut dan tim penyelamat dari berbagai instansi terkait. 

"Upaya pencarian terhadap penumpang lainnya masih terus dilakukan. Proses evakuasi menghadapi tantangan berupa kondisi gelombang laut yang tinggi (2 hingga 2,5 meter), angin kencang, serta arus kuat di sekitar lokasi kejadian," jelasnya.

Ditjen Hubla menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian ini dan memastikan bahwa setiap langkah penanganan dilakukan secara cepat, terkoordinasi, dan mengedepankan keselamatan jiwa. 

"Kami terus berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung kelancaran operasi pencarian dan penyelamatan, ucap Muhammad Masyhud.

Saat ini telah dibuka Posko Terpadu Penanganan Evakuasi KMP. Tunu Pratama Jaya di Kantor ASDP Cabang Gilimanuk. 

Kami akan menyampaikan perkembangan lebih lanjut seiring informasi resmi dari tim SAR di lapangan.(*)

 

Berita lainnya di Kapal Tenggelam

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved