Berita Bali

Kepala BNN RI Sebut Rusia dan Ukraina Kompak Bangun Jaringan Narkotika di Bali

Kepala BNN RI Sebut Rusia dan Ukraina Kompak Bangun Jaringan Narkotika di Bali

(Tribun Bali/Ida Bagus Putu Mahendra)
Kepala Densus 88 Anti Teror, Irjen Pol. Marthinus Hukom. Sebut pelepasan tukik hingga merpati sebagai lambang kehidupan, kebebasan, dan keseimbangan. 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Pol Marthinus Hukom menyebut fenomena unik kejahatan narkotika di Bali di mana dua negera yang tengah berkonflik Rusia dan Ukraina justru berkomplot dalam jaringan peredaran narkoba

Sebagaimana disampaikan dalam kuliah umum BNN RI dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Universitas Udayana di Auditorium Widya Sabha, Unud, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali, pada Selasa 15 Juli 2025

Baca juga: VIDEO 2 ASN Buleleng Ngamar Viral, Kini Istri Sah Dilaporkan ke Polisi, WA Bantah Lakukan Perzinahan

"Fenomena yang sangat unik terjadi di Bali. Dua negara yang sedang berperang, Rusia dan Ukraina, justru warganya menjadi partner in crime di sini. Mereka terlibat dalam jaringan peredaran gelap narkoba,” ungkap Marthinus. 

Dijelaskan Mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Anti Teror itu, bahwa BNN RI pernah melakukan penangkapan terhadap jaringan tersebut yang diungkap transaksinya melalui Telegram.

Baca juga: SELAMAT JALAN Made PM, Keluarga di Karangasem Ungkap Keanehan ini di Pantai Balangan

“Kami pernah tangkap. Di sini banyak yang menggunakan bahasa Rusia, transaksi mereka melalui Telegram, dan pembayaran menggunakan crypto currency. Tingkat kesulitannya sangat tinggi,” paparnya. 


Disampaikannya, bahwa modus operandi yang dilakukan oleh jaringan ini juga begitu terorganisir di mana penjual dan pembeli tidak pernah bertemu secara langsung. 


Transaksi dilakukan secara online dan barang haram itu diletakkan di titik koordinat tertentu untuk diambil.


“Transaksinya tidak seperti pasar biasa. Hanya dua menit, barang sudah diambil,” ucap dia. 


Marthinus motof mereka menjadikan Bali lahan peredaran diduga karena adanya kebutuhan pasar dengan jenis narkotika yang paling banyak dijual dalam jaringan tersebut adalah sabu, ganja, dan kokain. 


"Perlu didalami apa motivasinya, yang pasti terjadi mereka di sini menjual pasti ada kebutuhan, sisi ekonomi," ucapnya. 


Lebih lanjut, Marthinus menyampaikan bahwa jaringan Rusia-Ukraina tidak terafiliasi dengan jaringan kartel narkoba besar seperti kartel Sinaloa asal Meksiko, yang sebelumnya juga pernah beroperasi di Bali


“Beda, Jaringannya terpisah. Kalau kartel Sinaloa itu jalur penerbangan. Sudah pernah kami tangkap dan kini jadi buruan internasional,” imbuhnya. 


Ia menambahkan, bahwa peredaran narkoba lintas negara juga menjadi dampak pesatnya perkembangan teknologi di era digital. 


Untuk itu, BNN RI juga memperkuat kerja sama dengan berbagai negara, termasuk Rusia untuk memberantas organisasi kejahatan narkoba yang memanfaatkan teknologi untuk menyelundupkan barang haram ke Indonesia. 


“Kalau yang masuk adalah orang atau gagasan jahat, maka mereka akan mencari jangkar di masyarakat lokal untuk mengadopsi dan melancarkan aksi kejahatannya,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved