Sayangnya uang yang didapat dari keringatnya sendiri pun hanya mampu untuk bertahan hidup.
Tidak cukup untuk bisa menanggung biaya sekolah mereka.
Kelian Dinas Pupuan I Made Sunarta mengakui, Made Widiantara dan Ni Komang Sukma Dewi hanya tinggal berdua.
Ayah mereka meninggal sekitar tahun 2013 dan ibunya menikah lagi selang beberapa tahun kemudian.
Widiantara mengatakan, mereka mempunyai seorang kakak.
Hanya saja, kakanya tersebut mengalami gangguan jiwa, dan sekarang harus keluar masuk rumah sakit jiwa.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Made Widiantara yang berstatus pelajar kelas XII di SMA Widia Brata Mengwi harus bekerja paruh waktu untuk mendapatkan penghasilan.
Sedangkan adiknya, Ni Komang Sukma Dewi kini masih duduk di bangku kelas VI di SD 4 Mengwi.
Ia juga bekerja dengan membantu tetangga membuat canang untuk dijual.
Setiap membantu membuat canang, dia diberi upah rp 10 ribu.
Sunarta mengungkapkan, untuk urusan makan sehari-hari, mereka bisa mencukupinya dari penghasilan dari bekerja serabutan itu, selain ada juga tambahan dari bantuan kerabat dan dari desa.
Namun demikian, ucap Sunarta, yang jadi masalah sekarang adalah untuk biaya sekolah mereka.
Made Widiantara katanya sudah menunggak biaya pembayaran sekolah sekitar dua tahun.
Karena biaya sekolah sebesar Rp 400 ribu per bulan, dikali 24 bulan (2 tahun), maka tunggakan yang harus dibayar kini sebesar Rp 9.600.000.
Made Widiantara mengaku tak memiliki cukup uang untuk membayar tunggakan biaya sekolah tersebut.
Upahnya bekerja sebagai tenaga bersih-bersih di salah satu warung, tidak cukup untuk membayar tunggakan.
Widiantara mengaku, semenjak ibunya meninggalkan dia dan adiknya, mereka mendapat bantuan dari bibinya atau saudara dari ayahnya.
Kendati demikian, bantuan dan penghasilan dari kerjanya itu hanya cukup untuk bertahan hidup bersama adiknya.
Ia kadang khawatir, jika tunggakan pembayaran sekolah tidak dilunasi, ijazahnya mungkin bisa disita.
Namun,karena sejauh ini tidak ada jalan keluar, Widiantara mengaku pasrah.
Selain menunggak biaya sekolah, Widiantara mengaku juga tidak bisa melakukan upacara ngodalin di sanggah atau merajan rumahnya.
Tetapi, ia bersyukur tetap bisa diberikan kesehatan untuk bekerja dan bertahan hidup.
5. Update Covid-19 di Bali 1 Juli 2020
Pemerintah Provinsi Bali mengabarkan, perkembangan terkini penanganan Covid-19 di Pulau Dewata, Rabu 1 juli 2020.
Sekretatis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, Made Rentin menjelaskan, pasien sembuh bertambah 62 orang, positif 34 orang, meninggal 1 orang.
Tambahan pasien sembuh 62 orang, sehingga menjadi 860 orang.
Pasien positif 34 orang, total menjadi 1.527 orang.
Sementara meninggal 1 orang, hingga kini tercatat 15 orang.
Sementara dari penambahan 34 pasien positif covid-19, Denpasar tercatat ada 16 tambahan pasien positif covid-19, Gianyar 3 orang, Karangasem 4 orang, Klungkung 4 orang, Badung 3 orang, Tabanan 3 orang, Buleleng 1 orang.
Sementara Bangli dan Jembrana nihil penambahan.
Di sisi lain pasien Covid-19 meninggal diketahui berasal dari Denpasar, namun Made Rentin belum mengetahui penyakit bawaan sang pasien.
Pasien covid-19 meninggal berjumlah angkanya dua hari berturut-turut, kini total 15 orang, terdiri dari 2 wna dan sisanya merupakan wni.
Pasien covid-19 meninggal itu rinciannya denpasar 10 orang, badung 2 orang, gianyar 1 orang dan wna 2 orang. (*)