Berita Bali

Harga Daging Babi di Bali Terus Melambung Naik Hingga Tembus Rp 90 Ribu

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana
Editor: Noviana Windri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang daging babi di Pasar Badung, Denpasar, Bali, Sabtu, (6/2/2016), jelang hari raya Galungan harga daging babi di pasar badung mencapai harga Rp 55 ribu per kilonya.

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Harga daging babi di Bali dikabarkan terus meningkat.

Saat ini harga daging babi di Pulau Dewata dikabarkan sudah berada di kisaran Rp 90 ribu per kilogram.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Anak Agung Istri Intan Wiradewi mengatakan, harga daging babi merangkak naik perlahan sejak triwulan ke-4 tahun 2020 lalu.

"Penyebabnya karena ketersediaan babi yang kurang," kata Intan saat dihubungi Tribun Bali dari Denpasar, Senin, 25 Januari 2021.

Menurutnya, kurangnya ketersediaan babi di Bali karena sempat tergerus wabah suspek African Swine Fever (ASF).

Baca juga: Harga Babi Meroket Jelang Akhir Tahun, Sentuh Harga Rp 90 ribu Per Kilogram

Baca juga: Harga Babi Tembus Rp 40 Ribu per Kilogram, Pedagang Daging Ambil Babi dari Luar Tabanan

Baca juga: Babi di Jembrana 963 Ekor, Harga Babi Saat Pandemi Berkisar di Rp 36 Ribu Per Kilo

Saat dilanda wabah tersebut, sebagian babi memang mati karena terkena wabah dan sebagiannya lagi dijual besar-besaran oleh peternak.

Para peternak menjual babinya secara besar-besaran pada saat itu karena ketakutan akan dilanda kerugian yang lebih besar.

Situasi ini yang menyebabkan populasi babi di Bali saat ini menurun sekitar 42 persen.

"Jadi memang babinya dijual, mereka ada yang mengosongkan kandang. Dari pada ternaknya mati, jadi ternaknya yang ada dijual," jelasnya.

Turunnya populasi babi saat ini menyebabkan harga dagingnya menjadi semakin merangkak naik sesuai dengan hukum pasar.

"Jadi naiknya bukan tiba-tiba melonjak menjadi Rp 90 ribu perlahan dari Rp 60 ribu, Rp 65 ribu, (dan) Rp 70 ribu. Begitu terus merangkak naik menjadi sekitar di angka Rp 90 ribuan. Jadi endak tiba-tiba naik, pelan dia naiknya," tutur Intan.

Padahal, saat wabah ASF melanda dan harga peternak menjual ternaknya secara besar-besaran, harga daging babi pada waktu itu menjadi murah.

Situasi itu diperparah dengan adanya ketakutan di tengah masyarakat untuk mengonsumsi daging babi.

Intan menuturkan, guna mengembalikan harga daging babi kembali normal, saat ini babi betina tidak diperbolehkan untuk dipotong, melainkan agar dikembangkan menjadi indukan agar bisa berkembangbiak.

Hal ini juga memicu menaikkan harga daging babi di pasaran karena jumlah yang dipotong menjadi semakin terbatas.

Baca juga: Jelang Hari Raya Galungan, Harga Babi di Bangli Mencapai Rp 32 Ribu per Kilogram

Baca juga: Jelang Galungan Harga Babi di Klungkung Diprediksi Naik Signifikan, Pedagang Kesulitan Pasokan

Baca juga: Sempat Lesu, Harga Babi di Bangli Kini Berangsur Normal

Menurut Intan, pihaknya memang tidak bisa terlalu mengintervensi mengenai masalah harga, karena hal itu merupakan mekanisme pasar.

Akan tetapi, guna memberikan dukungan bagi masyarakat, dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) ada beberapa bantun hibah untuk peternak babi untuk tahun 2021.

Selain itu, di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sendiri ada bidang kesehatan hewan yang memberikan edukasi kepada para peternak, mulai dari menjaga kebersihan kandang dan sebagainya sehingga bisa memelihara babi kembali.

"Kemarin memang ada shok dari para peternak karena memang ini kan ada penyakit yang baru, jadi bagaimana penanganannya, teman-teman di bidang keswan yang sudah mengedukasi peternak," kata dia. (*)

Berita Terkini