Banjir di Bali

Warga Was-was, Banjir Genang Jalan Denpasar-Singaraja Bali, Gudang Berkas Bank di Ubud Amblas

Hujan deras guyur Bali, warga yang tinggal di sepuran Tukad Badung Bali was-was, trauma dengan banjir bandang

ISTIMEWA
BANJIR - Sejumlah wilayah di Badung terendam banjir, Senin 3 November 2025. Pohon tumbang juga terjadi di wilayah Blahkiuh dan Sangeh. 

Terkait hal ini, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar, IB Joni Ariwibawa mengatakan pihaknya selalu siaga terkait kadatangan musim penghujan ini. 

“Kami secara rutin setiap hari menyiagakan TRC, tim ambulan, dan pusdalops,” katanya saat diwawancarai, Senin 3 November 2025.

Pihaknya juga menyiapkan peralatan chainsaw, mesin sedot air untuk antisipasi bencana hydrometeorologi. 

Selain itu, pihaknya juga berkolaborasi dengan tim Damkar, DLHK, PUPR, desa/kelurahan, Polresta, dan Kodim. 

Sementara itu, PUPR Kota Denpasar juga melakukan normalisasi sungai dan saluran air. 

Salah satunya yakni normalisasi Tukad Badung Denpasar.

Kabid Sumber Daya Air PUPR Denpasar, Ketut Ngurah Artha Jaya mengatakan, proses normalisasi dilakukan pada sungai sepanjang kurang lebih 400 meter di kawasan Tukad Kumbasari. 

Normalisasi di Tukad Badung dimulai dari Taman Kresek hingga ke Pura Beji. 

“Secepatnya harus selesai karena tidak tahu bagaimana kondisi cuaca,” paparnya.

Kedalaman lumpur di kawasan ini bervariasi hingga 50 cm, sedangkan panjang pengerjaan mencapai 450 meter. 

Selain itu, normalisasi juga dilakukan di Tukad Loloan. 

Ketebalan endapan lumpur di Tukad Loloan berkisar antara 1 sampai 1,5 meter. 

“Panjangnya kurang dari satu kilo, tapi kami juga percepat pengerjaannya,” paparnya.

Kepala Dinas PUPR Kota Denpasar, AA Ngurah Bagus Airawata menyatakan bahwa pengerukan sedimentasi menjadi prioritas utama dalam upaya pemulihan pasca banjir. 

“Kami terus mempercepat pengerukan sedimentasi di berbagai titik yang terkena banjir. Ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi drainase dan mencegah terjadinya banjir susulan,” ungkapnya.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat proses pengerukan sedimentasi termasuk dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. 

Tak hanya itu, juga digalakkan penanaman pohon di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Tukad Ayung, Tukad Badung dan Tukad Mati. 

Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan dilakukan penanaman dengan total sebanyak 1.000 bibit pohon serta pembersihan di bantaran sungai. 

Arya Wibawa menekankan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk mengembalikan citra Bali sebagai daerah pariwisata unggulan. 

“Semoga melalui aksi nyata ini dapat mendukung optimalisasi fungsi bantaran sungai dalam memperlancar arus air, dan memulihkan citra Bali, khususnya Kota Denpasar sebagai daerah pariwisata,” ujarnya. 

Jenis pohon yang ditanam di antaranya pohon manggis, mangga, kelapa dan lainya yang memiliki akar kuat untuk menahan banjir. 

Lahan yang ditanami saat ini didominasi oleh lahan pemerintah. 

Namun demikian, terdapat beberapa lahan yang merupakan miliki masyarakat, desa adat dan lainya yang berkenan untuk ditanami pohon. 

Upaya lain, Pemkot juga tengah melakukan penataan trotoar dan drainase di beberapa kawasan.  Hal ini dilakukan untuk langkah antisipasi banjir. 

Bahkan perbaikan trotoar dan drainase ini menjadi program utama yang akan segera dituntaskan. 

Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan, pihaknya akan menuntaskan perbaikan drainase dan trotoar ini di tahun 2026. 

“Drainase dan trotoar ini kami tuntaskan di tahun 2026,” katanya.

Jaya Negara menambahkan, seluruh pekerjaan drainase tidak hanya berfokus pada tampilan cantik di luar atau permukaan, tetapi mengutamakan fungsi utama yaitu kelancaran aliran air dan pencegahan banjir. (sup)

Puncak Musim Hujan di Bali Januari-Februari 2026

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan semua pihak untuk siaga menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung mulai November 2025 hingga Februari 2026. 

Hingga akhir Oktober, sebanyak 43,8 persen wilayah Indonesia atau setara 306 Zona Musim (ZOM) telah resmi memasuki musim hujan. 

Puncak musim hujan di Provinsi Bali akan terjadi pada Januari hingga Februari 2026 mendatang.

Peralihan musim ini membawa konsekuensi meningkatnya potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang, hingga ancaman siklon tropis dari arah selatan Indonesia.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan, hujan kini mulai meluas dari wilayah barat menuju timur Indonesia dan akan terus meningkat intensitasnya dalam beberapa pekan mendatang. 

“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir, terutama di wilayah selatan Indonesia yang mulai terpengaruh sistem siklon tropis dari Samudra Hindia,” ujar Dwikorita dalam Konferensi Pers di Jakarta, Sabtu 1 November 2025.

Berdasarkan analisis BMKG, kata dia, curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dengan kisaran di atas 150 milimeter per dasarian berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

Meski hujan mulai meningkat, lanjut Dwikorita, namun suhu maksimum harian masih cukup tinggi di sejumlah wilayah Indonesia, mencapai 37 derajat Celsius di Riau dan lebih dari 36 derajat Celsius di beberapa wilayah Sumatera dan Nusa Tenggara. 

Kondisi atmosfer yang belum stabil ini membuat potensi cuaca ekstrem dapat muncul sewaktu-waktu. 

Dwikorita menjelaskan, dinamika atmosfer saat ini cukup aktif dengan pengaruh MJO, gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia yang memperkuat pembentukan awan hujan.

“Kombinasi faktor ini menyebabkan potensi hujan lebat dan badai meningkat di banyak wilayah. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus memantau informasi peringatan dini dari BMKG,” tegasnya.

Dwikorita juga memperingatkan meningkatnya potensi siklon tropis selatan yang dapat membawa hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Ia menambahkan bahwa pada November ini, periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif, sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang dapat berkembang menjadi siklon tropis.

“Siklon tropis yang berkembang di Samudra Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir. Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” tambahnya.

Selain itu, pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir telah terjadi pendinginan di wilayah Pasifik dan melewati ambang batas La Niña, yaitu pada September dengan anomali suhu muka laut di Pasifik tengah dan timur sebesar -0,54°C dan pada Oktober sebesar -0,61°C. 

Sementara itu, kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya penguatan angin timuran. Dua indikasi tersebut menandakan perkembangan awal La Niña dan menunjukkan bahwa La Niña lemah telah terjadi. 

Namun demikian, Dwikorita menjelaskan bahwa fenomena ini tidak akan berdampak signifikan terhadap curah hujan di Indonesia, karena kondisi hujan pada November–Desember 2025 hingga Januari–Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal.

Dwikorita mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi secara mendadak. 

Ketika hujan lebat turun disertai petir dan angin kencang, masyarakat disarankan untuk menjauhi area terbuka, pohon, atau bangunan yang rapuh.

Cuaca terik yang masih terjadi di beberapa wilayah juga memerlukan perhatian dengan menjaga asupan cairan tubuh dan menggunakan pelindung kulit. 

Selain itu, tambah dia, kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor perlu terus ditingkatkan, terutama di wilayah dengan topografi curam dan daerah aliran sungai.

“Apabila dapat dimitigasi dengan tepat, maka musim hujan dan puncak musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dari normalnya ini, akan menjadi bermanfaat bagi pertanian dan untuk mendukung ketahanan pangan,” tuturnya.

Sementara itu, Prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah, menyampaikan bahwa pada peralihan musim hingga masuk musim hujan umumnya akan ada peningkatan curah hujan, angin kencang dan kejadian cuaca ekstrem lainnya.

Disinggung mengenai wilayah Bali? Diana mengatakan ketika angin baratan masuk ke wilayah Indonesia dan posisi matahari berada di selatan khatulistiwa umumnya akan ada potensi kejadian siklon tropis di perairan selatan Indonesia yang bersuhu muka laut hangat, terutama di dekat perairan Australia dan Samudera Hindia Selatan Sumatera - Jawa.

“Umumnya sebagian besar wilayah Bali dapat terdampak secara tidak langsung terhadap siklon tropis tersebut, namun wilayah pesisir selatan Pulau Bali lebih utama merasakan dampaknya, terutama terhadap kejadian angin kencang yang ditimbulkan,” ungkapnya.

Puncak musim hujan di Provinsi Bali akan terjadi pada Januari hingga Februari 2026 mendatang. 

“Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Jembrana, puncak musim hujan di wilayah Bali diprediksi terjadi pada bulan Januari - Februari 2026,” imbuhnya.

Masyarakat diimbau agar selalu mewaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang serta selalu update kondisi cuaca terkini dari BMKG Bali. 

BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi hujan sangat lebat disertai angin dan kilat petir, Senin 3 November 2025. 

Salah satu wilayah yang kemungkinan terdampak adalah Jembrana. BPBD Jembrana mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap waspada terhadap dampak dari cuaca ekstrem. 

Sebab, peringatan cuaca ekstrem tersebut berpotensi menimbulkan banjir, banjir bandang, tanah longsor hingga pohon tumbang.

Menurut data yang diperoleh sebelumnya, wilayah Kabupaten Jembrana berpotensi mengalami sejumlah bencana. 

Seperti banjir, pohon tumbang, tanah longsor bahkan hingga tsunami di wilayah pesisir.

Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan ketika terjadi cuaca ekstrem. 

Sebab, sejumlah bencana alam bisa saja terjadi dampak dari cuaca ekstrem. Apalagi BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem. 

“Sesuai pemetaan kita, potensi bencana alamnya mulai dari tanah longsor, pohon tumbang hingga banjir juga. Jadi kami mohon kewaspadaannya sebagai antisipasi menghadapi cuaca ekstrem ini,” tegasnya. 

Ketika terjadi cuaca ekstrem, kata dia, masyarakat diimbau untuk tidak bepergian atau berkendaraan di bawah pohon besar karena berpotensi terjadi pohon tumbang. 

Kemudian, bagi masyarakat yang tinggal di kawasan banjir agar mulai bersiap mencari tempat aman untuk mengantisipasi hal tersebut.

“Dan untuk warga yang tinggal di tanah labil seperti di pinggir tebing agar meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari hal yang tak diinginkan terjadi. Mari bersama-sama untuk waspada bencana alam di tengah cuaca ekstrem,” jelasnya. (zae/mpa)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved