Berita Bali
Koster Tegas Bali Tak Terdampak Demo, Travel Warning Australia Bukan Persoalan
Gubernur Bali, Wayan Koster menyebutkan pariwisata Bali tak terdampak demo rusuh yang terjadi 30 Agustus 2025.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemerintah Australia kembali mengeluarkan travel warning untuk warganya yang berada di Indonesia usai kejadian kerusuhan unjuk rasa di beberapa daerah.
Kendati telah diturunkan travel warning, penurunan wisatawan mancanegara (wisman) dari Australia hanya turun sejumlah 0,2 persen.
Gubernur Bali, Wayan Koster menyebutkan pariwisata Bali tak terdampak demo rusuh yang terjadi 30 Agustus 2025.
Ia mengaku terus memantau kedatangan wisatawan dan banyak wisatawan domestik yang datang ke Bali.
Baca juga: Koster Kirim Surat ke Seluruh Negara, Sebut Pariwisata Bali Aman dan Tak Terdampak Demo
Selain itu, Koster juga mengaku telah mengeluarkan surat kepada seluruh negara untuk tidak perlu khawatir datang ke Bali.
“Intinya Bali aman, kondusif. Para wisatawan dari berbagai negara, mancanegara maupun domestik sudah tidak perlu ragu lagi. Silakan berwisata ke Bali,” kata Koster yang diwawancarai saat menghadiri pembukaan CHANDI di The Meru Sanur, Rabu (3/9).
Terkait Australia keluarkan travel warning, Koster pun mengatakan jika semua sudah selesai dan clear.
Menurut Koster, tak ada dampak pada pariwisata terkait demo Sabtu lalu.
“Saya ikuti kedatangan wisatawan mancanegara dan domestik, tidak ada menurun. Bahkan para wisatawan domestik dari berbagai daerah mereka ke Bali,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait dengan peserta demonstrasi yang diamankan dan menjalani pemeriksaan, Koster mengaku sudah membicarakannya dengan Kapolda. Koster mengatakan tak ada kerusakan fasilitas dari aksi kemarin.
“Kalau tidak ada pelanggaran hukum segera dibebaskan, dan sebagian sudah bebas. Kalau ada pelanggaran ya diproses hukum,” katanya.
“Hanya corat-coret, sedikit di Bank BPD,” paparnya.
Giri Prasta Himbau Warga Tak Perlu Panik
Ditemui terpisah, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta mengaku ia tidak perlu panik dengan adanya peringatan perjalanan atau travel warning karena telah mengalami hal serupa dengan situasi lebih parah.
Baca juga: Bagaimana Pariwisata Bali Pasca Aksi Demo? Ini Kata Ketua PHRI Badung
Giri Prasta membenarkan adanya travel warning dan telah mendapatkan data jumlah wisman Australia yang datang ke Bali.
“Persoalan travel warning itu kami sudah pernah mengalami tahun sebelumnya, ketika juga travel warning dilakukan oleh Australia. Maka ada keputusan pemerintah di situ warga Australia tidak boleh keluar berwisata,” jelas Giri Prasta saat ketika ditemui usai Rapat Paripurna DPRD Bali, Rabu (3/9).
Lebih lanjutnya, Giri Prasta menanggapi travel warning dengan santai karena percaya Warga Negara Asing (WNA) Australia selalu menjadi Bali tujuan wisata utama atau telah dianggap Bali ini rumah kedua bagi mereka.
“Saya kira ini tidak menjadi persoalan karena masyarakat Australia khususnya para wisatawan ini sudah menganggap bahwa rumah kedua adalah di Bali,” imbuhnya.
Ia juga menegaskan bahwa, di Bali tidak anti dengan aksi demonstrasi dan pemerintah terbuka untuk para warga yang menyampaikan aspirasi.
Giri Prasta mengingatkan untuk selalu menyampaikan dengan baik tanpa adanya tindakan kekerasan, perusakan, yang menimbulkan kekacauan.
“Bagaimana dengan gerakan demo harus kita hormati sebagai hak daripada masyarakat. Penyampaian itu harus kami dengar,” tegasnya.
Giri Prasta yakin tidak butuh waktu lama menaikkan kunjungan wisman Australia. Ia yakin akan segera pulih karena era teknologi informasi lebih cepat tersampaikan.
“Sekarang pun kita bicara di sini, Australia sudah melihat dan bisa didengarkan oleh mereka (Warga Australia) juga,” kata dai.
Wisman Tembus 1,4 Juta
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juli 2025 mencapai 1,48 juta.
Angka ini terdiri dari 1.303.732 kunjungan melalui pintu masuk utama seperti bandara dan pelabuhan, serta 177.614 kunjungan melalui pintu masuk perbatasan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan, capaian tersebut naik 4,62 persen dibanding Juni 2025, sekaligus meningkat 13,01 persen dibanding Juli 2024.
“Secara total, jumlah kunjungan wisman ada sebanyak 1,48 juta atau naik 4,62 persen secara bulanan dan naik 13,01 % secara tahunan,” ujar Pudji dalam Konferensi Pers, seperti dilansir Kontan.co.id, Senin (1/9).
Dari sisi asal negara, turis asal Malaysia masih mendominasi kunjungan dengan porsi 14,32 % , disusul Australia 11,69?n Tiongkok 9,76 % . Jika dibandingkan Juni 2025, kunjungan dari Australia dan Tiongkok tercatat meningkat, sementara kunjungan dari Malaysia justru menurun.
Baca juga: Wayan Koster Jadi Penengah, Temui Demonstran, Janji Tak Demo Lagi, Jaga Keamanan Pariwisata Bali
Namun secara tahunan, ketiganya tetap menunjukkan kenaikan.
Adapun pintu masuk utama yang paling banyak dilalui wisman adalah Bandara Ngurah Rai, Bali.
Lonjakan kunjungan terutama datang dari wisatawan Australia, seiring dengan momentum Australian Winter School Holiday yang mendorong liburan ke destinasi tropis Indonesia.
Di sisi lain, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali meminta agar seluruh elemen masyarakat tetap menjaga kondusivitas di Bali.
“Kami memghimbau kepada seluruh elemen masyarakat, pelaku pariwisata, hingga pemerintah daerah untuk bersama-sama menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan di Pulau Dewata. Karena ini untuk keberlangsungan pariwisata di Bali,” kata Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya saat dikonfirmasi Senin (1/9).
Surya Wijaya yang juga merupakan Ketua PHRI Badung itu menegaskan bahwa pariwisata merupakan tulang punggung perekonomian Bali yang tidak hanya menghidupi jutaan masyarakat lokal, tetapi juga berkontribusi besar terhadap devisa negara.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan semua pihak agar mengedepankan sikap menahan diri dan tidak mudah terprovokasi.
“Kami memahami adanya kekecewaan dari masyarakat terhadap sejumlah kebijakan. Namun mari kita semua menahan diri, tidak terprovokasi, dan tetap menjaga kondusivitas Bali. Stabilitas ini sangat penting demi keberlangsungan pariwisata kita,” ujarnya.
Surya Wijaya menyebutkan sektor pariwisata ibarat ‘ayam bertelur emas’ bagi Bali. Bila tidak dijaga bersama-sama, dampaknya bisa sangat besar, terutama pada pendapatan daerah, lapangan kerja, dan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar bergantung pada pariwisata.
Menurutnya, situasi yang tidak kondusif bisa menimbulkan efek domino.
Selain merusak citra Bali di mata internasional, kondisi itu juga berpotensi memicu negara lain mengeluarkan travel warning bagi warganya.
“Travel warning itu sebenarnya langkah wajar dari sebuah negara, sifatnya imbauan agar warga mereka lebih berhati-hati. Meski bukan larangan bepergian, namun hal itu bisa memengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Bali,” kata dia.
Surya Wijaya mengajak seluruh masyarakat Bali, baik yang menetap maupun yang beraktivitas di Bali untuk turut menjaga lingkungan agar tetap aman, nyaman, dan bersih.
Ia menilai hal ini penting karena wisatawan bukan hanya mencari destinasi indah, tetapi juga suasana yang tenang dan ramah.
Selain itu, ia menekankan pentingnya menyampaikan informasi secara bijak di tengah masyarakat.
“Sekarang suasana masih sensitif. Jadi mari kita semua bijak, jangan mudah menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Informasi harus jernih, akurat, dan menyejukkan,” kata dia. (sup/sar/gus/ali)
Baca juga: LIRIK Pembangunan Bandara Bali Utara, Dorong Pengembangan Infrastruktur dan Konektivitas Pariwisata
Asita: Travel Warning Hal Wajar
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Prancis, Jepang dan sebagainya memberikan travel warning pada warganya yang berkunjung atau tinggal di Indonesia akibat demonstrasi yang terjadi beberapa hari terakhir.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Putu Winastra, mengatakan memang terdapat travel warning.
Namun menurutnya ini merupakan imbauan yang wajar dan harus dilakukan kepada warga negaranya masing-masing.
“Itu bukan berarti melarang. Travel warning itu sesuatu hal yang wajar, pemberitahuan terhadap situasi yang terjadi saat ini,” jelasnya, Selasa (2/9).
Demikian ujar Winastra, situasi di Bali saat ini masih kondusif. Demikian pula yang disampaikannya pada rekanan travel agent di luar negeri saat muncul pertanyaan.
“Tadi pagi (kemarin) agent di Spanyol menanyakan, saya bilang kalau Bali aman,” kata dia.
Dia yang juga sebagai Konsul Kehormatan Negara Kazakhstan, mengaku belum ada pertanyaan dari negara tersebut terkait situasi demo yang terjadi. Dengan itu antusias wisatawan masih tinggi untuk ke Bali.
Pengamat Pariwisata Prof. Dr. I Putu Anom, B.Sc., M.Par saat mengatakan, Bali yang begitu bergantung pada pariwisata perlu dijaga kondusivitasnya. Ia berharap agar penyampaian aspirasi berjalan damai tidak disertai tindakan anarkis.
Pihaknya mengajak masyarakat dari tatanan terbawah hingga atas bersama-sama menjaga kondusivitas di Bali. Menghindari demo yang anarkis untuk keberlangsungan sektor perekonomian Bali.
“Persoalan di Bali saat ini sudah banyak, sampah, macet dan sebagainya. Apalagi kalau ada demo yang anarkis akan makin crowded,” pungkasnya. (sar)
Dorong Tata Kelola AI Bidang Bahasa& Kebudayaan, 40 Negara Ikut Konferensi Internasional CHANDI2025 |
![]() |
---|
USAI Kremasi, 26 Abu Jenazah Telantar Dilarung di Pantai Padang Galak! |
![]() |
---|
TEMUI Koster di Bali, Ini Harapan Ahok Terkait Transformasi Pendidikan di Indonesia |
![]() |
---|
Koster Kirim Surat ke Seluruh Negara, Sebut Pariwisata Bali Aman dan Tak Terdampak Demo |
![]() |
---|
3 Berita Bali Terkini, Cemburu Buta Berakhir di Jeruji Besi, Puja Astawa Tewas Kecelakaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.