Serba serbi

Agung Mediastari, Tingkatkan Imun dengan Loloh di Masa Pandemi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Fakultas Kesehatan Ayurweda, Unhi, A.A Putu Agung Mediastari.

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Berkembangnya ilmu farmasi, membuat obat-obatan di dunia juga kian canggih.

Satu di antaranya, di masa pandemi karena penyebaran virus Covid-19 ini, seluruh ahli farmasi, dokter, dan ahli pengobatan mencari anti virus dan obat untuk mengatasi virus yang menjadi pandemi dunia ini.

Padahal sejatinya, dengan menjaga imunitas tubuh dan pikiran seseorang bisa terhindar dari berbagai masalah.

Menjaganya pun tidak perlu mahal, karena tumbuhan penjaga imun ada di sekitar kita.

Hal ini diungkapkan Dosen Fakultas Kesehatan Ayurweda, Unhi, A.A Putu Agung Mediastari.

Baca juga: Anak-Anak Banjar Banda Berburu Sampah, Tukar dengan Sembako untuk Bantu Orangtua

Baca juga: Dirudapaksa Oleh Pria Pengangguran Dan Anak Pertamanya Dibunuh, Ibu Muda Ini Ternyata Sedang Hamil

Baca juga: 4 Fakta Siswi SMP di Bali Diduga Digilir di Lima Lokasi Berbeda Oleh 10 Pria, Begini Ungkap Ortu 

“Dari segi Usada Taru Pramana, kita sudah punya kearifan lokal tentang tumbuhan yang berkhasiat obat,” jelasnya kepada Tribun Bali, Selasa (20/10/2020).

Kearifan lokal kita sebagai masyarakat Bali, kata dia, adalah adanya tanaman obat yang berfungsi untuk mencegah, mengobati, maupun menjaga kesehatan tubuh agar tetap sehat dan bugar.

Baca juga: Personel Superman Is Dead (SID) Hingga Artis Rina Nose Datangi Sidang Jerinx di PN Denpasar

Baca juga: Masuki Musim Hujan, Dinas PUPR Badung Bersihkan Gorong-Gorong dan Tambal Jalan Berlubang

Baca juga: Awas Diblokir! Kemenkominfo Siapkan Aturan Baru tentang Pemblokiran Konten Negatif di Medsos

Serta meningkatkan imunitas, khususnya di masa pandemi saat ini. 

Terkait pandemi yang sedang melanda dunia dan Bali, memang kewajiban pengusada, kalangan akademisi, serta masyarakat luas turut andil mendapatkan solusi dari kondisi yang sedang terjadi.

Maboreh, maloloh, masimbuh, merupakan tradisi kearifan lokal bertujuan pencegahan. Pengobatan maupun untuk pemeliharaan kesehatan, yang dapat kita terapkan untuk masyarakat Bali di masa pandemi ini,” katanya.

Baca juga: Tragis, Begini Video Detik-detik Pegulat Profesional Tiba-tiba Jatuh dan Tewas di Atas Ring

Baca juga: Anggaran Kesehatan Gratis di Gianyar Naik Rp 3 Miliar Menjadi Rp 35 Miliar

Baca juga: Artis Rina Nose Datang ke Sidang Jerinx di PN Denpasar, Fotonya Pernah Diunggah di Instagram jrxsid

Maboreh, kata dia, merupakan satu diantara sistem penjagaan tubuh dengan memanfaatkan beberapa tumbuhan yang berfungsi sebagai pencegahan dari luar berupa param.

Tujuannya untuk menjaga kestabilan suhu tubuh kita.

“Bahan boreh berupa anget atau rempah-rempah, yang biasa disebut sindrong jangkep dan beras kencur,” sebutnya.

Baca juga: 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-Maruf, Hari Ini Masa Kembali Gelar Aksi Tolak Omnibuslaw UU Cipta Kerja

Baca juga: Kodam IX/Udayana Kembali Terima CSR Dua Unit Mobil Ambulans, Momen Tepat di Tengah Pandemi

Sementara maloloh, merupakan satu di antara penjagaan kesehatan berupa minum jamu. Ada beberapa loloh sebagai tradisi kearifan lokal, yakni berupa loloh daun kayu manis. Loloh daun sembung, loloh kayu cinangga, loloh tibah, loloh kunyit, dan loloh beras kencur.

“Serta masih banyak loloh lainnya,” imbuhnya.

Kemudian masimbuh, dengan metode tanaman obat dikunyah lebih dahulu untuk selanjutnya disemburkan pada bagian tubuh tertentu.

Baca juga: Jaga Situasi Bali Tetap Aman, Polda Bali Silahturahmi dengan Para Tokoh Masyarakat

Baca juga: BREAKING NEWS - Amankan Sidang Jerinx SID, Personel Keamanan dan Rantis Siaga di Depan PN Denpasar

Guna menjaga agar kondisi tubuh tetap stabil.

“Tanaman obat yang bisa dimanfaatkan adalah tanaman obat untuk boreh, loloh, maupun untuk masimbuh. Umumnya terdiri lebih dari satu tanaman obat, yang diramu sedemikian rupa untuk bisa menjadi boreh, loloh, maupun simbuh,” jelasnya.

Ia menjelaskan, untuk boreh terdiri dari tanaman rempah, seperti kayu putih, cengeh, pala, mesui.

Kemudian tanaman menjalar, seperti tabya bun, inje, merica, dan sirih.

Lalu tanaman rumput dan semak, terdiri dari jangu, umbi rumput, teki, bawang putih, adas, dan lain sebagainya.

Tanaman empon atau bebungkilan, terdiri dari kencur, jahe, isen, bangle, gamongan, kunyit, temu-temuan.

“Untuk loloh itu juga sama denga boreh, terbuat dari beberapa tanaman obat yang berasal dari pohon. Berupa daun, babakan, bunga, buah, rimpang, umbi bawang merah (bebungkilan), rumput dan semak (terna),” sebutnya.

Lanjutnya, loloh atau jamu tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pencegahan, pengobatan, maupun untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam menanggulangi kondisi pandemi saat ini.

Ada beberapa jenis tanaman yang dijual di pasar tradisional, dan juga pasar modern.

“Namun dengan kondisi pandemi seperti ini, akan lebih baik masyarakat menanam sendiri tanaman obat ini di rumah, sehingga lebih mudah dan aman,” tegasnya.

Untuk prosesnya, tumbuhan obat untuk loloh tersebut bisa diproses dengan cara diremas atau digodok (decokta).

“Untuk pengobatan flu misalnya, borehnya beras kencur, lolohnya bebungkilan seperti sereh, sambiloto, daun sirih. Dan rempah-rempah seperti kayu manis, kapulaga, serta cengkeh,” sebutnya.

Agar pengobatan menggunakan taru pramana lebih efektif dan optimal, harus pula didukung asupan nutrisi yang mencukupi dan istirahat yang baik. (*)

Berita Terkini