Makan Bergizi Gratis
Realisasi Dapur SPPG di Bali Baru 33 Persen, Simak Penjelasannya Berikut Ini
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih dilaksanakan di Bali. Sasarannya siswa-siswi yang bersekolah mulai TK hingga SMA/SMK.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih dilaksanakan di Bali. Sasarannya siswa-siswi yang bersekolah mulai TK hingga SMA/SMK.
Kanwil DJPb Provinsi Bali beberkan data jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) aktif di Bali untuk kegiatan MBG sebanyak 107 SPPG per tanggal 6 Oktober 2025.
Dari jumlah tersebut terinci di Kabupaten Badung 12 dapur, Bangli 9 dapur, Buleleng 19 dapur, Gianyar 9 dapur, Jembrana 18 dapur, Karangasem 6 dapur, Klungkung 3 dapur, Kota Denpasar 13 dapur dan Tabanan 18 dapur. Sedangkan kebutuhan dapur SPPG di Provinsi Bali sebanyak 422 dapur untuk melayani 893.362 orang penerima manfaat.
“Untuk sekarang, posisi saya dapat data per Jumat, itu jumlahnya 107 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) aktif. Dari targetnya 422, jadi baru 33 persen,” kata Kepala Seksi Pembinaan Pelaksanaan Anggaran I-C, Kanwil DJPb Provinsi Bali, Sweetta Wulandari ketika dikonfirmasi, Selasa (7/10).
Baca juga: ADA Belatung di Sayur? Siswa di Denpasar Ungkap Menu MBG, SPPG Polda Bali Belum Pernah Dapat Keluhan
Baca juga: JANGAN Sekadar Cari Keuntungan, Bupati Klungkung Made Satria Ancam Blacklist Pemborong Bermasalah
Jumlah realisasi penerima MBG sebanyak 256.215 atau 29 persen dari target. Sedangkan, dapur aktif SPPG sejumlah 80 dapur atau 29 persen dari target. Sebaran penerima MBG di Bali diantaranya SMP sebanyak 62.718 siswa, SD kelas 1-3 sebanyak 47.338 siswa, SD kelas 4-6 sebanyak 45.649 siswa, SMA sebanyak 27.995 siswa, SMK sebanyak 23.734 siswa, TK sebanyak 15.727 penerima, lainnya 33.054 penerima. Sehingga total penerima MBG di Bali berjumlah 256.215 penerima.
Untuk data sebaran penerima MBG di Bali per-Kabupaten/Kota di antaranya Kabupaten Badung sebanyak 19.308 penerima, Bangli sebanyak 28.552 penerima, Buleleng sebanyak 37.447 penerima, Gianyar 16.233 penerima, Jembrana sebanyak 60.107 penerima, Karangasem sebanyak 11.987 penerima, Klungkung sebanyak 5.975 penerima, Kota Denpasar sebanyak 29.094 penerima dan Tabanan sebanyak 47.516 penerima.
“Hanya saja, ini tulisannya SPPG aktif. Maksud SPPG aktif ini berarti ada yang sudah beroperasi maupun yang belum beroperasi,” tambahnya.
Untuk SPPG yang aktif tetapi belum beroperasi, ia mengaku tidak mengetahui jumlahnya. Sebab, data tersebut dari Badan Gizi Nasional (BGN) yang sudah menjadi satu. Sehingga jika ingin mengetahui mana SPPG yang sudah beroperasi dan mana yang belum, harus dilakukan pengecekan satu per satu.
Kondisi saat ini, hampir di semua provinsi jumlah dapur SPPG untuk MBG memang masih minim. Secara total juga baru 30 persen jumlah SPPG yang aktif. Minggu lalu ia sempat melakukan survei untuk dua SPPG dan kebetulan dua SPPG ini meskipun sudah aktif, tapi baru mendapatkan Surat Keputusan sehingga belum beroperasi.
“Untuk posisi kemarin, Jumat lalu targetnya 893.362 orang. Kemudian total yang sudah menerima itu baru 297.183, jadi baru 33 persen. Nah, kalau kenapa masih kurang banyak? Karena pertama SPPG-nya masih, belum banyak. Dan per satu SPBG itu, bisa melayani 3.000 sampai 3.500 penerima MBG,” jelanya.
“Jadi kalau SPPG-nya masih kurang, ya otomatis penerimanya juga menyesuaikan. Dan itupun, SPBG ketika mulai aktif beroperasi belum tentu langsung bisa memenuhi 3.000 sampai 3.500 porsi itu,” bebernya.
Untuk SPPG mendapatkan siapa-siapa saja yang akan diberikan MBG, perlu dilakukan penjajakan dulu ke sekolah. Hal ini karena harus ada maksimal radius dari SPPG ke sekolah yang diantarkan. Belum tentu kata dia, dalam satu radius yang dekat dapur itu jumlah sekolahnya banyak atau sumber muridnya banyak.
“Jadi bisa jadi karena itu. Kemudian kenapa juga masih kurang, itu untuk SPPG. Dari bidangnya sendiri itu sebenarnya ada yang namanya DIKLAT SPPI Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia. Nah, DIKLAT SPPI itu, itu ada nanti yang akan jadi calon-calon kepala SPPG, kemudian juga ahli gizinya, dan juga akuntannya,” jelasnya.
Sedangkan, DIKLAT SPPI ini baru selesai di akhir Agustus lalu secara nasional. Setelah DIKLAT SPPI itu selesai, calon-calon kepala SPPG ini masih harus mencari mitra, atau yang nanti akan menjadi dapurnya seperti yayasan.
Kemudian setelah itu, harus mempersiapkan dulu dapurnya dan sebagainya. Setelah itu baru penetapan SPPG-nya. Jadi untuk penetapan itu calon kepala SPPG membutuhkan dokumen-dokumen, dan kelengkapan dokumen. “Kalau kelengkapan dokumen ini sudah ranah BGN. Karena Diklat-nya baru selesai Agustus, jadi ini masih proses untuk pemenuhan cuma target SPPG secara nasional, maupun yang hanya di Bali,” kata dia. (sar)
ADA Belatung di Sayur? Siswa di Denpasar Ungkap Menu MBG, SPPG Polda Bali Belum Pernah Dapat Keluhan |
![]() |
---|
Cerita Siswa SD di Bali Dapat MBG, Menu Berisikan Burger dan Pernah Ada Ulat di Sayur |
![]() |
---|
Diterpa Keracunan Massal, Bisakah Program MBG Lanjut di Bali? Ini Pandangan Akademisi |
![]() |
---|
Jumlah Dapur SPPG Masih Sedikit Jadi Kendala Bali Tak Capai Target Realisasi MBG |
![]() |
---|
Antisipasi Keracunan MBG, Ini Langkah Disdikpora Denpasar Bali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.