Berita Bali

Deteksi Kanker Prostat Pakai AI, RSUP Prof Ngoerah Kembangkan Metode Biopsi Robotik

Deteksi Kanker Prostat Pakai AI, RSUP Prof Ngoerah Kembangkan Metode Biopsi Robotik

istimewa
RSUP Prof Ngoerah Kembangkan Metode Biopsi Robotik Untuk Deteksi Kanker Prostat. Pakai AI, RSUP Prof Ngoerah Bali Kembangkan Metode Biopsi Robotik Untuk Deteksi Kanker Prostat 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Spesialis Bedah Urologi RSUP Prof IGNG Ngoerah, dr. I Wayan Yudiana, Sp.U.(K) beberkan kasus penyakit kanker prostat di Indonesia menduduki posisi kelima di semua keganasan kanker pada pria. 

Kebanyakan 50 persen lebih terindikasi ketika stadium lanjut yang menyulitkan dalam pengobatan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan negara berkembang lain yang lebih banyak ditemukan pada stadium awal.

“Jika diteksi kanker ini ditemukan pada stadium 4 atau sudah menyebar, pengobatan yang dibutuhkan lebih banyak. Mulai dari terapi dengan kemoterapi dan terapi hormonal serta pengobatan yang menggunakan banyak disiplin ilmu,” katanya pada, Sabtu 11 Oktober 2025. 

Baca juga: Pakai AI, RSUP Prof Ngoerah Bali Kembangkan Metode Biopsi Robotik Untuk Deteksi Kanker Prostat

Jadi jika banyak dokter, banyak penanganan maka banyak biaya juga yang dikeluarkan. Sementara kanker prostat stadium 4 ada yang tidak bisa ditanggung BPJS. Dan stadium lanjut ini pun bisa menurunkan kualitas hidup. 

Terdapat beberapa faktor resiko yang memicu kanker prostat. Diantaranya usia kebanyakan di atas 65 tahun, ras Afrika dan Amerika, riwayat keluarga pernah terkena kanker prostat pada ayah atau kanker lainnya pada ibu. Kemudian ada pula faktor lainnya seperti pola makan (diet), merokok, konsumsi daging merah berlebih dan sebagainya termasuk berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual.

Baca juga: Kecelakaan di Bali Sepekan: Remaja Meninggal di Buleleng, Sutiarta Tewas Terlindas Truk Tangki

Terkait gelaja, kata dia pada stadium awal banyak yang tidak memiliki gejala. Namun ada beberapa gejala yang nampak seperti kencing terputus-putus, nyeri saat kencing, sering kencing pada malam hari hingga impotensi. Jika kanker prostat sudah menyebar ada gejala lain yang mungkin dirasakan seperti nyeri tulang, patah tulang dan penyebaran ke saraf tulang belakang. 

 


Untuk itu menurutnya penting bagi masyarakat terutama yang memiliki resiko untuk melakukan pemeriksaan sejak dini atau skrining awal. Pemeriksaan kanker prostat saat ini telah memanfaatkan kecerdasan buatan atau AI yang mendorong hasil pemeriksaan lebih akurat yaitu dengan metode biopsi robotik. Biopsi ini menjadi teknologi baru yang dikembangkan di RS Prof Ngoerah yang hingga saat ini baru 5 pasien yang ditanangi. 

 


Biopsi robotik ini kata dr. Yudana mengabungkan metode USG dengan MRI sehingga keberadaan lesi (jaringan yang tidak biasa) bisa ditemukan lebih mudah. "Karena lesi ini kan sangat kecil, bisa saja dengan biopsi transrektal (memasukan jarum biopsi ke dinding rektrum/dubur) atau biopsi transperineal (memasukan jarum lewat kulit antara skrotum dan anus) lesi tidak ditemukan," katanya. 

 


Sementara itu, Konsultan Onkologi Urologi RSCM (Jakarta) Prof. dr. Agus Rizal Hamid menambahkan, di Jakarta sendiri sudah cukup banyak memanfaatkan teknologi ini. Dan bahkan dengan penggunaan biopsi robotik ini volume kanker yang ditemukan semakin kecil dan usia penderita juga semakin muda. Hal ini karena menunjukan jika diteksi bisa lebih ditemukan pada stadium awal. "Dengan penggunaan robot ini lesi yang kecil sekalipun bisa kita temukan," ungkapnya.

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved