Human Interest Story

45 Tahun Menjadi Kusir Dokar, Ketut Nedeng Tetap Setia meski Hasil Tak Menentu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kusir dokar menunggu penumpang di Jalan Surapati Denpasar, Selasa (21/7/2020)

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ketut Nedeng datang ke Denpasar tahun 1970-an.

Ia yang lahir dan berasal dari Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem ini mencoba mengadu nasibnya di Denpasar.

Dirinya yang mengaku tak pernah duduk di bangku sekolah ini kemudian belajar menjadi kusir dokar.

Hanya belajar selama dua hari dan sisanya dilakukan secara otodidak.

Dari tahun 1975 dan kini terhitung sudah 45 tahun, ia menjadi kusir dokar.

Dulu, menurut cerita Nedeng, dokar merupakan alat transportasi yang sangat diminati.

Banyak orang membutuhkan jasanya, utamanya mereka yang pergi ke pasar.

Menjadi kusir dokar tahun 1975 hingga 1980-an baginya cukup menjanjikan.

Namun kini, seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan industri, dokar perlahan tersingkirkan.

Vaksin Covid-19 dari China Sudah Diserahkan ke Bio Farma, Akan Diproduksi Hingga 250 Juta Dosis

Program Dokar Gratis di Denpasar Dihentikan, Nasib Kusir Dokar Tak Menentu di Kala Pandemi

Main Layang-layang Berujung Tersangka, Warga Denpasar Ini Dijemput Polisi Seusai Gardu PLN Meledak

"Dulu dokar itu berada di bawah naungan Dinas Perhubungan, karena Dinas Perhubungan mengurusi banyak hal, saat ini dipindah ke Dinas Pariwisata," tutur Nedeng yang ditemui Selasa (21/7/2020) di kawasan Jalan Surapati Denpasar.

Walaupun keberadaan dokar sudah terpinggirkan, namun ia tetap gigih bertahan pada profesinya ini.

Dengan usia yang semakin menua, ia tak tahu lagi harus mengambil pekerjaan lain, selain sebagai kusir.

Namun ia merasa mendapat angin segar ketika Pemkot Denpasar membuat program dokar gratis bagi masyarakat setiap hari Sabtu dan Minggu.

Program ini resmi diluncurkan pada Oktober 2017.

Walaupun awalnya tak banyak yang peminat, namun seiring berjalannya waktu dokar gratis ini diserbu warga.

Bahkan mereka rela antre untuk bisa menikmati dokar gratis ini.

Nedeng pun didaulat menjadi koordinator kusir dokar ini.

Satlantas Polresta Denpasar Tilang Pelanggar Sepeda Motor di Pasar Bualu

Konsisten Tumbuh di Triwulan II 2020, BPR Lestari Bali Siap Genjot Pertumbuhan Kredit

Bupati Giri Prasta Terima Dandim 1611 Badung, Harapkan Kerja Sama dan Sinergi Tetap Terjaga

Nedeng dan 7 orang kawannya pun mendapat angin segar di tengah kesulitannya sebagai kusir dokar.

Ia mempunyai penghasilan tetap.

Namun sayang, pada tahun 2020 ini, pandemi Covid-19 meruntuhkan semuanya.

Program dokar gratis dihentikan, kusir dokar pun dirumahkan.

Ia harus kembali berjuang sendiri bersama dokarnya untuk bisa menggaet penumpang.

Di Depan Gedung Merdeka, Jalan Surapati Denpasar, ia menanti mereka yang ingin menggunakan jasanya.

Sejak 4 bulan lalu, program dokar gratis yang dibuat Pemkot Denpasar dihentikan karena pandemi Covid-19.

Otomatis ia kehilangan penghasilan tetapnya yang biasanya sebulan dapat Rp 2,5 juta dipotong uang administrasi.

"Karena Covid ini semua kusir dokar dirumahkan. Program dokar gratis setiap Sabtu dan Minggu sementara dihentikan," kata Nedeng yang biasa dipanggil Pak Dokar ini geleng-geleng kepala.

Bupati Giri Prasta Terima Dandim 1611 Badung, Harapkan Kerja Sama dan Sinergi Tetap Terjaga

Citilink Operasikan Seluruh Penerbangan di Terminal 3 Bandara Soetta Mulai 23 Juli 2020

Jadwal Belajar dari Rumah Edisi Selasa 21 Juli 2020 di TVRI, Ada Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

Dengan keahliannya hanya menjadi kusir dokar dan tak memiliki keterampilan lain, mau tak mau ia harus tetap menjadi kusir dokar.

Mencoba peruntungan bertahan hidup dengan dokar walau kadang sehari tak dapat penumpang dan pulang dengan tangan hampa.

"Kadang dapat satu dua penumpang dan kadang dalam sehari sepi tanpa penumpang. Penghasilan sulit sekarang, tapi setiap hari saya keluar karena inguh diam di rumah," kata Nedeng sembari mengelus kudanya.

Pada hari Sabtu dan Minggu, keberuntungan sedikit menghampirinya, ia bisa mengangkut tiga empat penumpang.

Ia ajak penumpang ini berkeliling mengitari ruas jalan di Denpasar.

Namun ia tak mematok harga, tergantung kemampuan mereka yang menggunakan jasanya.

Kadang ia dapat Rp 30 ribu dan syukur-syukur kadang dapat Rp 50 ribu.

Jika dilihat dari hitung-hitungan bisnis, tentu saja penghasilan itu jauh dari cukup, apalagi dalam sehari biaya pakan kudanya Rp 50 ribu.

Resmi, Ini Daftar 18 Lembaga Negara yang Resmi Dibubarkan Presiden Jokowi

Bima Sakti Beri Variasi Latihan pada Pekan Ketiga TC Timnas U-16  

"Pakannya sehari Rp 50 ribu, kurang lebih. Buat beli dedak atau rumput," kata lelaki asli Padangbai, Karangasem ini.

Namun, pada Sabtu dan Minggu kebanyakan orang yang menanyakan dokar gratis.

Dikarenakan programnya sudah tak ada, ia tak berani mengangkut penumpang secara gratis.

Sejak dirumahkan dari program dokar gratis dirinya hanya menerima sejenis pesangon Rp 1,4 juta.

Itu ia terima pada bulan pertama dan hanya sekali.

"Dari Dinas Pariwisata bilang 'Pak ini sekadar suapaya ada dipakai buat beli rumput, dedak, sekadar dulu'" katanya.

Nasib seperti ini tak dialaminya sendiri.

Delapan orang kusir dokar yang sebelum Covid-19 juga ikut dalam program dokar gratis ini juga mengalami hal yang sama.

Dengan keadaan ini, dirinya berharap program dokar gratis ini bisa dikembalikan secepatnya.

Dengan begitu, dapurnya bisa mengepul dengan lebih baik.

Sementara itu, dikonfirmasi Kadis Pariwisata Kota Denpasar, Dezire Mulyani mengatakan program dokar gratis ini dihentikan karena adanya pandemi Covid-19.

Selain itu anggarannya juga habis dialihkan untuk penanganan Covid-19.

Rencananya program dokar gratis ini akan dilaksanakan kembali pada tahun 2021 mendatang.

"Rencana tahun 2021 baru dilaksanakan lagi. Saat ini anggaran sudah direlokasi habis," katanya. (*)

Berita Terkini